3. Pengorbanan Alesya demi Ibu

Di salah satu hotel berbintang. Kamar dengan fasilitas nomor satu dan berada di lantai paling atas. Alesya duduk di tepi ranjang, diam membisu dengan pikiran yang berkecamuk.

Sebenarnya dia takut dan bimbang, apakah jalan yang dia tempuh ini sudah benar atau malah akan membawanya ke dalam permasalahan yang baru. Dia terpaksa sungguh, demi wanita yang telah melahirkannya dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang.

Alesya berdiri dan berjalan ke sisi jendela kaca yang sangat lebar. Dapat dilihat pemandangan kota Auckland dari atas sana. Kota yang begitu tenang dan damai tapi tidak bagi Alesya.

'Ibu, apa yang aku lakukan ini benar? Apa kau akan membenciku setelah ini. Tidak Bu, jangan membenci ku. Hanya ibu satu-satunya yang peduli padaku. Aku akan melakukan apapun demi ibu.'

Bulir bening dari pelukan matanya menetes dengan sendirinya. Apa Alesya menyesal dengan keputusannya. Sudah sejauh ini tidak akan mungkin ada jalan untuk kembali. Keputusannya sudah bulat, dia harus membuang jauh-jauh perasaan takutnya. Dia yang sudah memilih jalan ini maka, mau tidak mau Alesya harus menghadapi nya. Segera ia hapus air mata sialan yang keluar tanpa permisi, dia tidak boleh lemah apalagi jika yang ia lakukan adalah demi ibunya.

Tangannya menggenggam erat, emosi, dendam dan sakit hati yang ia rasakan mampu mengalahkan rasa takutnya saat ini. Matanya menatap tajam pada satu bangunan yang bisa ia lihat dari sana. Ya itu adalah perusahaan ayahnya yang telah tiada tapi kini sudah berpindah tangan. Sungguh Alesya tidak akan memaafkan mereka. Suatu saat mereka akan membayar semuanya.

Ceklek. Mendengar seseorang membuka pintu tidak membuat Alesya bergerak. Dia masih bergeming di tempatnya dengan pandangan yang masih tertuju pada bangunan itu.

"Nona... ada pesan dari Tuan. Sebentar lagi akan ada orang yang datang untuk membantu nona untuk membersihkan diri dan pakailah pakaian yang ada dalam kotak ini." Laki-laki itu meletakkan sebuah kotak besar di atas ranjang.

Alesya buru-buru menyeka air matanya yang tersisa, dia tidak ingin terlihat lemah lagi dihadapan siapapun. Tidak ada yang boleh lagi menginjak harga dirinya.

"Tuan ... apa atasanmu sudah menepati janjinya? Apa dia sudah mengirimkan uangnya pada pihak rumah sakit?" tanya Alesya setelah berbalik.

"Anda tidak perlu khawatir, tuan kami adalah orang yang selalu menepati janjinya. Asal anda patuh dan menuruti perintah nya maka tuan akan mengasihani anda. Tapi jika anda berani berpikir untuk kabur, maka bukan hanya anda yang celaka tapi orang yang anda sayangi juga."

Laki-laki itu membungkuk hormat. "Saya permisi nona." Langsung berbalik dan keluar meninggalkan Alesya sendiri lagi.

"Tunggu!! Aku belum selesai bertanya," ujar Alesya tapi sudah terlambat karena pria itu sudah menghilang.

Apa maksudnya tadi? Patuh, menurut? Apa dia kira dia adalah Tuhan. Cihhh ... sedikit kemudian Alesya tersenyum miris. Ya, iya lupa kalau laki-laki itu yang sudah membelinya jadi dia harus patuh dan menurut padanya. Tidak, sayangnya Alesya tidak mau diatur saat ini. Dia tidak akan menurut pada siapapun termasuk pria itu, bukankah perjanjiannya hanya memberinya anak. Jadi Alesya akan tetap hidup bebas asalkan memberinya anak.

Tak berapa lama, seseorang kembali membuka pintu. Tapi bukan pria yang tadi datang, mereka perempuan. Mereka berjejer rapi dengan balutan seragam pelayan.

"Nona, kami datang atas perintah tuan. Kami akan membantu membersihkan tubuh anda."

"Apa? Membantu ku membersihkan tubuh? Apa maksudnya kalian akan memandikanku, begitu?" Alesya membelalakkan, bukankah itu berlebihan. Dia bukan tuan putri yang harus dilayani seperti itu.

"Iya nona mari, lebih cepat lebih baik sebelum tuan datang," jawab mereka dan mengingatkan, salah satu dari mereka.

"Tunggu! Kalian tidak perlu membantuku. Aku bisa melakukannya sendiri. Jadi kalian pergi saja." Alesya, mungkin pernah juga menjadi wanita bangsawan tapi dia tidak pernah merasakan apa yang namanya dilayani seperti itu. Dan itu membuatnya risih.

"Ini adalah tugas kami, mohon nona tidak membuat kami sulit."' Tanpa permisi mereka pun menggiring Alesya ke kamar mandi.

"Ehh tunggu, aku benar-benar bisa sendiri ...."

Alesya tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka sama sekali tidak mau mendengarkannya. Dia hanya perlu diam dan semuanya sudah selesai. Dari ujung kaki sampai ujung rambutnya tidak ada yang terlewat. Pelayan itu menjadikan Alesya benar-benar bersih. Bahkan mereka juga membantu Alesya berpakaian. Saat ini dia sudah cantik dengan gaun yang tadi laki-laki itu bawa, terlihat lebih berkelas dan menawan. Berbeda dengan sebelumnya karena dia hanya menggunakan pakaian minim yang disediakan oleh pihak pelelangan.

"Tugas kami sudah selesai nona, kalau begitu kami permisi."

"Ehh tunggu, bisakah kalian beritahu siapa nama tuan kalian itu?" tanya Alesya. Hal itu tentu membuat para pelayan itu mengerutkan keningnya.

Apa wanita itu bercanda, bagaimana mungkin dia tidak tau nama laki-laki yang akan menghabiskan malam dengannya. Dan lagi laki-laki itu adalah orang yang sangat berpengaruh di kota Auckland, bahkan bisnisnya juga ada dimana-mana.

"Hallo... kenapa kalian diam saja, apa kalian juga tidak tau?"

"Maaf nona, bukan ranah kami untuk membicarakan tuan. Sebaiknya anda bertanya kepada orang lain saja. Kami permisi ...." Membungkuk hormat lalu pergi.

Alesya terduduk lemas. Bagaimana bisa dia bahkan tidak tau nama dan asal-usul pria itu. Wajahnya juga tidak tau seperti apa karena saat di pelelangan tadi dia memakai topeng. Alesya hanya menebak dari apa yang pria itu pakai, dia melihat pria itu menggunakan pakaian dari desainer terkenal dan tidak banyak orang yang bisa membelinya. Jelas kalau pria itu adalah seorang pengusaha kaya atau salah mungkin pemilik perusahaan.

Tapi bagaimana kalau ternyata pria itu hanya penipu dan dia tidak benar-benar membayar biaya rumah sakit itu. Itu artinya ibunya dalam keadaan bahaya. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Tidak tau bertanya pada siapa dan tidak mungkin juga bisa pergi dari sini.

"Ibu, bagaimana keadaan mu sekarang. Kenapa aku begitu bodoh dan percaya padanya begitu saja." Alesya meneteskan air matanya lagi, hanya dengan mengingat ibunya dia tidak bisa terlihat kuat.

"Aku harus keluar dari sini dan memastikan keadaan ibuku. Ya benar, aku tidak bisa percaya pada pria asing itu." Alesya beranjak dengan perasaan yang kacau, di coba membuka pintu tapi sayangnya terkunci. Seharusnya dia sudah tau hal itu, tapi kenapa tiba-tiba dia menyesali keputusannya sendiri.

"Seseorang tolong buka pintunya, aku mohon... ijinkan aku melihat ibuku. Ijinkan aku pergi sebentar saja, aku mohon..." Alesya menangis pilu, tubuhnya merosot ke lantai. Dia sangat mencemaskan ibunya tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Hiks hiks hiks...

"Aku harap kau menepati janji mu tuan, kalau tidak aku yang akan membunuh mu dengan tanganku sendiri." Tidak ada lagi yang bisa Alesya lakukan selain percaya dan yakin kalau pria itu benar-benar membayarkan biaya rumah sakit.

Semua ini karena orang-orang itu yang sudah memanfaatkan kebaikan keluarganya, tidak ia sangka kalau orang-orang berwajah bak malaikat tanpa sayap itulah yang justru menghancurkan kehidupan keluarganya yang damai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!