Pesona Gadis Desa
Anastasya Putri seorang gadis Desa yang sederhana. Mempunyai paras cantik, putih, tinggi dan rambut yang selalu di kuncir kuda menjadi ciri khasnya. Anastasya yang biasa di panggil Ana itu, bukanlah gadis biasa. Ana selalu berprestasi di sekolahnya. Maka dari itu orang tuanya bertekad bekerja keras untuk membiayai Ana masuk perguruan tinggi yang ada di Ibu Kota. Orang tua Ana berharap jika Ana bisa menjadi seseorang yang sukses di masa yang akan datang.
Hari ini adalah hari yang begitu berat bagi Ana. Dia harus meninggalkan Desa tempat ia selama ini bertumbuh dewasa. Hari ini Ana akan berangkat ke Ibu Kota untuk mengejar cita-cita nya.
''Bu, Pak. Doakan Ana ya, semoga Ana bisa menjadi kebanggaan keluarga,'' ucap Ana berpamitan kepada Ibu dan Bapaknya.
''Bapak dan Ibu akan selalu mendoakanmu Nak, jaga diri baik-baik. Selalu ingat sama yang di atas,'' ucap Ibu Siti, Ibu Ana.
Ana ke kota di antar oleh Bapak Husein sampai di terminal. Dari terminal ia naik bus kota. Dari terminal sampai ke kota memakan waktu hampir 4 jam lamanya.
''Pak, Busnya sudah mau berangkat, Ana berangkat dulu ya Pak, doakan Ana selalu,'' ucap Ana mencium tangan Pak Husein.
''Iya Nak, hati-hati. Jaga diri baik-baik,'' ucap Pak Husein. Sebenarnya Pak Husein sangat berat untuk melepaskan anak perempuan pertamanya. Tapi mau bagaimana lagi, Ana sudah besar sekarang, dan ini adalah salah satu cita-citanya, yaitu bisa bersekolah di Ibu Kota.
Ana segera naik bus kota tersebut. Ia melihat Pak Husein yang masih berdiri di tempatnya menatap Ana yang sudah duduk di kursinya. Ana ingin sekali meneteskan air matanya, namun ini adalah salah satu pilihannya.
''Aku tidak akan mengecewakan kalian Pak, Bu,'' batin Ana.
Bus yang di tumpangi Ana segera berangkat. Ana masih melihat Bapaknya yang terlihat masih memandangnya.
''Hari ini adalah hari pertama aku jauh dari kalian. Aku harap aku bisa menjadi kebanggaan kalian,'' gumam Ana yang mengusap air mata yang menetes di pipinya.
Setelah perjalanan hampir 4 jam, akhirnya Ana sampai di Ibu Kota.
''Ternyata seperti ini kondisi di Jakarta. Ramai sekali,'' ucap Ana. Ia menenteng tas kecil dan menggendong tas di pundaknya. Ia mencari alamat rumah sahabat Bapaknya yang pernah di berikan Bapaknya kepadanya.
''Huh, harus naik angkot lagi nih, masih jauh,'' ucap Ana setelah melihat maps yang ada di ponselnya.
Ana segera menyetop angkot yang lewat. Ia memberi tau kepada supir angkotnya jika ia akan berhenti di Jalan Xx.
Setelah hampir setengah jam perjalanan. Ana sampai di depan gang Jalan Xx.
''Mana ya rumahnya? Apa aku telpon aja Paman Agus, aku takut salah rumah,'' ucap Ana. Ia mengambil benda pipinya yang berada di dalam tas.
Tut tut tut.
''Halo,'' suara pria dari balik telepon tersebut.
''Halo Paman. Ini Ana, Ana sudah sampai di Jakarta Paman,'' ucap Ana.
''Kamu di mana sekarang? Biar Paman jemput,'' ucap Paman Agus.
''Ana sudah berada di Jalan Xx. Rumah Paman yang mana ya?'' tanya Ana yang celingukan mencari.
''Biar Paman yang menjemput kamu di situ. Kamu tunggu di sana saja,'' ucap Paman Agus mematikan panggilannya.
Setelah beberapa saat kemudian, Paman Agus terlihat sedang berjalan ke arahnya.
''Ana,'' panggil Paman Agus.
''Paman bagaimana kabarnya?'' tanya Ana sambil mencium tangan Paman Agus.
''Kabar Paman baik Nak. Ayo kita kerumah Paman,'' ajak Paman Agus.
Ana berjalan beriringan dengan Paman Agus, hanya beberapa puluh meter saja mereka telah sampai.
''Ayo masuk Nak,'' ucap Paman Agus.
Ana segera masuk ke dalam rumah Paman Agus.
''Buk, Buk, ada tamu Bu,'' panggil Paman Agus.
''Iya Pak, siapa?'' tanya istri Paman Agus yang muncul dari arah belakang.
''Ini Ana, anaknya Pak Husein Bu,'' ucap Paman mengenalkan Ana kepada Bibi Sumi, istri Paman Agus.
''Owalah, ya ampun kamu sudah besar ya sekarang Nak, makin cantik saja,'' ucap Bibi Sumi mengelus rambut indah milik Ana.
''Bibi bisa aja. Bagaimana kabar Bibi?'' tanya Ana.
''Kabar Bibi baik Nak, ayo duduk dulu. Bibi buatkan teh hangat untuk kamu,'' ucap Bibi.
''Ngak usah repot-repot Bi,'' ucap Ana yang tak enak hati.
''Bibi ngak merasa di repoti kok. Kamu pasti haus, perjalanan dari desa ke sini kan jauh,'' ucap Bibi pergi ke dapur membuat teh hangat.
Bibi Sumi membawa secangkir teh hangat dan sepiring pisang goreng yang habis di gorengnya.
''Di minum Nak, adanya hanya teh hangat,'' ucap Bibi Sumi.
''Terima kasih Bi, Ana malah ngerepotin Bibi,'' ucap Ana.
''Jangan bicara seperti itu, Bibi malah senang lo kamu datang ke sini,'' ucap Bibi Sumi.
''Iya An, sebelum kamu dapat kos-kosan mending kamu tinggal di sini dulu. Nindy pasti senang ada teman ceweknya. Iya ngak Bu,'' ucap Paman Agus.
''Betul Pak, kamu tinggal di sini saja dulu Nak. Ngak usah cari kos-kosan, anggap saja rumah ini rumah kamu sendiri,'' ucap Bibi Sumi.
''Terima kasih Paman, Bibi. Mungkin Ana akan menginap di sini untuk beberapa hari sebelum Ana mendapatkan kos-kosan. Ana ngak mau merepotkan Paman dan Bibi terus,'' ucap Ana.
Percakapan mereka terhenti ketika ada seseorang yang mengucapkan salam.
''Assalamualaikum.''
''Walaikumsalam.'' Jawab semua orang yang berada di dalam rumah.
''Doni kamu sudah pulang?'' tanya Bibi Sumi.
''Iya Bu,'' ucap Doni meraih tangan Ibu dan Bapknya untuk bersalaman.
''Dia siapa?'' tanya Doni yang penasaran saat melihat Ana di rumahnya.
''Dia Ana, anak teman Bapak yang ada di desa. Ana melanjutkan kuliah di sini, di tempat kuliahmu juga,'' ucap Bapak Agus.
''Doni,'' ucap Doni menjabat tangan Ana. Doni tersenyum ke arah Ana. Ana terlihat gadis yang baik dan lugu. Batinnya.
''Oh iya Don. Ana kan belum tau daerah sini. Besok kalau berangkat kamu bonceng dia ya,'' ucap Pak Agus. Doni pun mengangguk setuju.
''Ngak usah Pak, Mas. Ana malah ngrepotin kalian kalau kayak gini,'' ucap Ana tak enak hati.
''Ngak papa An. Kamu tidak usah sungkan-sungkan,'' ucap Doni.
Hari pun semakin petang, kini Ana menginap di rumah Pak Agus. Ia tak enak jika menolak keinginan keluarga mereka. Ana terlihat sedang duduk di kursi teras rumah, rumah milik Pak agus ini tidak terlalu besar, namun rumah ini kelihatan kuat dari pada rumah-rumah di dekatnya.
''Ehm,'' tiba-tiba Doni datang dan berdehem.
''Hai Mas,'' ucap Ana mengusir kecanggungan.
*
*
Hai hai hai. Ini karya kedua othor ya. Sebenarnya buat karya ini menguras ide othor. Karna si pemeran utama wanita lemah lembut tidak seperti si penulis. Namun ya gimana lagi ya. Othor pengen banget nulis karya ini.
Heheheh
Semoga readers suka ya.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya.
See you next episode.
❤❤❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Readers setia
permisi
2023-01-15
1
Radiah Ayarin
AQ mampir thor, semangat
2023-01-14
1
Lina Zascia Amandia
Dipajang tuh di beranda NToon...
2023-01-11
2