''Lagi ngapain?'' tanya Doni. Udah tau duduk masih nanya😁
''Menikmati suasana Mas. Di sini ramai ya. Kalau di Desa jam segini udah sepi. Bahkan orang-orang sudah tidak mau keluar rumah,'' ucap Ana.
''Masa sih. Segitu sepinya kah?'' tanya Doni.
''Heem,'' ucap Ana sambil menganggukkan kepalanya.
Di sela obrolan mereka, tiba-tiba ada seorang wanita yang datang ke rumah. Wanita itu mengendarai motor matic keluaran terbaru saat ini. Dengan gaya modisnya ia turun dari motor tersebut.
''Nindy dari mana saja kamu, kenapa baru pulang?'' tanya Doni. Ya dia Nindy adik perempuan Doni.
''Biasalah Mas kelompokan sama temen,'' ucap Nindy menatap malas sang kakak.
''Sampai jam segini?'' tanya Doni mengeryitkan dahinya.
''Ya iya lah Mas. Mas lihat sendiri kalau aku baru pulang,'' ucap Nindy yang terlihat kesal kepada Doni.
''Nindy masuk dulu,'' ucap Nindy berlalu dari hadapan Ana dan Doni.
''Nindy tunggu! Kenalin dia Ana, anak temen Bapak,'' ucap Doni menahan tangan Nindy dan memperkenalkan Ana kepada Nindy.
''Ana,'' ucap Ana mengulurkan tangannya kepada Nindy, namun Nindy hanya melihat saja tanpa mau menjabat tangan Ana.
''Nindy,'' ucap Nindy acuh, ia benar-benar pergi dari hadapan mereka.
''Jangan di ambil hati ya, Nindy memang seperti itu orangnya. Tapi aslinya dia baik kok,'' ucap Doni.
Namun Ana merasa jika Nindy memang tak suka dengan kehadirannya. Sejak turun dari motor maticnya tadi, Nindy menatap Ana dengan tatapan membunuh. Jiwa polos Ana ketakutan di tatap Nindy seperti itu.
Hari pun semakin malam, Doni mengajak Ana untuk masuk ke dalam rumah karna besok adalah hari pertama bagi Ana masuk kuliah.
''Kita masuk yuk, udah malam,'' ucap Doni.
''Iya Mas,'' ucap Ana. Ia segera masuk ke dalam rumah di ikuti Doni dari belakang.
''Kamu tidur sama Nindy ya. Soalnya di sini ngak ada kamar kosong,'' ucap Doni. Ana hanya menganggukkan kepalanya pelan. Ana terlihat takut dengan Nindy.
''Nggak papa. Nindy makannya masih nasi kok, bukan daging manusia, jadi kamu ngak perlu takut,'' ucap Doni mengelus pelan rambut Ana yang panjang itu.
''Iya Mas, Ana ngak takut kok,'' ucap Ana membawa barang-barangnya dan segera mengetuk pintu kamar Nindy.
Tok tok tok.
''Masuk,'' ucap Nindy dari dalam kamar.
''Mbak, permisi. Saya boleh tidur sama Mbak Nindy disini?'' tanya Ana yang sedikit takut.
''Boleh,'' ucap Nindy tanpa menoleh ke arah Ana, ia masih fokus pada benda pipih yang di pegangnya.
Ana merasa lega karna Nindy mengizinkan Ana untuk tidur satu kamar dengannya. Ternyata Nindy tak seperti yang ia kira, pikir Ana.
Ana pun meletakkan barang-barangnya di sudut kamar Nindy, ia segera berjalan ke arah kasur Nindy.
''Hey hey hey. Kamu mau ngapain? Jangan pernah sentuh kasur empukku ya. Kalau kamu mau tidur di kamar ini, kamu harus tidur di lantai,'' ucap Nindy dengan tersenyum licik.
''Tidur di lantai?'' tanya Ana mengulangi perkataan Nindy tadi.
''Ya, tidur di lantai,'' ucap Nindy menatap tajam ke arah Ana.
''Baiklah Mbak,'' ucap Ana pasrah. Ia segera mengambil selimut tipis yang ada di dalam tasnya. Ana akan tidur ber alaskan selimut tersebut.
''Buk, Pak Ana rindu kalian,'' batin Ana meneteskan air matanya. Ana segera memejamkan kedua matanya. Agar esok hari ia bisa bangun pagi.
Jam menunjukkan pukul 04.30, Ana terbangun dari tidurnya. Ana sudah terbiasa bangun saat subuh, karna biasanya Ana akan sholat subuh berjamaah di masjid.
''Udah jam setengah lima,'' ucap Ana pelan saat menyalakan layar ponselnya. Ia segera mencuci muka dan mengambil alat sholat dan pergi ke masjid. Kebetulan Ana kemarin melihat Masjid saat hampir sampai rumah Pak Agus. Hanya berjarak beberapa meter saja, Ana sudah sampai di Masjid tersebut.
Setelah shalat subuh berjamaah, Ana tak lupa mengaji sebentar di Masjid. Setelah itu Ana kembali ke rumah Pak Agus. Ia segera bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk keluarga Pak Agus.
''Aku udah di kasih tumpangan tempat tinggal di sini. Aku harus sedikit-sedikit bantuin Bibi. Aku tak mau terus menerus merepotkan mereka,'' ucap Ana. Saat Ana sampai di dapur ternyata Bibi Sumi sudah ada di sana. Bibi Sumi sedang memotong kentang dan kawan-kawannya. Seperti, wortel, kol, dan brokoli.
''Biar Ana bantu Bi,'' ucap Ana segera mengambil pisau dan membantu Bibi Sumi.
''Terima kasih Ana, Bibi biasa masak sendiri kok. Mending sekarang kamu mandi, dan mempersiapkan keperluan kuliah kamu, sebentar lagi pukul 6 lo,'' ucap Bi Sumi.
''Enggak Bi, Ana bantuin ya. Ana ngak akan telat ke kampusnya kok. Bibi tenang aja,'' ucap Ana sambil memotong kol yang ada di depannya.
Bi Sumi tak bisa menolak bantuan dari Ana. Ia berharap anak perempuannya juga bisa seperti Ana yang mau masuk dapur. Namun sampai saat ini Nindy enggan untuk masuk ke dapur, apalagi membantu memasak sang Ibu, cuci piring saja ia tak mau.
Sup ayam yang di masak oleh Ana pun akhirnya matang. Ia menaruh sup tersebut ke dalam mangkuk besar, lalu Ana membawanya ke meja makan. Setelah itu, ia menyiapkan piring untuk sarapan mereka.
''Semua sudah siap Bi. Ana mandi dulu ya,'' ucap Ana kepada Bibi Sumi.
''Iya Ana, setelah itu kita sarapan,'' ucap Bi Sumi kepada Ana.
Ana segera menuju kamar mandi. Sekitar hampir 15 menit ia baru keluar dari dalam kamar mandi.
''Ah segar sekali,'' ucap Ana sambil keluar dari kamar mandi. Doni yang melihat Ana nampak segar sehabis mandi, ia menelan salivanya dengan susah. Bagaimana tidak, Ana memakai celana jeans tiga per empat dan kaos pendek yang di masukkan ke dalam celana, tak lupa rambut indahnya di tali kuda, terlihat leher jenjang nan mulus milik Ana terpampang nyata.
Walaupun ia tinggal di Desa, namun penampilannya tidak kuno-kuno amat. Ana juga mempunyai ponsel android untuk berbelanja online saat masih di Desa.
''Eh Mas Doni nunggu lama ya? Maaf ya Mas,'' ucap Ana merasa tak enak hati kepada Doni.
''Ngak papa An. Santai aja,'' ucap Doni lalu masuk ke dalam kamar mandi. Doni tak ingin lama-lama memandang Ana, takut khilaf.
''Ana cantik sekali. Walaupun dia dari Desa, namun ia tak kalah dengan gadis-gadis kota. Kulit putih dan mulusnya sungguh-sungguh menggoda iman,'' ucap Doni yang berada di dalam kamar mandi.
Sementara di dalam kamar, Nindy masih tetap memejamkan matanya. Entah jam berapa Nindy tidur, sampai-sampai ia tak bisa bangun pagi.
*
*
Ayo lah jangan pelit Like, Coment, vote dan beri hadiah kawan.
😊😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
ameliaa
ahhh nindy kayak anak bos aja
2023-09-12
1
Authophille09
Holla kak, aku mampir nih sekalian bawain paket lengkap nya😁 kalau berkenan silahkan mampir juga di karya aku yang judulnya "Cinta karena Perjodohan" ya
2022-12-22
1
Noviyanti
eh tolong tangan di kondisikan.. tidka perlu elus2 segala ya
2022-12-03
1