''Udahlah puisinya, cepat di makan. Keburu dingin ngak enak,'' ucap Lufi kepada Ana.
''Tapi aku tak rela memakan ini Fi. Mereka begitu cantik,'' ucap Ana memandang makanan di depannya dengan kasihan.
''Memangnya kamu ngak lapar? Atau perutmu kenyang sendiri dengan menatap makanan yang ada di depanmu,'' ucap Lufi.
''Iya aku makan nih,'' ucap Ana mengambil sendok dan garpu. Ia mulai makan makanan yang ada di depannya.
''Gimana rasanya, enak kan?'' tanya Lufi.
''Enak Fi. Apalagi gratisan seperti ini. Enaknya dobel,'' ucap Ana terus mengunyah makanannya.
Mereka makan sambil mengobrol. Tiba-tiba ada seseorang yang datang ke meja mereka.
''Hai calon adik ipar,'' ucap wanita dengan pakaian yang sangat terbuka. Gu*ung kembarnya hampir ingin keluar dari wadahnya.
Lufi yang melihat ada seseorang yang sangat di kenalnya ada di hadapannya membuat ia ingin memuntahkan isi di dalam perutnya.
''Hai,'' ucap Lufi datar.
''Boleh Kakak gabung?'' tanya wanita itu.
''Kita udah selesai Kak. Mending Kakak cari kursi lain,'' ucap Lufi berbicara ketus kepada wanita itu.
''Ayo kita pergi dari sini An,'' ucap Lufi menarik tangan Ana yang masih memegang sendok. Ana segera meletakkan sendok yang ia pegang dan Ana ikut dengan Lufi.
''Akhhh sial. Kenapa sulit sekali mengambil hati adiknya, kalau begini terus yang ada aku ngak bisa dapetin kakaknya. Adiknya aja sulit di dekati, apalagi Kakaknya,'' ucap wanita itu kesal.
*
Sementara saat ini Lufi dan Ana sudah berada di dalam mobil. Lufi terlihat kesal karna bertemu dengan orang yang selalu mengejar kakaknya.
''Fi, kamu ngak papa kan. Kalau pengen cerita, cerita aja ke aku,'' ucap Ana berkata pelan.
''Aku ngak papa An. Gimana kalau kamu ikut ke rumahku, biar kamu tau rumah aku,'' ucap Lufi.
''Tapi jangan lama-lama ya, aku ngak enak kalau pulang terlalu sore. Aku kan di sana hanya numpang,'' ucap Ana.
Mobil yang di tumpangi Ana melaju ke rumah Lufi. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di rumah mewah berlantai 2 tersebut.
''Ini rumah kamu?'' tanya Ana.
''Iya, ayo turun,'' ucap Lufi. Lufi dan Ana segera turun dari mobil. Lufi mengajak Ana untuk masuk ke dalam.
''Ya ampun rumah kamu gede banget Fi. Mewah lagi,'' ucap Ana menatap takjub rumah Lufi.
''Biasa aja kali. Eh kamu mau minum apa?'' tanya Lufi.
''Em air putih aja Fi,'' ucap Ana.
''Ngak usah sungkan-sungkan kamu. Anggap aja rumah sendiri coy,'' ucap Lufi berlalu pergi ke dapur untuk membuatkan minum Ana.
Ana masih menatap sekelilingnya. Ia benar-benar masih tak percaya jika bisa menginjakkan kakinya di rumah semewah ini.
''Siapa kamu?'' suara bariton seseorang mampu membuat bulu kuduk Ana berdiri.
''Em saya A Ana,'' jawab Ana gugup. Jantungnya seperti ingin lepas dari tempatnya.
''Kamu mau mencuri di sini ya? Ngaku kamu,'' ucap orang itu dengan tatapan membunuh.
''Eh enggak Pak, Om eh Mas,'' ucap Ana.
''Saya ngak percaya. Sekarang ikut saya ke kantor polisi,'' ucap orang itu menarik pergelangan tangan Ana. Ana di buat takut oleh orang tersebut.
''Eh eh Kak, mau di bawa kemana sahabatku?'' tanya Lufi yang berlari dari arah dapur karna mendengar keributan di depan.
''Apa kamu bilang, sahabat?'' tanya Leon kakak Lufi.
''Iya dia sahabat Lufi Kak,'' ucap Lufi melepas cekalan tangan Leon di pergelangan tangan Ana.
''Kamu sahabatan sama dia? Lihatlah penampilannya yang kampungan seperti itu. Baju, celana dan sepatu yang sudah tidak patut di pakai, bagaimana bisa kamu sahabatan sama dia,'' ucap Leon menatapan penampilan Ana dari atas sampai bawah.
''Kak, kenapa sih Kakak itu selalu melihat orang dari penampilannya. Kenapa tidak pernah dari hatinya? memangnya apa masalahnya dengan Kakak jika Lufi berteman dengannya. Ngak ada kan?'' ucap Lufi kesal. Kakaknya itu selalu melihat orang dari penampilannya terlebih dulu.
''Kalau cari teman yang bener dikit lah Fi. Jangan udik kayak gini. Kakak malu jika kamu bertemu dengan teman-teman atau kolega Kakak, pasti mereka akan mencemooh kamu,'' ucap Leon. Ana yang di bicarakan seperti itu hanya menundukkan kepalanya. Benar yang di katakan Kakaknya Lufi jika dia udik dan kampungan. Dia memang tak pantas berteman dengan Lufi.
''Fi aku pamit dulu ya. Udah sore,'' ucap Ana langsung lari tanpa menunggu jawaban dari Lufi.
''An tunggu! Aku antar,'' teriak Lufi yang masih menegang minuman untuk Ana.
''Tidak usah Fi. Aku bisa naik angkot,'' ucap Ana melanjutkan jalannya.
''Ini semua gara-gara Kakak. Kalau mulut Kakak ngak pedas kayak gitu, ngak mungkin Ana tiba-tiba pergi. Orang kita baru sampai,'' ucap Lufi memarahi Leon.
''Kakak itu cuma ingin yang terbaik untukmu Fi. Kenapa Kakak ini selalu salah sih di mata kamu. Padahal Kakak ngak ngelakuin apapun loh,'' ucap Leon.
''Terserah lah Kak, terserah mau ngomong apa. Kakak mana paham urusan anak muda,'' ucap Lufi berlalu masuk ke dalam rumah.
''Fi Kakak juga masih muda kali. Kamu fikir Kakakmu ini udah kakek-kakek,'' ucap Leon kesal.
''Bukan kakek-kakek tapi Kakak seperti bocah kecil yang ngak paham urusan orang dewasa!'' ucap Lufi ketus. Ia segera berlari ke kamarnya. Lufi kesal kepada Leon yang selalu membatasi pertemanannya dengan seseorang, sampai akhirnya Lufi tak punya teman seperti sekarang ini.
Di perjalanan pulang, Ana lebih memilih berjalan kaki, karna ia sudah terbiasa jalan kaki dengan jarak yang cukup jauh. Mungkin jarak antara rumah Lufi dan tempat tinggal Ana sekarang kira-kira 5 km.
''Benar yang di katakan Kakaknya Lufi. Aku tak pantas berteman dengan Lufi. Lufi orang kaya dan banyak uang, sedangkan aku hanya butiran debu yang kapan saja bisa tertiup angin,'' ucap Ana tertunduk lesu.
Ia terus berjalan hingga sampai akhirnya ia sampai di rumah Paman Agus.
''Dari mana An, kenapa jalan kaki?'' tanya Paman Agus.
''Dari rumah teman, Paman,'' ucap Ana menyalami tangan Paman Agus. ''Ana ke dalam dulu,'' pamit Ana kepada Paman Agus.
Ana segera masuk ke dalam kamar Nindy. Ana tak melihat Nindy disana, mungkin Nindy sedang keluar bersama teman-temannya, pikir Ana.
*
*
''Ayo lah Nin, kamu kan banyak uang, masak beli kayak gini aja ngak bisa,'' ucap teman Nindy.
''Siapa bilang aku ngak bisa. Aku bisa, tapi aku ngak bawa uangnya. Besok pasti aku beli,'' ucap Nindy.
''Beneran ya besok kamu beli tas ini. Awas aja kalau ngak kamu beli,'' ucap Teman Nindy, mereka meninggalkan Nindy yang masih duduk di kursi restoran tersebut.
*
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di sini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Noviyanti
masih nyicil.. nti aku balik lagi.. semangat... eh leon hati2 kamu bisa bucin sama ana
2022-12-03
1
💞Amie🍂🍃
tunggu penyakit bucinnya deh
2022-11-24
1
mom mimu
biasanya yg suka ledekin, nantinya malah suka jatuh cinta, cie.. hati2 An... jangan2 kamu jodohnya Leon lagi 😁😁😁
2022-11-15
1