KIRANA 2 ( Kembalinya Nyi Laksmi )
Asap tebal membumbung tinggi, si jago merah melalap semua bangunan rumah Pak Bahari seakan meluapkan kemarahan, tanpa ampun.
Semua warga berlarian saat melihat musibah kebakaran yang menimpa keluarga Pak Bahari.
Beberapa dari mereka bergotong royong membawa ember berisi air untuk membantu memadamkan api. Sayang nya usaha mereka tampak sia-sia saja, karena kobaran api sudah melebar ke seluruh bangunan rumah.
" Den Bahari,,, Bu Ratna,,, ! " pekik Bi Sari memanggil-manggil nama majikan nya yang di pastikan bahwa mereka terjebak di dalam sana.
Dua orang warga berada di sisi kanan dan kiri Bi Sari, mencoba menahan wanita tersebut agar tak nekad lari ke dalam rumah yang terbakar. Pasal nya Bi Sari berulang kali hendak menembus kepulan asap, ia ingin menyelamatkan dua majikan nya yakni Bahari dan Ratna.
Sungguh sangat berbahaya jika sampai Bi Sari melakukan hal itu. Warga pun mencoba mencegah perbuatan nekad nya, agar tak ada lagi korban berikut nya dari musibah kebakaran ini. Pak Bahari dan Bu Ratna sudah di pastikan mereka tewas di dalam sana. Karena pada saat warga bermunculan, api sudah membesar dan tak bisa di jinakkan.
Posisi rumah Pak Bahari berada jauh dari pemukiman warga, hingga pada saat kebakaran terjadi tak seorang pun mengetahui nya. Warga baru menyadari saat melihat kepulan asap tebal dan bara api dari kejauhan. Melihat itu, mereka bergegas mencari sumber asap tersebut yang di duga berasal dari arah rumah Pak Bahari. Dugaan mereka pun benar. Rumah Pak Bahari kebakaran.
Api yang sudah membesar membuat mereka tak bisa menyelamatkan penghuni rumah. Saat terjadi kebakaran Mang Nur dan Bi Sari tengah berada di rumah mereka. Hingga mereka tak mengetahui penyebab pasti kebakaran tersebut.
Nampak Mang Nur pun terdiam menatap nanar bara api dan puing-puing bangunan yang mulai menghitam. Kelopak mata keriput itu membendung tangis yang tertahan. Begitu pun dengan Fathir, mata nya berembun semburat luka menggores hati. Ia teringat pada Kirana, yang pasti terpukul akan kejadian ini. Fathir tak bisa berbuat apa-apa bahkan untuk menolong kedua orang tua Kirana yang terjebak di dalam sana pun ia tak mampu.
" Kita harus beritahu Den Bagas sama Non Kirana, " lirih Mang Nur di tengah kegetiran orang-orang yang membaca takbir, karena mereka sudah tak sanggup lagi menjinakkan api. Kini mereka hanya menyaksikan kobaran api yang terus merajalela menghabiskan bangunan rumah tersebut. Tak ada pemadam kebakaran karena memang armada itu belum tersedia di desa Jatiasih.
Beberapa menit berlalu, api pun mulai menyisakan bara dan asap, meninggalkan puing bangunan rumah yang sudah tak berbentuk.
Di pesantren,
" Assalamualaikum. Ustad memanggil ku? " ucap Kirana.
" Wa'alaikum salam. " Ustad Sahir mengangguk pelan. Kirana menangkap sorot mata Ustad Sahir memancar kan sesuatu yang sulit di arti kan. Seperti ada kesedihan di balik teduh nya wajah sang Ustad.
" Nak, kamu yang sabar ya. " Ustad Sahir menghentikan kalimat nya, sejenak ia menghela napas pelan. Seakan begitu berat untuk nya mengatakan pada Kirana jika saat ini kedua orang tua Kirana tengah mengalami musibah yang telah merenggut nyawa keduanya.
Kirana menautkan alis, tersemat tanya dalam hati melihat sikap Ustad Sahir yang seperti ini.
" Kedua orang tua mu mengalami musibah, telah terjadi kebakaran di rumah mereka. Dan kini,,, " belum sempat Ustad Sahir melanjutkan perkataan nya, Kirana yang semula berdiri kini ambruk ke lantai.
" Innalillahi wa innailahi rojiun. " Suara Kirana bergetar, tangis pun pecah seiring ambruk tubuh nya ke lantai. Kaki Kirana terasa lemas hingga tak mampu menopang bobot tubuh nya, seakan bumi ini ikut runtuh mendengar penuturan Ustad Sahir.
Dua santriwati yang menemani Kirana segera mendekat dan menenangkan gadis itu.
" Ustad tau ini pasti sangat menyakitkan, menangis lah nak jika itu dapat meringankan semua kesedihan mu, " ucap Ustad Sahir.
Lidah Kirana terasa kelu. Hanya air mata yang mengalir deras , begitu hebatnya kepedihan yang ia rasakan saat ini hingga tangis nya pun tak bersuara. Kirana memegang dada yang terasa begitu sesak, air mata nya pun membasahi bagian cadar yang ia kena kan. Dua santriwati terus mengelus punggung dan lengan Kirana, berusaha menguatkan meski cara seperti itu tak cukup menenangkan.
Benak Kirana seketika menerka-nerka kemungkinan terburuk terjadi menimpa kedua orang tua nya. Hati nya semakin terasa sakit bagai terhujam benda tajam, dada nya sesak, pandangan pun kian buram dan pada akhirnya Kirana tak sadarkan diri. Ia tak kuat mendengar kenyataan pahit ini, ia belum siap dengan kepergian orang tua nya.
Mendengar kabar dari Fathir tentang musibah yang di alami Pak Bahari dan Bu Ratna, Ustad Sahir pun tak mungkin tinggal diam. Kirana harus segera di bawa pulang ke desa Jatiasih saat ini juga. Walau masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Para santriwati membantu mengangkat tubuh Kirana ke dalam mobil.
Tiga santriwati, dua santri dan Ustad Sahir mengantar Kirana menuju desa Jatiasih.
Di tempat lain, Bagas pun terkejut mendengar kabar buruk yang di beritakan Fathir melalui sambungan telepon.
" Gas, sabar ya ! " ucap Yanuar menenangkan.
Sementara Bagas masih terdiam mematung tak bergeming. Ia masih tak percaya dengan apa yang sudah terjadi di kampung halaman nya. Peristiwa kebakaran telah merampas nyawa kedua orang tua nya.
" Kenapa harus seperti ini, KENAPA? " jerit Bagas seraya memukul apa saja yang ada di hadapan nya, bahkan kepalan tangan nya pun melayang memukul dinding hingga jemari Bagas berdarah darah.
" Gas jangan seperti ini, istigfar ! " titah Yanuar.
" Iya Gas, sabar tenang,, " ujar Aryo.
Bagas menoleh menatap mereka satu persatu.
" Kalian bilang tenang? Sabar? Bagaimana aku bisa tenang sedang orang tua ku di sana meninggal ? " kata Bagas dengan nada tinggi.
" Iya aku tau, tapi jangan kaya gini. Harusnya kamu berdoa untuk mereka. Tenangkan diri kamu, sekarang juga kita pulang ke kampung mu. " Yanuar mengguncangkan bahu Bagas.
Bagas memang tipikal orang yang tak bisa mengontrol diri dalam keadaan apapun. Dia cenderung mudah tersulut emosi. Wajar saja ia bersedih, karena siapapun pasti akan terpukul saat mendengar kabar orang tua meninggal apalagi kedua-dua nya yang pergi dan di panggil Sang Khalik. Pasti berat untuk Bagas juga Kirana.
Bagas, Aryo dan Yanuar pun bergegas menuju desa Jatiasih. Waktu mereka tak banyak, apalagi perjalanan menuju ke sana cukup jauh. Tak yakin jika mereka sampai nanti bisa melihat jenazah Pak Bahari dan Bu Ratna. Pasti nya dua jenazah tersebut sudah di kebumikan sebelum mereka sampai ke sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Ali B.U
mulai baca ulang
2022-12-09
2
Rosyid Rizal Azriel
izin kk ada Novel terbaru saya "dusun Rahayu"🙏❤️
2022-11-24
2
Rini Antika
Semangat terus Kak..💪💪
2022-10-18
3