Asmara Dua Ceo
"Ka-kalian siapa??"
Nadira terus menatap ke arah gerombolan pria di depan rumahnya itu.
Tak lama, seorang lelaki tampan berkacamata muncul mendekatinya.
Nadira amat cemas saat lelaki itu terus mendekat ke arahnya disertai senyum tipisnya.
"Cantik!" ucap pria itu spontan.
"Ka-kamu siapa?" tanya Nadira sekali lagi.
Pria itu tak menjawab, dia justru mengusap rambut Nadira dan pergi bersama anak buahnya dari sana.
"Siapa sih mereka...??"
Nadira tersenyum lebar ketika mengingat momen saat pertama kali dirinya bertemu dengan Albert.
"Mas, sudah dua tahun lebih kamu pergi tinggalin aku dan anak-anak, tapi entah kenapa sulit sekali buat aku lupain kamu mas. Bayangan wajah kamu selalu muncul di kepala aku, rasanya sampai kini aku masih merasa kamu ada di dekat aku mas." batin Nadira.
Saat ini Nadira sedang berangkat menuju kantornya, ia sudah membuat janji dengan Devano untuk melakukan pertemuan dan membahas mengenai kerjasama mereka.
Nadira tak pergi seorang diri, seperti biasa ia diantar oleh Keenan yang kini telah resmi menjadi asisten pribadinya, dan juga Liam pengawal setia Nadira.
"Eee Bu, barusan Carol kirim pesan ke saya, katanya pak Devano sudah sampai di kantor." ucap Keenan pada Nadira.
Namun, Nadira hanya diam tak mendengar ucapan Keenan.
"Duh, bu Dira kenapa ya? Saya bicara kok gak didengar sih sama dia?" gumam Keenan bertanya-tanya.
"Mungkin Bu Nadira lagi mikirin sesuatu," ucap Liam.
"Kayaknya sih iya, saya jadi khawatir sama kondisi Bu Nadira. Masalahnya hampir setiap hari bu Nadira melamun terus kayak gini," ucap Keenan.
"Tenang aja! Mungkin itu karena Bu Nadira masih belum moveon dari tuan Albert," ucap Liam.
"Justru itu, kita harus bisa bikin Bu Nadira lupain itu semua dan fokus sama kerjaannya!" ujar Keenan.
"Kamu atur ajalah Keenan!" ucap Liam pasrah.
Keenan menggeleng pelan, lalu kembali menoleh ke belakang dan berusaha menyadarkan Nadira dari lamunannya.
"Bu, Bu Dira! Bu Nadira!!" ucap Keenan dengan suara sedikit keras.
"Ah iya?" Nadira terkejut dan spontan mengangkat kepalanya menghadap ke arah Keenan.
"Kenapa Keenan? Kamu bicara apa?" tanya Nadira.
"Gak ada Bu, saya cuma kasih info kalau pak Devano sudah tiba di kantor." jawab Keenan.
"Oh gitu, yaudah pak Liam tolong agak cepat sedikit ya bawa mobilnya!" ucap Nadira.
"Baik Bu!" ucap Liam.
"Keenan, maaf ya saya tadi gak fokus! Saya malah gak dengerin ucapan kamu," ucap Nadira.
"Gapapa Bu, saya paham kok! Ibu pasti masih berat kan kehilangan tuan Albert?" ucap Keenan.
Nadira melenguh pelan seraya menundukkan wajahnya, "Begitulah Keenan, gak tahu kenapa rasanya sulit sekali saya melupakan mas Albert. Walau sudah dua tahun lebih mas Albert pergi, tapi aku belum bisa lupain mas Albert."
"Sabar ya Bu! Ibu harus bisa ikhlas dan tabah! Saya yakin tuan Albert sudah bahagia di atas sana, beliau pasti juga gak mau melihat istrinya terus menerus sedih seperti ini." ucap Keenan.
"Ya Keenan, saya akan usahakan itu." ucap Nadira.
•
•
Singkat cerita, mereka tiba di kantor. Keenan langsung turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Nadira.
"Silahkan Bu!" ucap Keenan.
"Terimakasih Keenan!" Nadira keluar dari mobilnya lalu bergerak menuju halaman kantornya.
Keenan pun mengikuti Nadira dari belakang seperti biasanya.
"Selamat pagi Bu Nadira!" sapa security yang berjaga di depan pintu.
"Iya, pagi juga!" balas Nadira.
Saat di dalam, Nadira pun juga disambut oleh para karyawannya yang sudah datang.
"Selamat pagi Bu!"
"Ya pagi!"
Keenan mendekati wanita yang merupakan resepsionis disana, sedangkan Nadira sudah terlebih dahulu melangkah menuju lift.
"Linda, kalau ada yang nyariin bu Nadira, bilang aja dia lagi sibuk! Paham kan?" ucap Keenan.
"Siap pak!" ucap Linda menurut.
Setelahnya, Keenan langsung bergerak cepat menyusul Nadira ke dalam lift.
Saat di lift, entah mengapa Keenan merasa canggung karena hanya berdua dengan bosnya.
"Keenan, kamu kenapa di belakang saya terus sih? Kan bisa berdiri di sebelah saya aja gitu, udah kayak buntut aja." tanya Nadira.
"Maaf Bu! Saya ini kan asisten ibu, jadi saya gak enak lah kalau ada di samping ibu." jawab Keenan.
"Hm, baiklah.." ucap Nadira pelan.
Tiiingg...
Pintu lift terbuka, tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Carolina sang sekretaris.
"Eh ibu, pak Keenan," ucap Carolina. "Selamat pagi bu!" sambungnya menyapa mereka.
"Pagi Lina! Kamu mau kemana? Kenapa bukan stay di ruang meeting? Katanya pak Vano sudah datang," tanya Nadira.
"Ah iya Bu, justru saya tadi mau ke bawah buat nungguin ibu. Karena ibu sudah datang, mari Bu saya antar ke ruang meeting!" ucap Carolina.
"Iya, Keenan kamu tunggu disini aja ya!" perintah Nadira.
"Baik Bu!" ucap Keenan menurut.
Nadira dan Carolina pun masuk ke dalam ruang meeting tersebut untuk menemui Devano.
•
•
Setelah menyelesaikan meeting, Nadira kini kembali keluar dari ruangan itu.
"Terimakasih ya pak Vano atas bantuannya! Tanpa anda, mungkin saya tidak akan bisa memimpin perusahaan sebesar ini." ucap Nadira.
"Sama-sama, Nadira. Kamu itu kan istrinya Albert, saya pasti selalu siap buat bantu kamu jika dibutuhkan!" ucap Devano.
Nadira tersenyum saja memandangi wajah Devano.
"Eee yaudah, kalo gitu saya permisi dulu ya Dira? Keenan, saya pamit ya? Untuk lebih lanjutnya, besok saya akan datang kesini lagi." ucap Devano.
"Iya pak, sekali lagi terimakasih!" ucap Nadira.
Devano pun pergi dari sana.
"Keenan, ayo kita pulang sekarang!" ucap Nadira pada Keenan.
"Baik Bu!" ucap Keenan patuh.
"Lina, kamu tolong cancel semua pertemuan saya dengan klien yang lain hari ini ya! Saya ada urusan di luar yang tidak bisa ditunda," ucap Nadira pada sekretarisnya.
"Iya Bu, siap!" ucap Caroline.
"Yasudah, ayo Keenan!" ucap Nadira.
Nadira melangkah lebih dulu, diikuti oleh Keenan dari belakangnya.
Akibat terlalu cepat melangkah, Nadira justru terpeleset saat melewati lantai yang baru saja dipel oleh cleaning service disana.
"Akh!" Nadira memekik saat tubuhnya hendak terjatuh.
"Eh eh, Bu Dira!" Keenan reflek berteriak dan maju untuk menangkap tubuh bosnya itu.
Namun, ia kalah cepat dibanding seorang pria yang muncul dari arah samping dan langsung menangkap tubuh Nadira.
Nadira pun terkejut saat lengan kekar mendekap tubuhnya, ia coba membuka matanya untuk melihat siapa orang yang sudah menolongnya itu.
Betapa kagetnya ia begitu mengetahui wajah si pria amat mirip dengan Albert, suaminya.
Mereka cukup lama saling memandang, Nadira masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
"Mas Albert...??" ucapnya lirih.
Sontak Keenan memasang wajah kaget mendengar apa yang diucapkan Nadira barusan.
"Ini kamu mas?" ucap Nadira sambil tersenyum.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
...•...
Helo guys! Berjumpa lagi dengan petrik disini, i miss you guys!🥰
Fyi, ini merupakan sekuel dari novel petrik yang berjudul 'Dinikahi Ceo kejam'.
Jadi, buat kalian yang mau baca ini, ada baiknya baca novel pertamanya dulu ya! Kalian bisa langsung pencet profil petrik, disitu ada dah tuh novelnya nangkring 😁
Semoga kalian suka ya dengan novel baru petrik ini! Jangan lupa tinggalkan vote juga, mumpung ini hari Senin!🥰🙏❤️😍😁
...~~~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
anti pebinor pelakor
omong kosong semua yang kamu kata nadirah, kau lah yang membunuh suamimu, cinta yang kau banggakan itu omong kosong semua, dinovel ini akan memperjelas cintamu nadirah pada albert adalah omong kosong semuanya, dinovel ini kau akan dapat pengganti albert,
ni fakta nadirah adalah perempuan paling egois dan penuh omong kosong, saat suami datang dalam keadaan sekarat dan butuh pertolongan segera, dia sama sekali tidak peduli dan biar kan suami sekarat dan mati di luar rumahnya, dan pada saat suami udah mati baru dia berkoar koar bilang dia cinta dan tidak bisa kehilangan agar dapat menguasai harta suaminya dan novel ini dia pasti dapat suaminlain lagi, dasar perempuan paling munafik
2022-10-24
1
pena_sf:)
ah author palingan sad ending kan author suka nya bikin sad ending
2022-10-16
1
Syhr Syhr
Dalam kali...
Mas kamu kemana sih, Kasihan Nadira.
2022-10-11
1