Episode 3. Gavin Araya

Davin turun dari mobilnya begitu tiba di sebuah rumah besar yang tak lain adalah tempat tinggalnya.

Pria itu langsung masuk ke dalam rumahnya sembari mengusap pipinya yang memerah akibat tamparan Nadira sebelumnya.

"Heh! Udah pulang lu?" ia terkejut saat suara berat menegurnya.

Davin pun menoleh, terlihatlah sosok pria sebaya dengannya tengah berdiri di dekatnya menggunakan dua tongkat bantuan.

"Gimana sama bisnis kita dengan perusahaan Galatama?" tanya pria itu padanya.

"Ah kacau bro! Bukannya dapet cuan, gue malah ditampar nih sama tuh ceo sok jual mahal!" jawab Davin seraya menunjukkan bekas tamparan Nadira di pipinya itu kepada pria di dekatnya.

"Ya ampun! Kok lu bisa sampe ditampar gitu sih Vin? Emang lu ngapain tadi? Dengar ya Vin, gue gak mau nama Araya sentosa jadi rusak gara-gara kelakuan buruk lu itu! Tolonglah Vin, jangan bawa sikap buruk lu ke dalam kerjaan kita!" ujarnya.

"Apaan sih? Kok lu jadi nyalahin gue? Jelas-jelas gue gak ngapa-ngapain, gue cuma tolong tuh cewek yang mau jatuh tadi." sangkal Davin.

"Cewek? Cewek siapa??" tanya pria itu.

"Ya Nadira lah, siapa lagi?!" jawab Davin.

"Ohh, Bu Nadira? Berarti lu ditampar juga sama bu Nadira? Kok bisa sih? Emang lu ngapain coba?" tanya pria itu penasaran.

"Gua kagak ngapa-ngapain, lu gak percayaan amat sama adek sendiri! Gue itu cuma tolongin dia yang mau jatuh, eh abis itu gue digampar sama dia!" jawab Davin berbohong.

"Lu gausah bohong deh! Gue tau kelakuan lu kayak gimana kalo sama cewek, pasti lu ada ucapin sesuatu kan yang bikin Bu Nadira jengkel?!" ucap pria itu.

"Gak ada, gue gak bicara apa-apa sama dia. Udah lah lu jangan salahin gue terus! Gue ini udah baik loh mau bantuin lu urus bisnis ini, masa lu masih aja salahin gue melulu?" ucap Davin kesal.

"Bukannya gitu Vin, gue—"

"Ah udahlah, males gue ngomong sama lu! Lu itu selalu aja nyalahin gue, gak pernah gitu lu percaya sama gue sekali aja!" potong Davin.

Davin pun melangkah pergi meninggalkan sosok pria yang tak lain ialah kakaknya itu.

"Eh Vin, tunggu Vin!" pria itu berusaha mengejar Davin, namun dengan kondisinya saat ini tentu sulit baginya untuk mengejar sang adik.

"Duh, kok jadi gini sih? Si Davin emang gak bisa dipercaya!" gumam pria itu.

"Saya harus hubungi Bu Nadira dan minta maaf sama dia!" pria itu pun merogoh saku celananya dan mengambil ponsel miliknya dari dalam sana.

Ia mulai menekan nomor telepon Nadira dan menghubunginya.

Disisi lain, Nadira masih asyik bermain dengan putrinya dan lupa kalau ia belum berganti pakaian.

Sulastri terduduk saja di sofa sembari memperhatikan putrinya yang sedang bermain bersama cucunya disana.

Sulastri merasa senang sekali melihat Nadira yang kembali ceria dan tidak terus bersedih memikirkan suaminya.

"Semoga kamu bisa terus ceria seperti ini Nadira! Ibu senang lihatnya!" ucap Sulastri.

Drrttt..

Drrttt...

Tiba-tiba saja, ponsel Nadira yang tergeletak di atas meja itu berdering.

"Loh, ada telpon?" ucap Sulastri.

Sulastri pun mengambil ponsel itu dan bergerak menghampiri Nadira.

"Nadira, sebentar Nadira!" ucap Sulastri.

"Wiiii..." Nadira yang sedang bermain bersama Ciara tak mendengar panggilan ibunya itu.

"Nadira!" ucap Sulastri sekali lagi.

"Eh iya Bu, kenapa?" tanya Nadira.

"Ini loh, ada telpon buat kamu." jawab Sulastri.

"Oh iya iya, makasih ya Bu!" ucap Nadira.

"Udah sini Ciara biar sama ibu dulu!" ucap Sulastri.

"Iya Bu," Nadira memberikan Ciara kepada ibunya, lalu mengambil ponsel miliknya itu.

"Pak Gavin?" ucapnya lirih.

Ada rasa malas di dalam hatinya untuk mengangkat telpon itu, tapi mau tidak mau Nadira pun terpaksa mengangkatnya.

📞"Halo pak Gavin! Ada apa lagi ya bapak menghubungi saya?" ucap Nadira di telpon seraya bergerak menjauh dari ibunya karena suara berisik Ciara.

📞"Ya halo Bu Nadira! Saya mau minta maaf sama anda, karena tadi saya tidak bisa hadir dalam pertemuan yang sudah kita rencanakan. Kaki saya ini masih belum bisa dipakai buat jalan, ini aja saya pakai tongkat." ucap pria di seberang sana.

📞"Umm, ya tidak masalah.. lagipun kerjasama kita juga sudah batal kan, saya rasa tidak ada yang perlu kita bahas lagi saat ini." ucap Nadira.

📞"Batal? Maaf Bu, kalau boleh tahu kenapa ya anda membatalkan proyek kerjasama kita? Bukankah ini proyek besar yang berpotensi menguntungkan kita?" tanya pria itu.

📞"Dengar ya, bapak Gavin Araya! Saya atas nama Galatama group meminta semua kerjasama kita itu dibatalkan, anda paham kan?" ucap Nadira.

📞"I-i-iya Bu, saya tahu. Tapi, disini saya mau tanya aja apa alasan ibu membatalkan ini semua?" tanya pria bernama Gavin itu.

📞"Untuk itu anda bisa tanyakan langsung pada pak Davin, saya yakin dia bisa jelaskan semuanya sama anda. Yasudah ya, saya gak bisa lama-lama telponan karena sekarang saya sedang sibuk." jawab Nadira ketus.

📞"Eee ta-tapi bu—"

Tuuutttt tuuutttt...

Nadira memutus telponnya begitu saja, ia menghela nafasnya dan kembali mendekati Ciara serta Sulastri disana.

"Kenapa Dira? Kamu kok kayak kesal gitu?" tanya Sulastri pada putrinya.

"Enggak ada Bu, ini tadi orang kantor yang telpon. Aku kesal aja karena aku baru pulang, eh udah ditelponin lagi." jawab Nadira.

"Ohh, kamu pasti capek ya Dira?" ucap Sulastri.

"Ya begitulah Bu, tapi ini semua kan demi keluarga aku." ucap Nadira tersenyum lebar.

Nadira pun kembali bermain bersama Ciara.

"Hiks hiks, huhuhu.."

Suara tangisan anak kecil terdengar di telinga suster Alra saat membuang bekas popok milik Ciara ke tempat sampah.

Sontak suster Alra langsung dibuat terkejut dengan itu, ia pun coba mencari asal suara tangisan tersebut di sekitar sana.

"Duh, itu suara tangisan siapa ya? Kedengarannya kayak anak kecil," gumam suster Alra.

"Huuu... huuu... huuu.." suara tangis itu kembali terdengar, membuat suster Alra yakin bahwa ia sudah dekat dari sumber suara.

"Hah? I-itu kan den Galen, ngapain ya dia nangis disitu?" ujar suster Alra.

Tanpa berpikir panjang, suster Alra langsung bergerak cepat menghampiri Galen yang tengah duduk di atas pohon.

"Den, den Galen ngapain nangkring di atas situ? Awas loh den, nanti jatuh!" ujar suster Alra panik.

"Hiks hiks, biarin aja! Lagian gak ada yang perduli sama aku, aku berasa gak punya keluarga dan gak dianggap di rumah ini! Lebih baik aku loncat aja dari pohon ini sekarang!" jawab Galen.

"Hah? Waduh! Eh jangan dong den! Kalau den Galen jatuh, nanti mama den Galen bisa sedih den! Ayo den Galen turun ya sayang!" ucap suster Alra.

"Gak mau!" ucap Galen menolak.

"Aduh! Gimana ini ya cara bujuknya..??" gumam suster Alra kebingungan.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Terpopuler

Comments

Nulis terus✍️💪

Nulis terus✍️💪

next Thor, semaaaangat 💪🥰

2022-10-11

1

Noza Eseh Aijji

Noza Eseh Aijji

saya gak suka anak2 d gituin sama Nadira,salah ortu nya kok sama anak yg gak tau apa2,benci lihat Nadira buat anak begitu,swharusnya anak itu d bimbing yg baik agar tdk menjadi seperti ortu nya yg dulu.😠

2022-10-10

1

wulan dari

wulan dari

bgs tuh semua orang dh g syg dan g pdli lgi sma Galen walaupun kmu anak Albert tpi dari pelakor BKN dari Nadira smga aja Galen g jadi JHT dan licik Kya emany. smga aja g bls dendam sma klwrga sndri atau perlu kmu mti aja biar kmu jatuh dari pohon trs mati deh percuma kmu hdp bikin bwa sial..

2022-10-10

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!