Braakkk...
Gavin membuka pintu kamar adiknya dengan keras dan paksa lantaran ia sudah tersulut emosi.
Sontak saja hal itu membuat Davin terkejut, ia yang sedang memandangi dirinya di cermin pun langsung menoleh ke arah Gavin dan menghampirinya.
"Heh! Lu apa-apaan sih Gav? Masuk kamar orang itu pake etika, jangan main nongol gitu aja kayak setan! Gak ada sopan santunnya!" ujar Davin.
"Lu gausah sok ngajarin gue! Sekarang bukan waktunya buat bahas itu, karena gue mau tanya satu hal sama lu!" geram Gavin.
"Apa lagi sih Gav?" tanya Davin bingung.
"Apa yang udah lu lakuin sama Bu Nadira tadi sampai dia marah besar kayak gitu dan putus kontrak kerjasama kita, ha?!" tegas Gavin.
"Ohh, masih soal cewek seksi itu? Yah elah Gav, udah sih lupain aja dia! Buat apa lu ngarepin kerjasama sama mereka? Udah jelas-jelas mereka nolak kita, masa kita harus ngemis-ngemis sama mereka? Ih gak banget!" ujar Davin.
"Dengar ya Vin, ini bukan masalah kerjasama yang batal. Tapi, disini gue cuma mau tau apa yang udah lu lakuin ke Bu Nadira sampai dia semarah itu pas gue telpon tadi!" ucap Gavin emosi.
"Sumpah gue kagak ngapa-ngapain! Gue cuma bilang kalau dia cantik, itu aja kok." ujar Davin.
"Ah bener-bener lu ya! Harusnya lu jangan genit gitu dong sama Bu Nadira! Dia itu klien kita bro, taubat lu taubat!" ucap Gavin.
"Iya iya, gue salah iya.." ucap Davin pasrah.
"Ya emang lu salah! Yaudah, mulai hari ini lu gausah urusin perusahaan lagi! Gue bakal urus semuanya sendiri," ucap Gavin.
"Hah? Serius lu bro?" tanya Davin terkejut.
"Iyalah, udah kapok gue minta lu buat urus urusan perusahaan!" jawab Gavin.
"Yes! Akhirnya gue terbebas juga dari perusahaan itu, gue bisa main-main lagi deh!" ucap Davin.
Gavin menggelengkan kepalanya, sikap adiknya itu memang selalu membuatnya kesal dan jengkel.
Akhirnya Gavin memutuskan untuk keluar dari kamar Davin dan melupakan semua masalah yang sudah dibuat oleh adiknya itu.
•
•
Suster Alra yang sangat panik, kini mendatangi Nadira serta Sulastri di ruang tamu.
"Duh, nyonya gawat nyonya!" ucap suster Alra dengan gelagat panik.
"Hah? Kenapa sih sus? Kok panik gitu? Emang apa yang gawat?" tanya Nadira penasaran.
"Itu loh nyonya, den Galen naik ke atas pohon dan katanya mau loncat. Pohonnya kan tinggi nyonya, saya khawatir den Galen kenapa-napa!" jelas suster Alra.
"Ya ampun, Galen! Kok bisa sih Galen naik ke atas pohon, sus? Emangnya suster gak jagain Galen?" ujar Sulastri ikut cemas.
"Maaf Bu Lastri! Saya itu tadi abis ngurusin bekas pup nya dedek Ciara, jadinya saya gak lihat kalau den Galen naik ke pohon." jawab suster Alra.
"Aduh! Gimana ini Dira?" tanya Sulastri pada putrinya itu.
Namun, Nadira justru tampak tenang-tenang saja sembari terus bermain dengan Ciara. Tak ada sedikitpun raut cemas di wajahnya.
"Dira, kamu kok tenang-tenang aja sih? Itu loh anak kamu Galen naik ke atas pohon!" tegur Sulastri.
"Apa sih Bu? Ya kalau dia mau naik pohon biarin ajalah, dia kan anak laki-laki. Kalau misal dia jatuh, ya tinggal diobatin lukanya. Ibu sama suster Alra gausah panik gitu! Anak laki-laki itu gak boleh dimanja, biarin aja dia berbuat sesuka hatinya!" ucap Nadira.
"Hah? Tapi nyonya—"
"Udah sus, sana mending suster lihatin aja si Galen biar dia gak kenapa-napa! Aku yakin kok Galen juga gak mungkin berani loncat, dia cuma gertak doang." potong Nadira.
"Ba-baik nyonya! Kalau begitu saya permisi!" ucap suster Alra.
Suster Alra berbalik, lalu pergi untuk menghampiri Galen.
Sementara Sulastri beralih menatap Nadira dengan wajah keheranan, ia tak mengerti mengapa wanita itu tampak santai saja.
"Nadira, kamu kenapa seperti itu sih? Kamu gak khawatir sama Galen?" tanya Sulastri.
"Buat apa Bu? Galen itu bukan anak aku kok, yang anak aku cuma Ciara. Lagian juga gak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan, Galen kan cuma naik ke pohon, itu biasalah bagi anak laki-laki. Apalagi Galen udah tujuh tahun dan masuk SD," jawab Nadira dengan santai.
"Kamu gak boleh gitu Dira! Galen memang bukan anak kandung kamu, tapi dia itu tetap amanah dari almarhum suami kamu. Jadi, kamu harus jaga dan besarkan dia dengan baik!" ucap Sulastri.
Nadira langsung terdiam begitu ibunya menyebutkan mengenai suaminya.
"Yasudah, ibu mau ke belakang dulu cek Galen. Kalau kamu gak perduli sama dia, kamu disini aja dan temenin Ciara main!" ucap Sulastri.
Sulastri langsung bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja menyusul suster Alra.
Sementara Nadira masih terdiam disana, matanya tiba-tiba meneteskan air mata.
"Apa aku salah?" batinnya.
•
•
"Den, ayo den turun den!!" suster Alra terus berusaha membujuk Galen agar mau turun dari atas pohon.
"Gak mau! Aku cuma mau turun kalau mama yang minta!" ucap Galen.
"Aduh! Gimana ini Arul? Kamu jangan diem aja dong! Bantu saya kek gitu!" ujar suster Alra menegur Arul alias penjaga di rumah itu.
"I-i-iya iya, ini saya juga lagi cari cara, sus. Tapi mau gimana lagi? Den Galen nya aja gak mau turun kalo gak sama Bu Nadira," ucap Arul.
"Haish, bisa sampe Maghrib nih kita disini!" ucap suster Alra menggaruk keningnya.
Tak lama kemudian, Sulastri muncul disana dan syok melihat Galen tengah terduduk di atas pohon yang cukup tinggi itu.
"Hah? Ya ampun Galen! Ayo turun sayang, kamu jangan disitu terus!" ujar Sulastri.
"Aku gak mau oma! Aku bakal tetep disini sampai mama datang!" ucap Galen kekeuh.
"Ayolah sayang, kamu turun ya Galen! Mama kamu itu lagi ngurusin adik kamu, jadi kamu harusnya maklumi dong Galen!" ucap Sulastri.
"Mama emang gak perduli sama aku, mama cuma perduli sama dek Ara! Aku benci dek Ara! Sejak dia lahir, seisi rumah ini jadi gak ada yang anggap aku!" ucap Galen mulai menangis.
"Ya ampun! Kamu kok bicaranya begitu sih Galen? Oma perduli kok sama kamu, suster sama pak Arul juga sama. Kamu jangan merasa sendirian sayang, ada kita disini!" bujuk Sulastri.
"Iya den, benar yang dibilang oma! Ayo den Galen turun ya!" sahut suster Alra.
"Gak mau!" tegas Galen.
Sulastri pun semakin bingung dengan sikap Galen yang keras kepala itu, ia coba mencari cara untuk dapat membawa Galen turun dari atas sana.
"Eee Arul, kamu tolong ambil tangga ya!" pinta Sulastri.
"Siap Bu Lastri!" ucap Arul patuh.
"Galen, kamu turun dong sayang! Ayo kita main sama-sama!" ucap Sulastri.
"Aku bilang gak mau, ya gak mau oma! Oma sama suster gak bisa paksa aku!" ujar Galen.
"Galen!" suara lembut seorang wanita membuat Galen dan yang lainnya kompak menoleh mencari pemilik suara itu.
"Ayo turun nak! Kamu jangan cari masalah disini!" itu adalah suara Nadira, ibu tiri Galen yang terpaksa mengurus anak hasil perselingkuhan suaminya dulu itu.
"Mama??" Galen langsung sumringah dan tidak sabar ingin segera turun dari sana.
"Eh eh, sabar sayang! Tunggu pak Arul ambil tangganya dulu ya!" ucap Sulastri.
"Aduh! Ini mana sih mas Arul? Disuruh ngambil tangga doang lama amat!" gumam suster Alra.
Akhirnya Arul muncul membawa tangga, ia langsung membawa Galen turun sesuai perintah dari Sulastri.
Galen yang tengah gembira itu langsung bergerak cepat menghampiri mamanya, ia memeluk tubuh Nadira dengan erat sambil mengusapnya.
"Mama! Aku sayang mama!" ucapnya.
"Iya, mama juga." balas Nadira tanpa ekspresi.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments