THE LAWYER'S SECRET WIFE
Langit tampak menggelap dan gemercik air mulai turun. Awalnya hanya sedikit, sebelum gemercik air itu menjadi hujan yang sangat deras. Dengan kilatan petir yang sesekali terdengar dan begitu mengerikan. Suasana seperti itu membuat semua orang bergegas mencari tempat untuk berlindung dari derasnya hujan. Tetapi, tidak dengan seorang perempuan muda yang tengah berdiri menatap lurus dua makam di hadapannya. Raut wajahnya datar. Ia tidak menangis, tidak pula bersuara. Mulutnya seakan terkunci tapi kesedihan di matanya tidak dapat di tutupi dan sepertinya alam mengerti akan kesedihannya.
"Ayo pulang, nona! Hujan sudah sangat deras. Nona bisa sakit nanti," ucap seorang laki-laki yang tengah memayungi perempuan itu.
Perempuan itu tidak membalas. Helaan nafasnya terdengar berat. Ia masih menatap kedua makam itu. "Aku pulang dulu. Papa dan mama yang tenang di sana. Jangan pikirkan aku! Aku baik-baik saja sekarang,"
Kemudian perempuan itu menoleh ke arah laki-laki yang tengah memayunginya. Tanpa kata, ia berjalan pergi dan laki-laki itu senantiasa mengikuti. Mereka berdua berjalan meninggalkan tempat pemakaman di bawah guyuran hujan dan masuk ke dalam sebuah mobil. Perempuan itu duduk di kursi penumpang, sedangkan laki-laki tadi duduk di kursi kemudi. Mobil segera melaju dengan kecepatan sedang. Jalanan tampak tidak terlalu ramai karena hujan yang sangat deras. Udara dingin menusuk sampai ke tulang. Beruntung di dalam mobil sudah di atur agar terasa hangat. Sehingga perempuan itu tidak merasakan kedinginan, meski pakaiannya sedikit basah.
"Apa nona baik-baik saja?" tanya laki-laki yang sedang mengemudikan mobil. Matanya melirik sekilas ke arah perempuan di kursi penumpang. Perempuan itu tampak duduk bersandar sambil melihat ke arah luar jendela.
"Its okay. Aku baik-baik saja," jawab perempuan itu bernada pelan tapi masih terdengar.
"Sudah lama, ya? Tapi kesedihan ini tetap sama," sambungnya.
"Kehilangan orang yang kita cintai adalah kesedihan terbesar dalam hidup, nona. Wajar jika nona Quella tidak bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan perasaan sedih itu. Saya juga pernah merasakannya," ucap laki-laki itu tanpa raut wajah apa pun.
Quella Xaviera--Nama dari perempuan itu. Usianya sudah memasuki 21 tahun. Wajahnya nan cantik menurun dari mamanya. Postur tubuhnya cukup sempurna untuk perempuan seusianya. Selain cantik, ia juga perempuan yang pintar. Kepintarannya menurun dari sang papa. Quella merupakan anak tunggal, tentu apa pun yang ada dirinya terdapat perpaduan keturunan kedua orang tuanya. Baik secara fisik, maupun kemampuan. Tidak heran jika orang-orang yang dekat dengannya menyebut ia sebagai anak perempuan sempurna. Meski kenyataannya tidak ada manusia sempurna, begitu pula Quella. Ia juga banyak kurangnya tapi kelebihannya menutupi semua itu.
Orang-orang mungkin berpikir Quella hidup bahagia karena hidup dengan kekayaan. Tidak--Semua itu tidak sepenuhnya benar. Hidupnya sekarang tidak sebahagia dulu saat orang tuanya masih hidup. Benar. Orang tua Quella telah meninggal sejak 4 tahun lalu. Sang papa meninggal karena serangan jantung, begitu pula dengan mamanya yang mengalami kecelakaan saat pulang kerja. Kepergian mereka berdua yang beriringan waktunya, menimbulkan rasa shock berat pada Quella. Bayangkan saja betapa terkejut dirinya saat baru saja kehilangan sang papa, mamanya juga ikut menyusul. Tentu hal itu membuat kesedihan mendalam di hati Quella dan sampai saat ini masih ia rasakan. Tidak ada yang berubah, hatinya tetap merasa sangat sedih.
Sejak kepergian kedua orang tuanya, Quella hidup seorang diri. Ia perlu beberapa waktu untuk bisa bangkit dari kesedihannya. Sampai akhirnya ia sudah menerima kenyataan yang menyedihkan. Quella bangkit untuk melanjutkan kehidupannya. Hari-hari mulai di laluinya seperti biasa. Ia memfokuskan diri dalam menempuh pendidikan yang berlanjut ke jenjang atas. Sesuai harapan orang tuanya, Quella kuliah di jurusan impiannya. Desainer--Itu adalah jurusan impiannya sekaligus cita-citanya. Dulu orang tuanya berharap bahwa Quella akan mewujudkan semua yang dirinya impikan.
Quella melakukannya sekarang tapi juga mengambil satu jurusan lain--Jurusan Bussines Management. Dirinya ingin menjadi pembisnis yang handal seperti orang tuanya. Sehingga ia mengambil 2 jurusan sekaligus dan sudah mendapat gelar S1. Saat ini dirinya tengah mengejar S2 di salah satu Universitas yang ada di Amerika Serikat. Masih ada satu langkah yang perlu di selesaikannya untuk bisa mencapai impiannya itu.
"Kamu pernah kehilangan siapa?" tanya Quella menatap punggung laki-laki yang tidak lain adalah asisten pribadinya--Namanya Billy.
Billy terdiam sesaat, sebelum menjawab pertanyaan Quella. "Kekasih saya. Dia meninggal karena sakit yang di deritanya,"
Quella terkejut mendengar hal itu. Ia benar-benar tidak tahu bahwa Billy pernah punya kekasih. Secara Billy adalah orang yang terbilang jarang di dekati perempuan. Bukan karena jelek, tetapi sifatnya begitu kaku dan sedikit tidak peka. Makanya Quella tidak menyangka mendengar jawaban dari Asisten Pribadinya itu.
"Bil--Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih," lirih Quella dengan perasaan bersalah di hatinya. Seharusnya ia tidak bertanya seperti itu.
"Tidak apa-apa, nona. Saya tidak bersedih lagi. Dia sudah tenang di sana," sahut Billy tersenyum tipis, hampir tidak terlihat.
Quella tidak bersuara lagi. Ia takut salah bicara dan menyebabkan Billy merasa sedih. Cukup dirinya yang saat ini merasakannya, tidak perlu mengajak orang lain. Meski asisten pribadinya itu mengatakan tidak bersedih lagi tapi rasanya ia tengah berbohong. Billy menutupi kesedihannya sampai orang lain akan berpikir bahwa ia selalu bahagia.
"Em--Kamu sudah pesankan tiket saya?" tanya Quella usai terdiam sesaat dan mengganti topik pembahasan.
"Sudah, nona. Besok pagi jadwal pemberangkatan Anda," jawab Billy tanpa melirik Quella lewat kaca depan mobil. Ia cukup sadar diri untuk menjaga sopan santun terhadap Quella--Majikannya.
"Oke, terima kasih!" seru Quella yang kemudian kembali menatap ke arah luar jendela.
"Sama-sama, nona,"
Suasana mobil menjadi hening lagi seketika. Billy fokus mengemudi, sedangkan Quella sibuk menatap ke arah luar jendela. Kesedihannya kembali menggrogoti pikirannya. Sudah 4 tahun lamanya tapi tidak ada perubahan. Hatinya masih sangat bersedih. Emosinya tidak terkendali pada saat menatap kedua makam bertuliskan nama orang tuanya. Satu-persatu kenangan muncul di benaknya. Dimana kenangan tersebut begitu indah tapi menyedihkan saat di kenang kembali. Quella ingin menangis tapi air matanya tertahan. Dirinya tidak ingin ada orang lain melihat betapa lemah dirinya. Cukup ia dan pemilik alam yang tahu bahwa dirinya tengah bersedih.
Mobil terus melaju di bawah guyuran hujan deras. Udara yang semakin dingin, tampak mendukung suasana hati Quella. Alam mengerti bahwa salah satu makhluknya tengah bersedih. Oleh karena itu hujan di turunkan dengan harapan bahwa kesedihannya dapat berkurang. Quella menyukai hujan. Baginya hujan begitu menenangkan dan setiap kali ia bersedih, hujan selalu berhasil menenangkannya.
`Terima kasih, hujan. Kamu selalu bisa membuatku tenang dalam kesedihan,` batin Quella
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
🧡🥑⃟🦆͜͡ᴍᴜᴍᴜ𝓐𝔂⃝❥
hadir
2022-10-10
1