[Zelda📞: Eits gak boleh! Pokoknya 20 menit lagi gue jemput. Dandan yang cantik, oke!? Bye!]
Tuttt.
Tanpa sempat Quella membalas. Quella menghela nafasnya dengan kasar, sembari menatap layar ponselnya yang sudah menggelap. Nasib punya sahabat seperti Zelda. Perempuan itu suka berbuat sekehendaknya sendiri. Bahkan Quella tidak bisa memberikan penolakan padanya, seperti saat ini. Mau tidak mau Quella harus beranjak dari ranjang dengan langkah berat. Matanya masih mengantuk tapi sahabatnya itu sebentar lagi akan datang menjemput. Terpaksa Quella mandi dengan air dingin agar dirinya lebih segar. Tidak peduli dengan cuaca yang agak mendung dan dingin mencekat.
Selesai menyegarkan dirinya, Quella mengambil set pakaian santai. Berupa hodie putih dengan celana cargo berwarna hitam pekat. Rambutnya yang basah di keringkan terlebih dulu, sebelum di biarkan sembarang terturai. Topi hitam terpasang di atasnya. Tambahan terakhir hanya pada wajahnya yang di oles make up setipis mungkin dan sneakers putih yang terpasang sempurna di kedua kakinya. Good Look. Namun bagi sebagian orang, penampilan seperti itu terlalu sederhana. Perempuan seusianya harusnya memakai pakaian mewah dan ketat yang menampilkan kesan seksi tapi hal itu tidak berlaku bagi Quella Xaviera. Terserah jika penampilannya di anggap terlalu sederhana. Hidupnya bukan bergantung akan pendapat orang lain.
Ting tong...
Suara bel terdengar, Quella bergegas mengambil ponsel miliknya dan kemudian pergi untuk membukakan pintu rumah. Tampak seorang perempuan memakai dress biru mini tengah memegang kacamatanya di saat pintu rumah sudah Quella buka.
"Sudah siap?" tanya perempuan itu yang tidak lain adalah Zelda--Sahabatnya.
Zelda merupakan sahabat Quella sejak di bangku smp. Ia tipe perempuan yang keras kepala, suka bertindak semaunya, suka memaksa tapi sangat baik dan perhatian. Kadang Zelda juga bisa menjadi perempuan cerewet. Huh semua sifatnya sudah menjadi makanan sehari-hari Quella. Tetapi di balik itu, ia adalah perempuan yang mandiri. Sejak kecil dirinya harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Lalu dimana orang tuanya? Ia punya tapi seperti tidak punya. Maksudnya di sini adalah orang tuanya telah membuang Zelda dari masih bayi. Beruntung Zelda bertemu orang baik yang mau mengasuhnya, meski hanya sampai usianya 8 tahun. Setelah itu, Zelda hidup sendirian. Dengan kepintaran yang di milikinya, ia dapat membuat kehidupannya jauh lebih baik. Sekarang Zelda hidup serba berkecukupan dengan hasil dari beberapa salon yang dirinya dirikan.
"Menurut lo?" tanya Quella balik bernada ketus. Pura-pura kesal dengan sang sahabat.
"Udah.. Udah cantik juga," jawab Zelda tersenyum sumringah. Wajahnya tidak memperlihatkan raut wajah berdosa.
Quella memutar malas kedua matanya. "Ngapain lo gak ngajak Wileen aja buat cuci mata di kampus? Gue pengen istirahat seharian,"
"Wileen masih liburan. Masa gue minta dia pulang buat cuci mata doang? Bisa-bisa gue di omelin karena ganggu liburannya," cetus Zelda sambil bersedekap dada.
"Dan menurut lo, gue gak lo ganggu?" tanya Quella menceletuk, sontak Zelda menyengir kuda.
"Hhehe sorry. Gue gak punya teman lain buat di ajakin cuci mata. Cuma lo yang pastinya gak bakal nolak ajakan gue. Makanya gue ngajakin lo," jawab Zelda cengengesan.
"Lebih tepatnya lo gak memberi gue kesempatan buat menolak. Dasar tukang paksa!" sindir Quella yang memang benar adanya.
Makin lebar cengiran kuda Zelda. Kemudian ia segera merangkul tangan Quella. "Oh ayolah! Lupakan semua itu dan ayo kita pergi sekarang!"
"Ya, ya!" sahut Quella tanpa ingin memperpanjang pembicaraan lagi. Pasalnya sahabatnya utu memang suka mengalihkan pembicaraan mereka.
Quella mengunci pintu rumahnya, sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil Zelda. Benar. Zelda menjemputnya menggunakan mobil sport putih. Mobil pertama yang Zelda beli dari hasil kerja kerasnya. Tidak heran jika Zelda amat menyayangi mobil itu.
"Are you ready!? Gooooooo!" seru Zelda bersamaan dengan menancap gas mobilnya.
Mobil Zelda melaju dalam kecepatan sedang menembus jalanan kota yang tampak mulai ramai. Orang-orang mulai sibuk dengan aktivitas mereka sendiri. Begitu pula dengan Zelda dan Quella yang di dalam perjalanan menuju kampus mereka. Jarak tempuhnya tidak jauh. Perlu sekitar 30 menit untuk sampai ke sana. Sesampainya di sana, tampak parkiran kampus yang sudah terisi oleh banyaknya kendaraan. Baik itu mobil atau pun motor yang dapat di pastikan itu milik para senior kampus dan para mahasiswa baru. Hari ini memang di adakan kegiatan untuk menyambut para mahasiswa baru.
"Wih banyak banget mobil para mahasiswa baru. Pasti banyak juga yang ganteng," pekik Zelda begitu bersemangat saat keluar dari mobil. Berbanding balik dengan Quella yang tidak bersemangat sama sekali.
"Gue tunggu di sini aja deh," ucap Quella yang tengah bersandar di mobil.
"No. Lo harus ikut ke dalam. Ayo!" Zelda langsung menarik tangan Quella tanpa peduli penolakan sahabatnya itu.
Quella hanya pasrah tangannya di tarik. Zelda membawa Quella menuju bagian koridor lantai dua. Di sana mereka dapat melihat kegiatan para mahasiswa baru di tengah lapangan Universitas. Tampak para mahasiswa itu sedang mendengarkan arahan dari para senior yang bertugas dalam kegiatan itu.
"Astaga. Mahasiswa baru pada ganteng banget. Ngalahin para senior dan mahasiswa setingkat kita nih!" Zelda tidak dapat mengendalikan dirinya untuk menatap ketampanan para mahasiswa baru.
Quella menatap semua para mahasiswa baru tersebut. Responnya tidak seheboh Zelda yang matanya melebar. "Biasa aja. Responmu terlalu berlebihan, Zelda!"
"Idih. Gak gitu, Quella! Mereka benar-benar ganteng. Noh lihat yang di sana sama di sana, terus di sana. Pada ganteng semua. Manis juga. Lo lihat baik-baik! Siapa tahu ada yang lo taksir gitu," Zelda berucap sembari menunjuk ke arah para mahasiswa yang di sebutnya berwajah ganteng.
"Gak ada. Lo terus tontonin mereka aja di sini. Gue mau sarapan dulu ke kantin," balas Quella yang segera berjalan meninggalkan Zelda.
"Ya, oke!" Zelda membalas tanpa menoleh ke arah Quella. Ia sedang sibuk mencuci matanya dengan ketampanan yang para mahasiswa baru miliki.
Quella berjalan menyusuri koridor kampus yang sepi. Wajar. Semua orang tengah berada di lapangan Universitas. Langkah Quella mengarah ke kantin kampus yang berada di lantai 1. Di kantin tampak ada beberapa seniornya yang sedang sarapan. Mungkin mereka sudah menjalankan tugas di kegiatan tadi.
"Mau lihat para mahasiswa baru, Quella?" tanya salah satu mahasiswa yang cukup kenal dengannya.
"Lebih tepatnya Zelda yang mau lihatnya. Aku hanya nemenin," jawab Quella--Tersenyum tipis.
"Oh gitu,"
Quella mengangguk sembari berjalan menghampiri meja pesanan. Di sana terdapat perempuan paruh baya yang tengah sibuk membuatkan pesanan.
"Eh ada nona Quella. Pagi, nona!" perempuan paruh baya itu sempat terkejut, sebelum menyapa Quella di hadapannya.
"Pagi bi. Seperti biasa ya? Tapi minumannya susu cokelat hangat," ucap Quella dengan senyuman begitu manis.
"Siap nona!"
Kemudian Quella berjalan menuju meja kosong di dekatnya. Sambil menunggu pessnannya datang, Quella bermain ponsel. Entah apa yang tengah di lakukannya di ponselnya. Jelasnya, ia sangat sibuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments