"Lah ada paduan suara dimana?" Hesti yang asik memakai headset samar-samar mendengar suara mirip paduan suara. Karena headsetnya suara tangisan jadi terdengar mirip paduan suara. Dia membuka headsetnya, melihat penasaran.
"Wah pagi-pagi sudah ada yang menangis kenceng. Hesti berdiri dari kubikelnya, mengedarkan pandangan mencari asal suara. Langkah kakinya mengikuti suara yang sedang meraung-raung.
"Raisya... " Mata Hesti tertuju pada Raisya yang sedang menangis, ditambah anak bule itupun menangis sambil menatap Raisya. Hesti merasa kasihan dan tak mengerti kenapa mereka bisa menangis bersamaan.
Michel bergeser dari duduknya lalu memeluk Raisya yang sedang menelungkupkan wajahnya. Anak itu semakin mengeratkan pelukannya pada leher Raisya.
"Raisya... elu kenapa?" Hesti mengusap bahu Raisya lembut. Dia merasakan keheranan. Raisya yang terbiasa terlihat ceria sekarang malah nampak menyedihkan.
Bukan tidak boleh bersedih sih! Tapi Hesti merasa lebih aneh saja melihat Raisya seperti itu. Karena selama Hesti bekerja dengan Raisya, belum pernah melihat Raisya menangis seperti sekarang.
"Jack... bisa elu dateng kesini sekarang gak?" Hesti terpaksa menelpon Jacky karena kebingungan mengatasi mereka berdua yang tak tahu penyebabnya. Dia merasa khawatir kalau ada apa-apa terjadi dengan Raisya.
"Emang ada apa? Gue lagi meet nih!" Jacky memelankan suaranya. Merasa tidak enak jika atasannya mendengar obrolannya. Sekarang dia sedang meeting dengan semua pejabat perusahaan.
"Si Raisya lagi nangis. Gue bingung, soalnya dia bawa anak juga." Terang Hesti.
"Apa?"Jacky kaget.
"Iya. Makanya buruan elu kesini dulu bentar! Bisa izin gak?" Hesti dengan wajah kebingungan menyuruh Jacky untuk bisa secepatnya datang ke ruangan.
"Sebentar gue izin dulu sama bu Mia." Jacky langsung menutup teleponnya.
Sepuluh menit kemudian. Jacky masuk dengan nafas terengah-engah dan menghampiri kubikel Raisya.
Di sana ada Hesti yang sudah berdiri di samping Raisya sambil mengusap-usap bahu Raisya. Sesekali terlihat badannya terlihat seperti cegukan. Tangis Raisya sudah mereda begitu pun dengan anak manja itu.
"Ya ampuun... ini anak ular tangga ngapain lagi ada disini?" Jacky menatap heran melihat anak manja itu ada di kubikelnya Raisya sambil memeluknya.
"Elu.. kenal sama bocah itu?" Heran Hesti melihat Jacky langsung mengenali bocah yang sedang memeluk Raisya. Hesti tidak menyadari wajah blasteran Jacky ada hubungannya dengan Michel.
"Heh elu apain bidadari gue sampai dia nangis?" Jacky melotot pada Michel.
Huaw.. Huaw.. Huaw..
"Eh elu... malah bikin dia mewek lagi! Pusing gue dengernya." Protes Hesti mendengar suara tangisan Michel mirip gempa bumi.
Raisya bangkit ketika suara tangisan Michel jadi kencang, membuat orang yang ada di sekitarnya menutup telinga.
Raisya menggendong kembali Michel dan membaringkan di pangkuannya. Tangisannya pun mereda.
Michel berbaring di pangkuan Raisya sambil menatapnya layaknya seorang bayi yang sedang berada di pangkuan ibunya.
"Raisya, aku buatkan susu coklat ya! Biar elu enakan." Hesti keluar menuju pantry dan membuatkan susu coklat kesukaan Raisya.
Karena mungkin besar di saat ini Raisya tidak mungkin diajak bicara. Lebih baik Hesti membuatkan minuman agar perasaan Raisya bisa lebih baik.
"Raisya.. kamu nemu anak ular tangga dimana? Dan kenapa juga elu nangis kaya gitu?" Jacky masih bertanya-tanya melihat Michel bisa ada bersama Raisya. Dan keduanya kenapa sama-sama menangis? Michel terlihat nyaman di pangkuan Raisya.
Raisya masih tterdiam. Lalu dia membawa sebuah tisu yang kebetulan berada di atas meja kerjanya. Raisya mengelap air matanya juga cairan yang naik turun dalam hidungnya.
"Raisya nih minum dulu! Biar manis kamu balik lagi." Goda Hesti sambil menyodorkan segelas susu coklat di atas meja kerjanya.
"Sini biar aku gendong dulu anak itu!" Tawar Hesti yang tidak tahu apa-apa tentang anak yang sedang di pelukannya.
Anak itu malah menatap tajam dan menelusupkan wajahnya di dada Raisya.
"Elu terusin kerja aja! Biar gue yang urus anak ular tangga." Jacky meminta Hesti kembali ke kubikel nya.
"Iya udah, gue serahin ke lu yah!" Hesti menepuk bahu Jacky dan berlalu ke kubikelnya.
"Elu mending cuci muka dulu deh sambil touch up make up elu! Biar mata elu gak bengkak gitu." Saran Jacky pada Raisya.
"Kamu duduk dulu ya! Tante mau pipis dulu." Lirih Raisya meminta Michel duduk di kursinya.
Michel menggelengkan kepalanya tanda tidak mau.
"Ya udah, kalau mau ikut tante, kamu jalan! Tante gak mungkin terus-terusan menggendong Michel. Tante juga harus kerja." Raisya terpaksa bicara tegas.
Anak itu menatap wajah Raisya dengan serius. Sejurus kemudian dia melonggarkan pelukannya lalu turun dari pangkuan Raisya.
"Nah anak baik. Yuk tante tuntun!" Raisya merasa sudah lega setelah mengeluarkan kekesalannya. Dia memegang tangan imut Michel dan berjalan beriringan ke toilet.
Jacky menatap heran. Kenapa Michel bisa menempel pada Raisya. Setahu dia, tadi pagi Raisya tidak bersama Ratna dan pergi ke kantin. Tapi ketika kembali ke ruangan membawa anak bule manja itu.
"Heh ular bisa, bisa bawa anak ular tangga elu ke ruangan gue! Ini ruangan gue dan elu udah bikin staf gue riweuh." Jacky mengirimkan pesan pada seseorang.
"Suruh staf elu yang riweuh buat bayar mobil gue di bengkel. Gue yakin dia milih ngasuh si Michel daripada harus bayar ganti rugi." Pesan balasan pun diterima Jacky.
"Eh... gue bayarin sekarang juga. Dan elu bawa ni anak ular tangga sekarang juga! Gue gak mau kantor dan staf gue jadi babu elu ularrr...!" Jacky dengan kasar menekan pesan itu. Padahal tanpa menekan kasar, pesan bisa terkirim dengan satu kali sentuhan.
Tidak lama kemudian Raisha datang dengan Michel sambil tertawa riang. Berarti Raisha sudah kembali normal seperti semula. Matanya masih terlihat sembab. Tapi sekarang sudah terlihat lebih baik dengan bantuan make up yang baru saja Raisya pakai.
"Ra... kamu oke?" Jacky menatap penuh perhatian.
"Hhhmm." Raisya mengangguk.
"Elu ada apa Ra? Cerita sama gue! Ntar gue bantu sebisa gue." Jacky penuh selidik ingin tahu.
"Gak pa-pa gue bisa tangani. Maafin gue ya bikin elu panik! Elu kan lagi meeting balik lagi aja kesana! Gue udah ga pa-pa ko!" Terang Raisya yang kini sudah membaik.
"Ya udah kalau elu sudah baikan. Gue balik lagi ke tempat meeting. Takut bu Mia nyemprotin gue." Jacky kembali ke tempat meeting.
"Iya goodluck!" Raisha menyemangati Jacky.
Jacky berlalu pergi dari ruangan, kembali ke tempat rapat.
"Michel.. duduk disini ya! Tante mau kerja dulu. Michel suka apa? Nonton apa menggambar?" Tawar Raisya pada Michel.
"Nonton."
Raisya membuka chanel anak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 346 Episodes
Comments
Dehan
hallo kak author.. salam kenal dari penjahit cantik
2023-04-25
0
Happyy
😚😚
2023-01-22
0
Sunmei
aku datang lagi kak 2 like hadir nyicil
datang lagi yan kak
2023-01-15
2