"Mane ketehe rehe" Jawab Raisya sambil berjalan menuju lift basement.
"Lah... ente main ambil aja!" Ratna yang masih gugup atas kejadian tadi masih merasa bingung. Ditambah Raisya menggendong anak bule di badannya.
"Ya elah ari maneh teu ngadenge emang tadi si kasep ngomong naon?" Raisya walau tinggal di Jakarta tak sungkan untuk berbicara bahasa sunda. Kebetulan Ratna yang satu kuliahan di Bandung bersama Raisya selama 4 tahun sudah mengerti bahasa Sunda.
( Ih kamu tidak tahu memang sitampan tadi ngomong apa?)
"Emang dia ngomong apa?" Tanya Ratna yang masih mode off tidak menyimak perkataan laki-laki itu.
"Dititah ngasuh budak ieu jang nebus biaya mobil! Emang maneh boga duit jang ngagentianana?"
(Disuruh mengasuh anak ini untuk menggantikan biaya mobil, memang kamu punya uang untuk mengganti nya?)
"Oh gitu ya beb?" Ratna terdiam mendengar penjelasan Raisya.
"Tapi gimana atuh beb, kan kita kerja? Masa harus ngasuh anak? Kamu sendiri tahu kan aku lagi galau." Ratna semakin bingung jika dirinya harus mengasuh anak, sedangkan pekerjaannya begitu banyak. Apalagi sekarang bos baru datang.
Duh gimana ini gue bisa-bisa dipecat.
"Ya udah gue handle sementara. Sebenarnya gue juga banyak kerjaan. Tapi.. ya gimana lagi atuh! Sudah nasib hari ini kudu ngasuh anak orang." Keluh Raisya yang sama-sama menyesalkan. Karena dirinya pun tak kalah sibuk dengan Ratna yang bekerja di divisi keuangan.
"Ya udah. Nanti kalau gue luang gue sempetin ngasuh nih bocah. Tapi please.. gue tolong dulu ya! please.. "
"Heueuh lah.. demi ayang seorang, aku lakukan padamu love." Raisya yang tak mau ambil pusing demi menjaga persahabatannya, rela mengambil resiko mengasuh daripada mengganti biaya kerusakan mobil yang bisa diperkirakan puluhan juta.
"Tapi beb..." Ratna mengerutkan dahinya.
"Naon deui atuh!" Raisya terlihat kesal.
"Kan mobil kaya gitu biasanya diasuransikan beb.. Jadi kenapa kita jadi susah ya? Aku yakin dia sudah menghubungi asuransi buat perbaikan mobilnya.
"Ohh.. Ah teuing atuh urang mah teu ngalalarti soal mobil." Raisya langsung masuk ke dalam lift begitu pintunya terbuka.
(Aku mah tidak mengerti soal mobil)
"Tante, I am hungry." Anak bule yang menempel pada bahu Raisya ternyata lapar minta makan.
"Bebeb.. dia minta makan." Ratna melongo melihat anak itu bicara bahwa dirinya lapar.
"Ya udah kamu duluan aja! Aku ke kantin beli makanan. Kamu siap-siap aja menyambut bos baru!" Raisya merasa kasihan pada Ratna. Sudah terbayang Ratna yang panikan harus melewati tegangnya menghadapi bos baru yang belum jelas karakternya.
Apalagi pagi ini ditambah masalah kecelakaan mobilnya.
"Gak pa-pa kan Raisya?" Mendadak Ratna menyebut nama Raisya dengan benar. Dalam hatinya dia merasa tidak enak hati melihat sahabatnya harus menanggung resiko atas kecerobohan dirinya.
"Ya udah ga pa-pa. Asal kamu tenang ya! Jangan panik! Aku bantu sebisanya." Saran Raisya yang memahami ketidak enakan Ratna padanya.
"Gue duluan ya!" Pintu lift terbuka manakala angka 2 menyala.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Jawab Ratna ketika Raisya berjalan sambil menggendong anak bule itu menuju kantin di lantai 2.
Ratna melanjutkan menutup pintu lift.
"Eit." Seseorang menahan pintu lift dengan tangannya supaya tidak tertutup.
"Eh Rat...Mana Raisya? Biasanya bidadariku bareng kamu." Jacky melihat Ratna. Raut wajah Ratna ketara sekali, terlihat gelisah.
"Dia ke kantin dulu."
"Wah..tahu gitu, tadi gue nunggu deh dikantin!" Jacky seperti menyesal.
"Kamu kenapa tidak ikut?" Jacky merasa aneh melihat dua sejoli ini terpisah.
"Gue mau siap-siap. Sekarang ada bos baru." Terang Ratna.
"Oh iya, gue baru ngeh." Jacky baru menyadari bahwa di divisi pemasaran ada pergantian bos baru.
"Ati-ati aja! Dia killer abis!" Jacky memperingatkan Ratna tentang bos barunya.
"Lah ko tahu?" Ratna langsung kaget.
"Itu muka kamu, tegang banget."Jacky terkekeh melihat candaannya berhasil mengecoh Ratna.
"Gue duluan ya! Selamat berjuang ya..sayangnya bebeb." Jacky kembali menggoda Ratna yang sedari tadi kelihatan tegang.
"Yup." Ratna hanya mengacungkan jempolnya pada Jacky.
Ratna menunggu pintu lift lantai 20 terbuka. Dia mengambil nafas dan mengeluarkan perlahan mengulangnya beberapa kali, untuk mengurangi ketegangan.
Dilain tempat Raisya menggendong anak yang minta makan ke arah kantin.
"Wah kamu berat juga ya! Kamu mau turun gak? Biar tante pegang tangan kamu buat memilih makanannya." Tangan Raisya pegal setelah menggendong anak itu dari basement sampai ke kantin.
Tak disangka anak itu malah menggelengkan kepalanya. Tanda dia tidak mau turun dari gendongan Raisya.
"Waduh..tante nanti susah dong bawa makanannya!" Raisya berusaha membujuk anak itu agar turun. Selain pegal, dia juga akan kerepotan membawa nampan makanannya.
Dia tetap menggelengkan kepala. Tidak mau turun dari gendongan Raisya.
"Duh berat atuh sayang! Sayangnya kan udah gede. Masa gak kasian sama tante?" Raisya kembali membujuk anak itu agar mau turun dan berjalan kaki.
"Huaw.. Huaw.. huaw.. " Anak itu malah menangis histeris lagi. Otomatis menarik perhatian semua orang yang ada di kantin.
"Eh cup cup.. jangan nangis sayang! Ga pa-pa kalau gak mau turun. Tante gendong ya! Tapi jangan nangis!" Bujuk Raisya.
Anak itu merekatkan pelukannya ke leher Raisya. Dan membebankan kepalanya di bahu Raisya.
Walau berat terpaksa Raisya menggendongnya, daripada menangis histeris seperti barusan.
"Mbak tolong Sandwich nya 2 ya! Tolong sama teh manis 1. Maaf boleh diantarkan ke meja mbak?" Pinta Raisya pada seorang pelayan. Pelayan itu menatap Raisya bwralih pada anak yang digendongnya, lalu mengangguk.
Dia sengaja memesan Sandwich karena melihat kebiasaan orang bule selalu makan roti. Jadi pesanannya tidak jauh-jauh dari roti.
Raisya berjalan memilih bangku kosong terdekat, agar dia bisa cepat duduk. Tangannya benar-benar terasa pegal karena menggendong.
"Sayang.. duduk ya! Raisya menurunkan anak yang digendongnya.
Bukannya turun untuk duduk di bangku, malah anak itu semakin menguatkan pelukannya di leher Raisya.
"Ya ampuun...ini anak kenapa begini amat?Emaknya bukan..ko sampe nempel kaya lem sih!" Gerutu Raisya yang lumayan menggeser kesabarannya.
"Mau dipangku!" Anak itu mengeluarkan suara, memberitahukan keinginannya.
"Iya, nanti dipangku. Tapi sayang turun dulu! Tante mau ngebenerin kerudung tante yang ketarik." Raisya sudah tidak merasa nyaman dengan kerudungnya yang tadi tertarik, mencoba membujuknya kembali.
Dia mengangguk.
Raisya melepaskan gendongannya dan membetulkan kerudungnya lewat kaca bedak yang diambil dari tas kerjanya.
Tak lama kemudian pelayan itu mengantarkan pesanan ke meja Raisya.
"Terima kasih mbak!" Ucap Raisya.
Raisya memasukan kembali bedaknya dan memangku anak manja itu di pangkuannya untuk disuapi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 346 Episodes
Comments
Happyy
💖💖💖
2023-01-22
2
Sunmei
2like hadir
semangat kak
mampir ya
2023-01-14
1
Yudi Saputra
jangan jangan bokapnya tuh anak duda ganteng
2023-01-01
1