Tidak begitu peduli

Rouki yang tengah duduk di ruang kerjanya, tiba-tiba merasa penasaran dengan panti asuhan milik istrinya.

Alih-alih untuk menghilangkan kejenuhannya, Rouki mencoba untuk mencari tahu tentang panti asuhan yang mana kekasihnya berasal.

Lain lagi dengan Zeya, tengah berjalan menuju anak tangga dengan membawa satu gelas air minum ditangannya menuju ke kamar.

"Mas Rouki masih di ruang kerjanya kah?" gumamnya saat membuka pintu kamar yang sama sekali tidak mendapati suaminya.

Zeya meletakkan satu gelas air minum di atas meja, lalu duduk dan menyalakan kembali laptopnya.

Saat itu juga, tiba-tiba ponselnya berdering. Terlihat nama kontak yang tidak begitu asing untuknya.

"Selamat siang, Bu, apa kabarnya?" sapa Zeya yang lebih dulu untuk menyapa.

Dengan jelas, Zeya mendengarkannya lewat balik ponselnya dari penelpon di seberang sana.

"Ya, Bu, akan Zeya usahakan untuk datang di panti asuhan Guna Dara." Jawab Zeya saat menerima pesan dari seseorang yang menelponnya.

Setelah cukup panjang pembicaraannya, panggilan telponnya pun terputus. Setelah itu, Zeya meletakkan kembali ponselnya di sebelah laptopnya.

Entah ada angin dari mana asalnya, Rouki langsung menyambar air minum yang berada di sebelah istrinya yang hanya tersisa setengah gelas. Beberapa tegukan, air minumnya pun tandas dan menyisakan satu tetes pun.

Zeya langsung menoleh dan mendongak, dilihatnya suami yang baru saja meletakkan gelas di sebelahnya.

"Kalau kamu haus, ambil saja sendiri." Ucap Rouki tanpa merasa bersalah lantaran sudah menghabiskan air minum milik istri, justru langsung melepaskan celana panjangnya dan juga kaos oblong.

Kini, tinggal celana kolor yang masih melekat di tubuh Rouki, suami Zeya.

Zeya hanya memperhatikannya dengan sekilas, lalu dilanjutkan lagi menatap layar laptopnya.

Rouki yang sudah berniat untuk membersihkan diri, langsung masuk ke kamar mandi tanpa memeriksa terlebih dahulu isi didalamnya mengenai sesuatu kebutuhannya.

Zeya yang kebetulan tidak begitu memikirkan suaminya yang entah mau ngapain di kamar mandi, tetap fokus dengan laptopnya untuk mengurus acara di panti asuhan.

Rouki sendiri masih berendam dengan air hangat untuk mendapatkan sensasi kesegaran pada bagian tubuhnya yang terasa pegal-pegal dan juga yang tidak enakan.

"Zeya! Zey! Zeya!" teriak Rouki di dalam kamar mandi dengan suara yang cukup keras.

Sayangnya, Zeya tidak begitu mendengar teriakan dari suaminya dari balik kamar mandi. Justru, dirinya begitu fokus dengan laptopnya, lantaran kedua telinganya yang tersumpal dengan sebuah benda kecil yang menempel di kedua telinganya.

Rouki yang begitu geram dengan istrinya yang tidak menanggapi panggilan darinya, berdecak kesal dan juga memberi banyak umpatan untuk istrinya. Tetap saja Zeya tidak mendengarnya, justru senyum-senyum tidak jelas.

Rouki yang sudah hilang kesabaran untuk berteriak dan tidak mendapatkan respon, mau tidak mau, akhirnya keluar dari kamar mandi dengan cara mengendap, dan kedua tangannya sambil memegangi sesuatu yang berharga agar tidak dilihat oleh istrinya.

"Si_al! rupanya itu perempuan sedang asyik dengan laptopnya, awas saja kamu." Gumamnya dengan penuh kekesalan saat dirinya diabaikan oleh istrinya.

Saat itu juga, Zeya mendongak dan pandangannya lurus ke depan, tepatnya pada pintu kamar mandi.

"Aaaaaa!" teriak Zeya dengan suara cukup melengking. Untungnya, sekeras apapun suara yang dihasilkan di dalam kamar, tetap tidak akan bisa di dengar dari luar.

Rouki yang begitu malu dengan tubuh polosnya, langsung naik ke atas tempat tidur dan menyambar selimut untuk menutupi tubuh polosnya itu.

Malu, itu sudah pasti malunya setengah mati. Ditambah lagi dengan kondisinya yang benar-benar sangat memalukan, tentu saja membuat Rouki seakan tidak dapat berkutik.

Zeya yang sudah terasa mendingan dengan detak jantungnya karena dikagetkan dengan sosok suaminya yang benar-benar terlihat polos, kini menoleh pada suaminya.

"Buruan ambilkan pakaian lengkapku, sekarang juga, cepetan." Perintah Rouki yang masih berada dalam balutan selimut.

Zeya tidak menunjukkan ekspresi apapun dihadapan suaminya, dan langsung menuju lemari untuk mengambilkan pakaian lengkap untuk suaminya.

'Awas saja kamu, bakal aku kerjain.' Batinnya yang merasa di cuekin oleh istrinya tanpa menjawab perkataan apapun darinya.

Mau salah atau tidaknya, Zeya mengambilkan pakaian lengkap untuk suaminya dengan cara asal. Kemudian, ia meletakkan pakaian milik suaminya di hadapannya.

Setelah itu, langsung kembali ke tempat semula, yakni duduk di sofa untuk melanjutkan tugasnya.

Rouki yang seperti tertangkap basah oleh oleh istrinya, mau tidak mau dirinya terpaksa mengganti pakaiannya di atas tempat tidur. Awalnya berdecak kesal, tetap saja tidak dihiraukan oleh istrinya.

Rouki yang sudah mengenakan pakaiannya, langsung bangkit dari posisinya dan memilih untuk keluar.

Saat itu juga, Rouki merasakan sesuatu pada bagian perutnya yang terasa keroncongan. Tanpa disadarinya, rupanya sudah waktunya untuk makan siang setelah melihat jam di ponselnya.

Berbeda dengan Zeya, tetap bisa menahan rasa lapar walaupun masih banyak tugas yang harus dikerjakan.

Rouki yang mendengar suara telpon rumah yang berada di dalam kamar, langsung menyambar gagang telepon.

"Ya, Ma, bentar lagi kita turun." Jawab Rouki saat menerima panggilan telpon dari ruang makan.

Kemudian, Rouki mendekati istrinya yang disibukkan dengan laptopnya.

"Mama meminta kita untuk makan siang, matikan dulu laptopnya dan cepetan segera turun." Ucap Rouki pada istrinya, Zeya mendongak.

"Duluan aja, nanti aku nyusul. Soalnya tinggal sedikit lagi selesai, nanggung." Jawab Zeya sambil menatap suaminya sambil menahan rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang dirinya.

"Gak bisa, kamu harus turun bersamaku sekarang juga. Kamu pikir gak berisik apa, dapat omel dari Mama setiap mau makan atau yang lainnya." Kata Rouki dengan nada kesal.

"Ya udah, tunggu aja sebentar, soalnya ini nanggung." Jawab Zeya tanpa menatap wajah suaminya.

Bukannya tidak mau menghargai suaminya, melainkan hanya akan menjadi bahan bentakannya saja, pikir Zeya.

Mau tidak mau, Rouki akhirnya terpaksa menunggu istrinya yang tengah disibukkan dengan laptopnya.

Saat itu juga, ponsel milik Rouki berdering dan mengagetkan pemiliknya. Kemudian, ia segera mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelpon dirinya.

"Alya, ada apa lagi dia menelponku." Gumamnya sebelum menerima panggilan telpon.

Zeya yang sedang fokus dengan laptopnya, sekilas menoleh pada suaminya yang hendak menerima panggilan telpon dari seseorang yang entah dari siapanya.

"Ya, sayang, ada apa menelponku?" tanya Rouki tanpa peduli akan perasaan istrinya yang dapat mendengar apa yang ia ucapkan.

Zeya yang mendengarnya, sama sekali tidak memperdulikannya. Tetap saja cuek dan seolah mengabaikan suaminya yang tengah berbicara dengan kekasihnya, sesuai panggilan yang ia dengar.

"Ya ya, besok aku ke sana. Untuk malam ini aku gak bisa, aku minta untuk mengerti." Ucap Rouki yang tengah berbicara lewat sambungan telponnya.

Zeya yang bosan mendengarnya, pun cuek cuek saja dan sama sekali tidak menunjukkan rasa penasaran atau kekesalannya, juga rasa cemburunya.

Bagi Zeya, terlalu membuat bangga suaminya jika dirinya menunjukkan rasa cemburu ataupun kekesalannya.

Terpopuler

Comments

Surtinah Tina

Surtinah Tina

nanti juga rouki yg kesal sendiri klo di cuekin sama zeya

2022-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!