Berusaha untuk tegar

Ibu mertua langsung memeluk menantunya, lantaran merasa bersalah besar atas sikap putranya yang mungkin saja sudah banyak memberi luka padanya.

"Ma, Mama menangis?" tanya Zeya saat mendengar suara isak tangis ibu mertuanya.

Kemudian, Zeya mengusap lembut air matanya dengan jari jemarinya. Lalu, diraihnya tangan Zeya oleh ibu mertua.

"Sekali lagi, maafkan Mama ya Nak. Selama menjadi istrinya Rouki, kamu belum pernah merasakan kebahagiaan bersamanya. Maafkan Mama dan Papa, juga Rouki." Ucap ibu mertua masih terbayang-bayang dengan kesalahan yang sudah memberi banyak kesedihan untuk menantunya.

Zeya justru tersenyum menatap ibu mertuanya, tak ada kebencian sedikitpun pada diri Zeya kepada ibu mertuanya.

"Mama tidak perlu meminta maaf sama Zeya, karena Mama tidak bersalah, begitu juga dengan Papa dan Mas Rouki. Ini semua sudah menjadi pilihan dan keputusan kita semua, tak ada yang perlu di salahkan." Jawab Zeya mencoba untuk mencairkan suasana, meski sebenarnya ada sedikit rasa sedih dan kecewa, namun berusaha untuk bisa menerimanya dengan hati yang lapang, pikir Zeya.

"Andai saja, Rouki tidak dibutakan dengan cinta, mungkin gak akan seperti ini ceritanya."

"Sudahlah, Ma. Gak ada yang perlu disesali, biarkan semua berjalan bagai air yang mengalir dengan arahnya."

"Kamu benar, Nak. Ya udah, kalau kamu mau masuk ke kamar." Ucap Ibu mertua, Zeya tersenyum dan mengangguk.

"Zeya tinggal dulu ya, Ma. Sekalian, Zeya mau mengubungi pihak panti asuhan. Soalnya satu minggu lagi mau diadakan acara bertemunya anak-anak panti asuhan yang pernah singgah, enaknya bilang, reoni besar."

"Ya udah, silakan. Kebetulan hari ini Mama juga mau menyelesaikan tugas dari Butik. Soal Rouki, kamu tidak perlu memikirkannya."

"Ya, Ma. Ya udah ya, Ma, Zeya masuk kamar dulu." Jawab Zeya, dan segera kembali ke kamarnya.

Sedangkan di rumah sakit, Rouki tengah berjalan dengan gesit menuju ruang rawat pasien.

"Alya, kamu kenapa, sayang? kamu tidak apa-apa, 'kan?" tanya Rouki dengan perasaan khawatir.

"Kakiku, kaki aku, gak bisa di gerakan." Jawab Alya sambil memegangi bagian lututnya.

Rouki yang melihat Alya meringis kesakitan, langsung mengusapnya dengan pelan.

"Kenapa kamu bisa seperti ini, sayang? seharusnya kamu itu bilang, kalau kamu mau pergi atau membutuhkan sesuatu."

"Mau di taruh dimana muka aku, sedangkan kamu sudah punya istri. Aku gak mau dibilang perebut suami orang, jelas-jelas kamu adalah milikku, bukan milik istrimu."

"Pers_etan! dengan istriku, secepatnya aku akan segera mengurus perceraianku dengannya. Kamu yang sabar dulu ya, sayang. Aku pastikan, kita akan segera menikah." Ucap Rouki mencoba untuk meyakinkan Alya.

"Kamu janji ya, sayang. Kamu tidak akan meninggalkan aku, 'kan? aku sangat takut kehilangan kamu, juga tidak ingin kehilangan kamu. Sayang, aku ingin secepatnya menikah denganmu." Kata Alya.

"Kamu tenang saja, secepatnya kita akan segera menikah. Lagi pula aku tidak menganggap Zeya adalah istriku. Jadi, kita tetap akan tetap menikah setelah kaki kamu sembuh." Ucap Rouki, dan mencium kening milik Alya tanpa canggung.

'Selangkah lagi, semua akan menjadi milikku. Lihat lah Zeya, suamimu akan jatuh ke tanganku. Status boleh milikmu, tetapi jiwa dan raganya sepenuhnya akan menjadi milikmu. Dan kamu, bersiap siaplah untuk diceraikan.' Batin Alya dengan penuh kemenangan.

"Sayang, aku sudah tidak punya tempat tinggal lagi. Soalnya Ibu yang mengasuh aku sudah meninggal, dan segala hartanya telah jatuh ke tangan adiknya. Jadi, aku sudah tidak mempunyai tempat tinggal lagi." Ucap Alya merengek sambil memegangi tangan kekasihnya.

"Kamu gak perlu cemas, kamu akan tinggal bersamaku." Jawab Rouki.

"Tinggal bareng kamu, dimana?"

"Di rumah utama, dan kamu tidak perlu takut dengan kedua orang tuaku, ataupun dengan istriku. Karena mereka berdua bukanlah orang tua kandungku, melainkan hanya orang tua angkat." Jawab Rouki.

"Apa! jadi mereka berdua bukan orang tua kandungmu?"

"Ya, Papaku adalah adiknya Ayah kandungku. Dari bayi aku di asuh olehnya, dan ayah mertuaku mempunyai hubungan baik dengan orang tua kandungku, juga dengan kakekku. Jadi, istilahnya, aku memang sudah dijodohkan sejak bayi." Jawab Rouki.

'Benar-benar bagai mendapat durian runtuh, juga sekali dayung, dua pulau bisa aku lampaui dengan mudah.' Batin Alya.

'Lihat lah Zeya, bentar lagi kau akan segera dihempaskan oleh suami kamu sendiri. Sedangkan aku akan menjadi Nyonya Rouki.' Batin Alya dengan percaya dirinya.

"Permisi sebentar, kami mau memeriksa pasien. Kalau tidak keberatan, kami minta untuk keluar sebentar." Ucap sang dokter, Rouki mengangguk dan segera keluar.

Sedangkan ayahnya, kini tengah mencari keberadaan putranya untuk mengetahui kemana perginya, dan sedang menemui siapa, pikirnya Beliau.

Rouki yang cukup lama menunggu, akhirnya selesai juga dalam pemeriksaan kondisi pasien.

"Bagaimana keadaan pacar saya, Dok? apakah ada luka yang serius?" tanya Rouki ingin tahu keadaan kekasihnya.

"Pasien tidak mengalami hal serius. Hanya saja, harus sabar untuk memulihkan lukanya. Mau bagaimanapun, harus ada perawatan yang baik, agar secepatnya pulih dan sembuh total." Jawab sang dokter.

"Baik, Dok. Kalau boleh tahu, berapa hari lagi pacar saya bisa pulang, Dok?"

"Mungkin tiga hari lagi baru boleh pulang, itupun harus sering kontrol, meski sudah diizinkan pulang sekalipun." Jawab sang dokter.

"Baik, Dok. Terima kasih atas sarannya."

"Sama-sama, kalau gitu saya permisi."

Rouki mengangguk.

"Sayang, aku lapar, siapin ya?"

"Ya, sayang. Makan yang banyak ya, biar cepat pulih dan sembuh, biar cepat pulang juga. Soalnya akhir-akhir ini pekerjaanku di kantor sangat padat, dan tidak bisa aku tinggalkan. Tahu sendiri kan, kerja di kantor itu gak seenak duduk berduaan denganmu." Ucap Rouki sambil menyuapi kekasihnya.

"Jadi gak sabar, pingin cepat-cepat nikah denganmu, sayang. Malam ada yang menemaniku tidur, paginya ada yang menyapaku." Kata Alya dengan suaranya yang manja.

Rouki tersenyum dan mengusap lembut rambutnya.

"Makanya, habisin dulu Makanannya. Nanti kalau sudah lumayan mendingan, kamu baru bisa pulang." Ucap Rouki sambil menyuapi.

"Ya, sayang. Aku nurut aja sama kamu, yang terpenting kamu selalu memberi perhatian untukku." Jawab Alya dengan senyum bahagianya.

"Ya, kamu gak perlu khawatir. Sudah ini, kalau sudah, ini diminum. Ingat, setelah ini kamu harus istirahat. Soalnya aku gak bisa lama-lama di rumah sakit, aku harus segera pulang." Ucap Rouki sambil menyodorkan gelas berisi air minum, Alya menerimanya dan meminumnya.

Setelah itu, Rouki segera pulang ke rumah.

Baru saja keluar dari ruangan kekasihnya dirawat, tiba-tiba bertemu sang ayah saat beberapa langkah keluar dari ruangan.

"Rouki, siapa yang kamu temui?"

"Alya, Alya kekasihku, Pa. Sudahlah, Papa tidak perlu mengatur ngatur kehidupanku, biarkan aku menjalani kehidupanku dengan pilihanku sendiri." Jawab Rouki dengan tatapan penuh dengan kekesalan, geram pastinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!