Tidak bisa masuk kedalam ruangan kekasihnya, Rouki memilih untuk pulang ke rumah, dan meninggalkan sang istri yang tengah berada di rumah sakit. Juga tidak peduli baginya jika sang istri sendirian sekalipun.
BRUK!
"Tuan, Tuan mau kemana? bagaimana keadaan Tuan Kusuma, Tuan?" tanya asisten kepercayaan orang tuanya khawatir.
Rouki langsung mengernyit saat mendapat pertanyaan dari orang kepercayaan ayahnya, tentu saja merasa aneh atas pertanyaan yang di berikan padanya.
"Keadaan Papa? yang sakit itu Zeya, bukan Papa." Kata Rouki.
"Maaf, Tuan, kami permisi." Ucap Pak Gani dan Bi Neni sebagai asisten rumah, sedangkan Pak Gani adalah kaki tangan Tuan Kusuma yang sangat dipercaya.
Tidak ingin membuang-buang waktu, Pak Gani dan Bi Neni segera mencari keberadaan Zeya dan Tuan Kusuma di rawat.
Rouki yang tiba-tiba penasaran, ia segera mengikuti orang kepercayaan ayahnya dan bergegas mengejarnya.
Benar saja, arah jalannya pun berbeda, dan membuat Rouki dibuatnya penasaran.
Ibunya yang sedari tadi mondar-mandir, semakin cemas untuk memikirkan keadaan suaminya yang mendadak kambuh penyakitnya.
Saat melihat dokter baru saja keluar dari ruang pemeriksaan, segera menghampirinya.
"Bagaimana kondisi suami saya, Dok?" tanya istri Tuan Kusuma khawatir.
Dokter pun tersenyum.
"Kondisinya Tuan Kusuma, baik. Sekarang sudah di pindahkan ke ruang rawat untuk pasien. Hanya saja, jangan ditambah beban pikiran untuknya, karena bisa fatal jika dalam kondisi tidak sehat seperti ini, Tuan Kusuma harus banyak pikiran." Jawab sang dokter.
"Baik, Dok. Makasih sudah menyelamatkan nyawa suami saya. Tidak tahu apa jadinya, jika dokter tidak segera datang."
"Sudah menjadi tugas kami menjadi dokter, yaitu menolong pasien. Kalau begitu, saya permisi. Masih banyak yang harus saya tangani, jaga baik-baik Tuan Kusuma."
"Ya, Dok, selamat malam."
Setelah kepergian dokter yang sudah memberi pertolongan kepada Tuan Kusuma, segera bergegas pergi menemui suaminya yang sudah dipindahkan ke ruang rawat pasien.
Rouki yang tengah berjalan di belakang kepercayaan ayahnya, sudah tidak sabar ingin mendahului. Tapi, atas gengsinya, Rouki tetap mengikutinya. Takut, ternyata hanya dibohongi saja, dan yang sakit memang benar istrinya,
Pak Gani segera menanyakan dimana Tuannya di rawat, juga menantunya.
Rouki yang mendengarnya, benar-benar sangat terkejut.
"Pa! Papa ...!" teriak Rouki langsung berlari menuju ruang yang disebutkan barusan.
"Begitulah kalau rasa benci lebih besar dari segala rasa, kabar baik atau buruk sekalipun, tidak akan pernah di percaya." Ucap Tuan Gani saat melihat anak majikannya yang baru percaya setelah mendengarnya langsung.
"Ya, kasihan Nona Zeya, mempunyai suami yang tidak bertanggung jawab sama sekali." Jawab Bi Neni yang sebenarnya merasa geram terhadap anak majikannya yang sudah kelewatan.
"Ya udah, ayo kita temui Nyonya Neilasa." Ajak Pak Gani.
"Ya, ayo." Jawab Bi Neni dan bergegas pergi ke ruang rawat majikannya.
Saat sudah berada di depan pintu ruang rawat ayahnya, Rouki langsung masuk kedalam.
Benar-benar sangat terkejut saat melihat ayahnya yang terbaring lemah di atas ranjang pasien yang hanya ditemani oleh ibunya saja.
Rouki berjalan mendekat dengan rasa bersalahnya atas perbuatan yang sudah ia lakukan pada ayahnya.
Ibunya sendiri masih diam, sama sekali tidak menoleh, meski tahu siapa orangnya yang sudah datang.
Kini, Rouki yang sudah berada di dekat ayahnya, memejamkan kedua matanya dengan rasa bersalah. Meski yang ia tahu bahwa Tuan Kusuma adalah ayah asuhnya, tetapi kedekatannya tidak bisa dibohongi.
Rouki menarik kursi, dan ia segera duduk disebelah ibunya yang tengah menahan rasa kekesalannya kepada putranya.
Sambil memejamkan kedua matanya, Rouki teringat akan kasih sayang dari ayah maupun ibunya dari masih kecil hingga tumbuh menjadi dewasa.
Rasa cemburu yang dibutakan karena cintanya kepada perempuan, mengalahkan akan ketulusan orang tua yang begitu menyayanginya.
Rouki yang dipenuhi rasa bersalah, memegangi tangan kiri milik ayahnya yang tidak terpasang infus, seperti meminta permohonan maaf dengan penuh penyesalan. Sedangkan ibunya masih diam, dan masih merasa kesal atas perbuatan yang sudah dilakukan oleh putranya terhadap suaminya.
Rouki yang sadar akan keberadaan ibunya yang tengah duduk disebelahnya, langsung menoleh.
"Ma, maafkan aku. Maafkan aku karena sudah membuat Papa seperti ini." Ucap Rouki sambil meraih tangan ibunya.
Sang ibu belum juga menoleh, rasa kecewa kepada putranya masih tersimpan saat kalimat yang tidak harus diucapkan, harus didengar.
"Ma, aku minta maaf atas semua ini. Aku mengaku salah, dan aku tidak akan mengulanginya lagi." Kata Rouki penuh permohonan.
"Setelah berbaring menahan rasa sakit, baru kamu meminta maaf. Kamu bilang, Papa Kusuma bukanlah ayah kandungmu. Lantas, untuk apa kamu meminta maaf, pergilah dari hadapan kami." Ucap ibunya dengan penuh kesal dan juga terasa dongkol.
"Ma, bukan begitu maksud aku."
"Pergilah, Mama dan Papa tidak butuh kamu. Pergi dan keluar dari ruangan ini sekarang juga, cepat!"
Bentak ibunya dengan suara yang cukup lantang.
"Tuan, ayo keluar, Tuan. Kasihan Nyonya, seperti sedang sock." Ucap Pak Gani melerai sambil menarik tangan dan mengajaknya untuk keluar.
Sedangkan Bi Neni mencoba untuk menenangkan majikan perempuannya, agar tidak semakin penat memikirkan putranya.
Pak Gani yang berhasil mengajak Rouki keluar dari ruangan rawat Tuan Kusuma, sedikit merasa lega.
"Maaf, Tuan, jika saya terpaksa menarik Tuan untuk keluar. Kasihan Nyonya, Tuan." Ucap Pak Gani yang tengah duduk di sebelah anak majikannya.
Rouki masih diam, entah kemana pikirannya.
"Apakah Bapak boleh bertanya sesuatu?" tanya Pak Gani dengan serius, meski Rouki sama sekali tidak menoleh padanya, setidaknya lawan bicaranya mengangguk.
"Tanyakan saja apa yang ingin Pak Gani tanyakan pada saya."
Pak Gani mengangguk.
"Benarkah yang dituduhkan Tuan Rouki kepada Tuan Kusuma dan Nyonya Neilasa itu benar?" tanya Pak Gani membuka obrolan.
Rouki langsung menoleh pada Pak Gani, ditatapnya dengan serius.
"Menurutku itu benar, karena Papa dan Mama tidak memiliki bukti yang kuat jika aku adalah putranya." Jawab Rouki dengan yakin.
"Sudah dilakukan tes DNA kah?" tanya Pak Gani.
Rouki menggelengkan kepalanya, Pak Gani tersenyum.
"Bagaimana mungkin, Tuan Rouki dapat meyakinkan jika Tuan Kusuma dan Nyonya Neilasa bukanlah ayah kandung dan ibu kandung? sedangkan tes DNA saja belum kamu lakukan." Kata Pak Gani dengan senyumnya.
Rouki yang seakan mendapat ejekan dari Pak Gani, rasanya ingin menghajar. Tapi, dirinya sadar, lelaki yang ada di sebelahnya itu orang kepercayaan orang tuanya, juga usia yang tidak jauh dari Tuan Kusuma.
"Untuk apa dilakukan tes DNA, kalau hasilnya bakal dicurangi." Kata Rouki tetap pada pendiriannya.
"Belum juga di coba, kenapa tidak untuk mencobanya, Tuan." Ucap Pak Gani membujuk.
Rouki menyeringai.
"Gak akan aku coba, apapun alasannya." Kata Rouki dengan pendiriannya.
Pak Gani yang gagal membujuk, berusaha untuk tidak gegabah.
"Baiklah, kalau Tuan Rouki tidak mau menerima usulan dari saya, permisi." Ucap Pak Gani dan bergegas untuk menemui majikannya.
Rouki yang dilema, akhirnya memilih untuk pergi ke ruang rawat istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments