Ditinggal pergi

Saat itu juga, Rouki langsung menyambar ponselnya.

"Kamu tidak ada hak apapun tentangku, urusin saja diri kamu sendiri. Mau sampai kapan kamu akan bertahan dengan pernikahan ini? karena aku tidak akan pernah tertarik denganmu, ingat itu." Ucao Rouki yang selalu mengucapkan kalimat yang sama kepada istrinya.

Zeya sama sekali tidak peduli dengan ucapan suaminya yang sering ia terima, justru Zeya mulai berani untuk tersenyum.

"Sampai kamu menyerah, dan menceraikanku." Jawab Zeya dengan santai.

"Apa kau ini sudah bo_doh! mana bisa aku menceraikan kamu. Kalau bukan atas bantuan dari orang tuamu yang sudah menyelamatkan perusahaan orang tuaku, tidak akan sudi aku menjalani pernikahan ini denganmu, paham."

"Terserah kamu, aku pun sebenarnya juga tidak sudi menikah dengan lelaki angkuh dan dingin sepertimu." Jawab Zeya dengan berani, dan langsung menyambar tasnya dan segera turun.

Meski hatinya terasa sakit saat mendapatkan bentakan dari suaminya, apa salahnya jika dirinya mencoba untuk berani menjawab, dan tidak melulu selalu di rendahkan, pikirnya.

"Loh, Rouki mana?" tanya ibu mertua saat mendapati Zeya keluar dari kamar lebih dulu.

Bukannya langsung menjawab, Zeya menoleh ke tangga.

"Itu Mas Rouki, Ma." Kata Zeya sambil menunjuk ke arah tangga, yakni pada suaminya yang tengah menuruni anak tangga.

"Oh, ya. Ya udah, ayo kita berangkat." Ucap Ibu mertua, dan mengajak menantunya.

"Ma, sebenarnya mau liburan kemana sih?" tanya Rouki serasa enggan untuk ikut pergi liburan.

"Ke pantai, atau kemana lah, yang penting kita liburan. Lagian juga kan, ini hari minggu dan kamu tidak ngantor. Apa salahnya coba, jika hari ini kita liburan." Jawab ibunya yang tidak pernah menyerah untuk menyatukan putranya dengan menantunya.

"Mendingan juga tidur di rumah, lagian juga ujung-ujungnya bikin badan capek. Enak kalau ada yang pijitin, badan capek aja ditahan sendiri." Kata Rouki sambil melirik ke arah Zeya, seakan dirinya yang disalahkan.

"Makanya, kalian berdua itu yang akur. Mau sampai kapan coba, kalian akan terus-terusan seperti ini." Ucap ibunya mencoba memberi saran.

Rouki yang malas menjawab, langsung naik mobil. Kemudian, disusul Zeya dan duduk di sebelah suaminya.

Baru saja mau menyalakan mesin mobilnya, tiba-tiba ponselnya berdering.

"Ya, ada apa?"

"Apa! ya ya ya ya, aku akan segera ke rumah sakit."

Rouki yang mendapat kabar dari seberang telpon, langsung menoleh pada istrinya.

"Kita gagal untuk pergi liburan, aku harus pergi ke rumah sakit sekarang juga. Jadi, cepat kau turun." Ucap Rouki kepada Zeya dengan suara sedikit membentak.

"Memangnya siapa yang sakit?" tanya Zeya ingin tahu.

"Tidak perlu aku memberitahumu, sekarang juga cepetan kau turun." Jawab Rouki mengusir istrinya.

"Baik, aku akan segera turun." Ucap Zeya yang langsung melepaskan sabuk pengamannya.

'Aku tau, kamu pasti mau bertemu dengan pacarmu yang bernama Alya itu, 'kan?' batinnya sambil berjalan untuk masuk ke rumah tanpa harus melihat kepergian suaminya.

Sedangkan ibu mertua yang baru saja naik ke mobil, melihat menantunya yang tidak ikut bersama suaminya, langsung turun dan mengejar Zeya. Sedangkan sang ayah, mulai merasa geram dengan sikap putranya yang tidak pernah memperlakukan istrinya dengan baik.

Merasa kesal, juga merasa geram dengan Rouki, putranya sendiri. Beliau langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, yakni untuk mengejar putranya.

Sama halnya dengan ibunya Rouki, juga segera mengejar menantunya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Zeya, tunggu, Nak." Panggil ibu mertua saat Zeya hendak menapaki anak tangga.

Zeya menoleh, ternyata ibu mertuanya yang memanggil.

"Mama, kok Mama gak jadi berangkat?"

"Kamu sendiri kenapa masuk ke rumah, suami kamu mau pergi kemana?"

"Em ... katanya sih, mau pergi ke rumah sakit."

"Ke rumah sakit, memangnya siapa yang sakit?" tanya ibu mertua ingin tahu.

"Zeya gak tahu, Ma. Mas Rouki bilang, katanya mau ke rumah sakit. Soal siapa yang sakit, Zeya gak tahu." Jawab Zeya dengan jujur, sesuai yang diucapkan suaminya.

'Pasti perempuan itu, si Alya. Gak ada kapok kapoknya juga itu anak.' Batin ibunya Rouki.

"Kita duduk di sudut ruangan sana, bagaimana? Mama ingin berbicara sesuatu denganmu, sangat penting." Ucap ibu mertua mengajak menantunya untuk duduk di sudut ruangan.

"Ya, Ma." Jawab Zeya dengan anggukan, dan menuju ke sudut ruangan yang selalu dijadikan tempat untuk duduk santai.

Saat mertua dan menantu sudah duduk bersebelahan, ibu mertua mengambil air minum.

"Minumlah, biar pikiran kamu jauh lebih tenang." Ucap Ibu mertua sambil menyodorkan satu gelas air minum yang baru di tuangkan kedalam gelas.

Zeya menerimanya, dan meminumnya.

Kemudian, ibu mertua meraih tangan Zeya.

"Maafkan Mama sama Papa ya, Nak. Gara-gara keegoisan kami orang tua, kamu harus menjalani pernikahan yang seperti ini. Maafkan anak Mama yang sudah menyakitimu, dan sudah membuatmu menderita. Maafkan kami sekeluarga, karena tidak memperlakukan kamu dengan baik." Ucap ibu mertua merasa sangat bersalah, lantaran sudah membuat menantunya menderita.

"Gak apa-apa kok, Ma. Zeya tahu ini sangat berat untuk diterima, apa salahnya jika Zeya bertahan. Kata Mama Zeya, Mas Rouki lelaki yang sangat baik dan juga bertanggung jawab. Jadi, Zeya akan bersabar untuk menjalani pernikahan ini sampai kesabaran ini akan menyerah dengan sendirinya, Ma." Jawab Zeya yang tiba-tiba ingin menangis.

Siapa sangka, lelaki yang dikatakan baik dan bertanggung jawab, kini harus diterima kenyataan yang berbanding terbalik dan tidak sesuai dengan apa yang pernah ia dengar lewat ibunya sendiri.

Ibu mertua yang mendengarnya, pun merasa malu saat putranya dipuji dengan baik, dan juga masih mau bertahan dengan luka hati.

"Semua sudah menjadi wasiat kedua orang tua kamu, juga dengan mendiang kakeknya Rouki. Tapi, sepertinya Mama dan Papa menyerah, semua keputusan ada padamu. Jika kamu tidak lagi sanggup untuk menjalani pernikahan dengan Rouki, Mama tidak melarang kamu untuk menentukan pilihan kamu. Mama sadar, bahwa putra Mama sudah sering menyakiti perasaan kamu." Ucap ibu mertua yang merasa gagal mempertahankan hubungan pernikahan putranya sendiri.

"Zeya masih sanggup untuk menjalani semua ini kok, Ma. Selagi suami Zeya tidak main tangan, Zeya masih bisa untuk bertahan. Tetapi, jika sudah bermain perempuan di belakang dan juga bermain tangan, mungkin Zeya akan menyerah." Jawab Zeya yang akhirnya berkata jujur.

"Makasih ya, sayang. Mama sangat beruntung memiliki menantu sepertimu. Hanya saja, Rouki telah dibutakan dengan cinta dari wanita yang salah." Ucap Ibu mertua sangat menyayangkan akan sikap putranya yang masih belum juga mau menerima kehadiran istrinya.

"Mama belum beruntung, karena Zeya belum berhasil untuk meluluhkan hatinya Mas Rouki." Jawab Zeya sambil menatap ibu mertuanya.

Terpopuler

Comments

Surtinah Tina

Surtinah Tina

sabar nya besar banget zenya....

2022-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!