EGA (Stay With Me)

EGA (Stay With Me)

PROLOG

Menikah dengan seseorang yang dicintai dan dikagumi adalah dambaan setiap wanita. Ega pun demikian, mengharapkan kehidupan rumah tangga yang bahagia dan harmonis. Namun, pernikahan di usia muda ternyata penuh tantangan. Meskipun terluka oleh cinta yang menyakitkan, ia teguh mempertahankan ikatan pernikahannya.

"Dulu aku selalu beranggapan kalau cinta itu hanya kebodohan, tapi ternyata dibalik itu ada ketulusan yang tanpa pamrih."

Mengapa saat aku yang jatuh cinta harus merasakan pahitnya cinta bertepuk sebelah tangan?

Akankah ini bayangan masa laluku yang kini menghantuiku?

Baiklah akan ku ubah alur ceritaku sendiri?

"FIRMANTARA TAMA, KUPASTIKAN KAMU AKAN MENJADI TAKDIRKU"

"Apakah cinta semenyakitkan ini?" _ Ega

Sungguh menyebalkan! Mengapa harus dijodohkan di zaman modern seperti ini? Ini bukan abad Datuk Maringgih! Apalagi harus menikah dengan perempuan tak dikenal uh…? Lupakan nongkrong; semua waktuku akan habis untuk mengurus istri.

"Hemmm-. Btw Ega cantik juga ya? comel lagi."

"Diam, tidak perlu diperjelaskan secara rinci." _Tama

...ΩΩΩ...

Setahun sebelum pernikahan Ega dengan Tama.

Mentari pagi hari menyapu aspal, membias di bodi motor biru kesayangan Ega. Kuda besinya memasuki lahan parkiran motor, sejak masa sekolah, seolah telah terpatri menjadi miliknya. Tak seorang pun berani memarkirkan motor disini, sekalipun Ega absen. Mereka tahu, gadis tomboi itu menyimpan kekuatan yang mampu melukai siapa pun yang menghalangi jalannya. Para pengganggu, bahkan sesama perempuan, ciut nyali di hadapannya. Laki-laki? Ia tak segan menghajar siapa pun yang berani menantang. Namun, belakangan ini, sebuah kelembutan mulai menyelimuti sisi kerasnya. Banyak lelaki mencoba mendekat, tetapi hanya dua yang mampu bertahan menghadapi keras kepala dan keegoisan Ega. Mereka yang mampu menaklukkan hati seorang ratu jalanan.

"Terjebak dalam pusaran cinta segitiga membuatku kehilangan kendali, hingga jatuh dan terluka," ucap Ega lirih.

"Egaaa!" Pekikan nyaring itu familiar di telinganya. Baru selangkah kaki Ega memasuk pintu kelas, ia menoleh, sosok perempuan cantik itu mendekat. "Ada apa, Finatt?"

"Itu, Fikri. Mencarimu! Ia bertanya? kapan kau akan membalas perasaannya. Aneh sekali! Kau memberi pelet apa padanya? Ia benar-benar tergila-gila! Belum lagi Fizri, si bucin akut lainnya!" Finatt tertawa terbahak-bahak, matanya berkaca-kaca.

Ega menutup mulut Finatt. "Ssst… jangan bicara seperti itu! Jangan sampai ada yang mendengar, aku malu tahu!" Ega melotot, membungkam mulut sahabatnya yang asal bunyi. Wajah Finattalia memerah karena hampir kehabisan oksigen. "Ga! kau ingin membunuhku. Sungguh kejamnya dirimu Ratu Jalanan..."

Terkekeh sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal sama sekali. "Eh, Finatt! Ada solusi enggak nih? Aku lelah dikejar terus oleh mereka. Di kelas maupun di jalan," keluh Ega.

Finatt menjentikkan jarinya. "Aha! Aku punya ide! Beri mereka syarat! Misalnya, harus pandai mengaji, rajin sholat!" Finatt mengedipkan mata, bangga dengan idenya.

Ega menepuk jidat. "Tidak buruk sih, tap-"

"aku tak pernah berharap dicintai banyak orang. Cukup satu saja, please…" Ega berujar dengan nada sendu.

Finatt menyanggah dagu, menatap wajah Ega penuh perhatian. "Huft… resiko menjadi gadis cantik. Argh! aku juga cantik, Tuhan… tapi kenapa tak ada yang mendekatiku? Huhuhu…"

Ega meremas pipi Finatt dengan gemas, mengerutkan kening. "Hm, makanya jangan kebanyakan nonton drama Korea! Jdi tipemu kebawa dunia nyata, makanya jomblo terus."

Finatt salah tingkah saat Ega melirik seorang pemuda di lapangan basket. Ia tersipu malu, buru-buru mengalihkan pembicaraan dengan mengajak Ega ke kantin. Ega tersenyum, membuat pipi Finatt memerah. Mereka menuju lantai dasar. Seorang lelaki tersenyum pada mereka; Ega membalasnya dengan manis, sementara Finatt terlihat canggung, sesekali menarik nafas perlahan.

Ega tahu benar jika sahabatnya itu sangat menyukai ketua tim basket disekolah, namun ia memilih diam. Finattalia seringkali ketangkap basah sedang memberikan perhatian lebih kepada lelaki tersebut, meskipun terlihat jelas lelaki itu tak menampilkan ketertarikan, hanya menganggapnya sebagai penggemar biasa.

"Ega, ak-aku…" Finattalia meremas roknya, ragu-ragu. Ia berhenti, Ega menoleh, menatap Finatt yang matanya berkaca-kaca.

"Aku mencintainya, Ga… tapi aku tak bisa," isak Finatt, air mata menetes di pipinya.

Ega mengusap punggung Finatt dengan lembut. "Waktu akan menentukan segalanya, Finatt."

"Aku berharap tak pernah jatuh cinta. Itu hanya akan membuatku lemah," lirih Ega.

"Semoga aku menempatkan hati dengan seorang yang tepat, suatu hari nanti."

-Ega

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!