Fikri berfikir sejenak. Hal menyenangkan? Senyumnya perlahan merekah ketika nama seseorang terlintas dipikirannya. Dengan terburu-buru, ia mengambil ponsel di nakas. Jari jemari pria itu menari-nari di atas layar ponsel ia mencari nama seorang gadis di salah satu kontak WhatsAppnya. Ha ini dia! Setelah menemukan apa ia cari, Fikri mengirim pesan singkat ke gadis itu.
Pukul 21.00 WIB. Ega merebahkah tubuhnya di atas kasur single-nya. Ia menatap ponselnya belum ada notifikasi masuk dari seorang yang di tunggu, sudah beberapa minggu ini dia sudah lost contact. Suara notifikasi dari ponselnya kembali mengalihkan perhatiannya. Dahi berkerut ketika melihat nomor whatsApp yang tidak dikenal. Penasaran, Ega membuka sebuah pesan. "Good Night Ga!" Ia berfikir sejenak sebelum akhirnya membalasnya. Hem! Bukan Fizri terlintas begitu saja difikirannya.
Tanda 'sedang mengetik' muncul di page atas. Sehingga ia mengurungkan niat untuk membalas, dan memilih menunggu pesan selanjutnya.
(Unknowm Number)
Ini Fizri Ga, di save ya?
19.00
Ega lebih memilih nge-read daripada membelas pesan itu. Meski tidak memiliki perasaan ke pacarnya, ia tetap menghormatinya.
Ia kembali melihat ponselnya, mencari nama Fizri berharap ada respon dari lelaki yang beda lokasi saat ini. "Fizri apa kabar ya?" Diam sejenak, lalu Ega meletakan ponsel di atas meja belajarnya.
"Fizri aku rindu loh! Paham nggak sih! Fizri kayaknya kamu berhasil buat aku jatuh cinta deh! Kamu pasti senang, kalau aku juga sayang banget sama kamu." Penuturan Ega.
Sebuah pesan singkat terkirim.
Via WhatsApp
(Fizri My Bucin)
Good Night sayang
.................
Beberapa saat, suasana menjadi sangat hening. Ega pun kembali menatap layar ponsel dengan tatapan kosong, ia mengulang kembali kemesraannya dengan Fizri lewat pesan-pesan di sebuah aplikasi WhatsApp. Sudut bibir gadis manis ini perlahan naik keatas ketika membaca kembali pesan itu. Fizri mengatakan hal seperti itu seolah-olah ia adalah belahan jiwa yang begitu didambakan olehnya.
(Fizri My Bucin)
Yang… azan zuhur tuh, sholat sana, hem-. Kapan ya, kita bisa sholat berdua di satu atap menjadi imammu, menciup tangaku. Uh!! it's my dream
^^^Iya, jangan lupa sholat, jangan sok-sok ingatin aja, ihh mulai halu nih ya!^^^
^^^Gak papa, terkadang kita harus ngehalu dulu, biar semoga tercapai Aamiin. Bye sayang, besok lanjut lagi ya^^^
Jangan lupa sholat dan jangan begadang, entar penyakitmu kambuh lagi, kan aku juga yang repot, kesepian dan dikacangi
^^^Iya, iya Assalamualaikum abi (Berusaha menahan tawa. Spontan mengucapakan hal yang memaluku itu terlintas dipikiranku)^^^
Wahh, panggilan baru nih, waalaikumussalam umi (Menunjukan deretan giginya yang rapi itu)
..................
Jam menunjukkan pukul 22.00 WIB. Seorang gadis menatap ke arah jendela tatapannya begitu penuh rasa kehilangan. Awan hitam perlahan menjatuhkan air ke bumi, dinginnya malam begitu membuat jiwa sesak. Sosok yang terlintas di pikirannya membuat malam itu begitu sakit.
"Fiz...," lirih Ega sambil mengusap air mata yang sedari tadi menetes begitu saja.
Tuhan, sakit sekali?
Kenapa aku mencintai orang di waktu yang salah?
Inikah balasan?
Ataukah karma.
Pertanyaan yang begitu bertubi-tubi di dalam pikirannya. Pertahanan Ega kembali runtuh. Air mata kembali mengalir deras diwajah cantiknya itu.
Tanganya memeluk dirinya sendiri yang sedang kedinginan karena hujan di malam itu. Pikiran gadis itu sedari tadi melayang ke sana-kemari. Semua hal tentang Fizri memenuhi isi kepalanya. Meskin momen kebersamaannya tidak begitu banyak, sebagai siswa pindahan dari kota lain, dengan status blackstreet. Sosok Fizri dapat mengukir kisah-kisah indah dimemori ingatannya.
Sudah beberapa minggu Fizri tidak masuk ke sekolah. Semenjak itu juga ia tidak berhubungan sama sekali dengan Ega. Meski lewat via WatshApp, laki-laki itu hilang tanpa meninggalkan jejak sebelum berlalu.
..............
Hembusan angin yang tertiup menyentuh kulit membuat Fikri semakin mengeratkan pelukannya.
"Jadi gimana? Kamu masih mau pertahanin Ega? Ucap gadis itu yang perlahan duduk di samping tempat tidurnya.
Pertanyaan itu membuat laki-laki ini tersadar dari lamunan panjangnya. Ia berdiri dari kursinya dan berjalan menuju sudut balkon. Finattalia menatap Fikri dari belakang dengan raut wajah datar. Kalimat yang dikeluarkan oleh gadis itu membuatnya sedikit tertegun.
"Apakah Ega bisa kumiliki meski sebentar saja?"
"Pasti,"
"Jika kamu ingin bersabar."
Ia memutarkan badannya menuju ke arah suara tersebut. "Berapa lama lagi?"
Finattalia cuman bisa tersenyum mendengar penuturan Fikri. Tatapan begitu menyakitkan dirinya.
"Akan tiba saatnya kamu yang akan mengobati lukanya."
.................
"Ega."
Panggilan seseorang dari belakang membuatnya tersadar dari lamunannya. Seorang paruh bayah melangkah perlahan kearahnya, meski sudah memasuki kepala empat, wajah cantiknya tetaplah terpancar seoalah tidak termakan oleh usia.
Spontan jari jemari Ega mengusap bekas air mata dipipinya. "Emm. Iya Ma!"
"Kok belum tidur? jendala kenapa dibuka lebar seperti itu nanti kamu masuk angin." Mamanya melangkah cepat menutup jendela yang sudah menganga besar, angin-angin malam disertai rintikan hujan telah membasahi wajah paruh baya tersebut.
"Ega, kenapa? cerita sama Mama." Elusan pelan mendarat di atas kepalanya.
Pertanyaan dari Mamanya tidak membuatnya mengeluarkan ucapan sepatah kata pun, tatapan begitu nanar sambil mematung ke arah jendala.
"Tidurlah sayang sudah malam, besok kamu sekolah"
Gadis itu cuman mengangguk pelan seraya tersenyum. Ia kini sudah di posisi berbaring diatas kasur.
"Mama keluar ya?"
"Hem."
Memperbaiki selimut di atas tubuh Ega. "Assalamualaikum"
Tersenyum sekilas sebelum ia memejamkan matanya. "Waalaikumussalam" Balasnya dalam batin. Suara isakan tangis dibalik selimut yang perlahan memecah keheningan di dalam kamar.
.................
Udara yang berembus di balkon kamar, terasa menusuk kulit. Suara gadis itu kembali mengejutkan Fikri. "Sampai kapan kamu di sana, ini sudah malam? Nanti kamu sakit, Kalau Bunda tahu pasti marah."
"Hem. Dasar gadis cerewet." Ia perlahan menutup pintu balkon kamar, lalu berjalan menuju meja ke dalam kamar.
"Aku mau tidur. Keluar sana!" Sambil mendorong pelan Finattalia ke arah pintu.
"Awas! Kalau tidak tidur aku laporin."
"Wekk!"
"Bodoh! Sana tukang lapor, aku mau tidur, pintu jangan lupa di tutup"
"Iya. Iya. Ribet banget sih!"
Brukk… Suara pintu tertutup dengan keras. Hampir saja Fikri mengeluar kata kasar atas sikap Finattalia.
"Jika cinta kita. Tidak ditakdirkan bersama selamanya, maka biarkanlah perasaan ini selalu berlabuh didalam hati ini."
_Fikriansyah Andil
.................
Untuk sejenak, Ega kembali menarik napas dalam, mengisi stok oksigen yang memulai menipis. Ia terbangun dan duduk diatas kasur. Rasa sesak semakin mendominasi didalam dirinya. Jantungnya bedetak tak karuan. Nama dan wajah sosok laki-laki itu benar-benar membuatnya sesak.
"Fizri...," lirihnya, suaranya begitu senduh dan menyakitkan.
"Aku sayang kamu."
"Maaf, Fiz...!" Merutuki diri sendiri.
"Fiz," tangisan Ega terdengar begitu memilukan. "Fizri… sakit..!"
Seorang laki-laki tersenyum hangat, ia dengan hati-hati menyelimuti tubuh Ega yang kini sudah kembali tertidur di atas kasur. Sepertinya gadis sudah lelah menangis begitu lama.
"Fizri." Antusias Ega, perlahan mengusap buih demi buih air matanya.
Fizri tersenyum menatap wajah Ega. Ia duduk di samping Ega, mengusap air mata gadis itu dengan kelembutan. Tangannya begitu dingin tapi senyumnya tetap hangat dan manis.
Cup!
Sebuah kecupan cukup lama mendarat di dahi Ega. "Selamat tidur Ega sayang, aku pamit pergi untuk selamanya."
"Tidak… Jangan tinggalin aku lagi! Aku mohon...!"
Keringat didahi bercucuran nafasnya sudah tidak beraturan, panas dingin sudah menyerbak tubuhnya.
"Fizri...."
Ega terbangun dari tidurnya. Ha! Mimpi. Mimpi ini begitu terasa nyata sentuhannya dapat ku rasakan, bahkan senyuman manis itu? Gadis itu sudah berusaha mengatur nafasnya kini tangisnya pecah di keheningan malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Gaga
mampir nih thor, kalau sempet mampir juga di cerita aku. Kasih saran dukungan juga kritik🕊🕊
2022-10-20
1