Tiiiiiiing… suara bel menandakan jam telah usai. Siswa pun berhamburan keluar kelas menuju ke area parkiran. Kaki melangkah hampir mencapai batas parkiran, terhenti. Teriakan seseorang mengagetkanku dari lamunan.
"Ega.., tunggu!"
Aku pun seketika menoleh ke arah kebelakang, "Fikri, kenapa?"
"Ga, kamu ada hubungan apa dengan Fizri? Kok dia lengket banget, aku aja yang bucin tak segitunya"
"Dia itu–" lagi-lagi terpotong karena Fizri datang mendadak, terkadang aku mikir punya pacar kok kayak jelangkung datang tidak di jemput pulang tidak diantar. Haahha!
"Lo ngapain di sini! Ohh..! jangan-jangan yang di bilang orang-orang itu benar, kalau lo suka sama pacar gua ha… dan mengganggunya!" Suara meninggi menatap Fikri penuh amarah.
"Waduh. dibalik sok puitisnya ternyata tersimpan jiwa singa yang siap mencabik-cabik mangsanya" Batin Ega tatapan yang kini fokus kearah dua lelaki dihadapannya
"Ehhh, ingat? selagi ijab kabul belum terucap, Ega bisa jadi milik siapapun" Suara meninggi tidak kalah jauh dari Fizri.
Untung saat ini suasananya sedang sepi. Semua siswa sudah pada pulang kecuali kami bertiga, kalau tidak bakal jadi tontonan gratis, dan siap-siap masuk ruang BK (Bimbingan Konselin). Mana saat ini sahabatku sudah pulang duluan karena di jemput lebih awal. Sedangkan di hadapanku ada dua sosok yang beradu mulut seolah lagi ikut berdebat, sejauh ini mereka belum melakukan adu jontos. Tapi tidak berapa lama, mereka beradu otot. Bukk! Bukk, sampai meninggalkan luka lebam dikulit mereka masing-masing.
Kesabaranku pun habis melihat tontonan yang disaksikan oleh mata kepala sendiri, spontan Ega pun meninju kedua-duanya, sehingga mereka meringis kesakitan.
Auuhh!
"Mau aku nambah lagi haa! Heran kalian itu sudah dewasa, lain kali mikir sebelum bertindak" Keluhku, geram sambil menancap gaspol motorku.
Mereka pun terdiam dan memilih pulang ke rumah masing-masing. "Awas lo! Liat aja nanti gua bakal rebut Ega dari lo…" Ancaman Fikri, tanpa digubris oleh Fizri dia lebih memilih menyusul Ega yang sedang mengendarai motor di luar kendali.
Dari kejauhan ia menyusul dibelakang. Rasa takut akan bayangan kecelakaan menimpa pacarnya, akhir-akhir ini, entah sudah berapa kali Ega mengalami kecelakaan. Sebab ketika ia berkendara dalam keadaan emosi bisa bersifat fatal.
Tittt… ttit… Suara kelakson Fizri dari kejauhan terdengan jelas ditelingaku. Ega melirik dari kaca spion motor sambil mengurangi kecepatan motor yang sedang di tumpangi. Merah si kuda besi liarku, KLX kesayanganku. Menepi di pinggir jalan lalu berhenti. Di balik kaca spion motor, terlihat sosok laki-laki yang sudah perlahan mendekat kearahku.
"Yangg, jangan lagi deh! Jantungku serasa mau copot, yang kalem yangg!" Sambil menenangku yang kini hampir saja lepas kendali dengan mudahnya dia mengembalikan moodku.
Sampai saat ini dia tetap menjadi penyamangatku. Meski terkadang aku berfikir kalau perkataan yang ia lontarkan terdengar konyol dan aneh. Tapi selalu saja tepat sasaran, seolah dia obat penenangku.
Berkat kata-kata puitisnya, mampu mentralkan rasa emosi Ega. Beberapa menit berlalu akhirnya kami memutuskan berpisah, menuju ke arah tujuan dan kembali ke arah rumah masing-masing.
.................
Angin sopoi-sopoi menenangkan jiwa dan ragaku. Dalam lamunan sambil menatap langit biru, kini jendela jadi tempat kehangatanku, disinilah aku meluapkan keluh dan kesahku, menulis kisah-kisah hidupku.
Sejenak aku berpikir, Fizri itu orang baik dan dia sangat menyayangimu, sampai kapan kamu menipu dengan kata cinta kepadanya. Padahal semuanya bullshit! Mari kita sudahi dia pantas bahagia dan dicintai. Tapi dia penyamangatku! Egois sekali bukan, tapi aku bisa apa? Terkadang aku berfikir kenapa ia harus datang di waktu yang tidak tepat.
"Fiz, apa yang harus aku lakukan! Apakah kejujuran ini masih mampu membuatmu bahagia? Jika iya! Aku akan berusaha jujur, jika selama ini tidak pernah sama sekali memiliki perasaan terhadap dirinya"
Triiing!
Dering dari ponsel mampu menyadarkan dalam lamunan. Kaki melangkah dengan rasa malas mengambil ponsel di sudut meja belajar. Siapa sih! Ganggu aja!
"Wahhh panjang umur, baru juga diomongi sudah main nyambung aja, kayaknya sinyalnya kuat hahahahah." Berbicara sendiri seolah ada dia dihadapanku.
Video Call terhubung
"Assalamualaikum, ukhti sayang" Dengan wajah senyum tipis.
"Ih… tumben, pasti ada maunya nih hayoo apaa..."
"Jawabnya kok gitu"
"Iya, iya waalaikumussalam, apa sayang?"
"Hahahahahah"
"Sayangg...gak boleh gitu, gak baik loh" Menegur dengan halus. Ini yang paling aku suka darinya.
"Maaf, Fizri sayang!" Senyum terpaksa nada sedikit menggoda.
"Wow! Akhirnya… aku tidak pernah merasa sebahagia ini, duhh- mimpi apa aku ya? Cubit jauh dong!" Kebahagiannya benar-benar terlihat diwajah Fizri meski hal ini terlihat sepeleh.
"Yaa… Allah-sederhana inikah dia" Gumamku.
"Ngomong apa yang… gak jelas"
Melihat dirinya saja sudah merasa begitu menyakitinya setiap saat. Berbohong dan berpura-pura, seolah ini adalah keahlian yang patut dibanggakan. Entah sampai kapan? Menjalani dengan drama saling mencintai. Ia terlalu baik tidak pantas di sakiti seperti ini.
Diposisi lain ada sosok pria yang berusaha menjadi orang ketiga dalam hubungan ini. Ialah Fikri, sosok pria yang teguh akan keobsesiannya untuk memilikiku, ia bahkan tidak berminat sama sekali untuk mundur, meski ia sudah mengetahui kalau aku sudah berpacaran dengan Fizri.
Waktu begitu cepat berlalu, sehingga membuatku hampir saja tidak melaksanakan sholat magrib. Rasa lelah batin dan fikiran memikirkan keadaan dan posisi ku saat ini. Kisah percintaan seperti apa ini?
..................
Suasana kelas dipagi hari terlihat masih sepi. Di dalam kelas yang aku huni saat ini, hanya terlihat beberapa siswa yang melakukan piket kelas. Ega pun menoleh ke arah bangku di sebelahnya, sudah cukup lama ia berada di dalam kelas tapi belum ada tanda-tanda kedatangan sahabatnya. Akhirnya Ega memilih mengambil buku novel dari dalam tasnya. Baru beberapa kalimat dibacanya, seseorang memanggilnya dengan keras dari luar kelas.
"Ega..!" Suara cempreng khas Finattalia.
Tangannya perlahan menaruh novelnya di atas meja. Ega melangkah keluar kearah suara itu. Finattalia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan secara perlahan, sambil mengontrol ekspresinya.
"Iya, ada apa Nat, kayaknya penting banget?"
"Iya nih Ga, i...ttu, itu" Suaranya sedikit tersegal-segal.
"Apa sih Nat, jangan buat penasaran deh!" Raut wajah cemas.
"Itu Ga, Fizri tadi pulang mendadak. Katanya ada keluarganya yang lagi sakit, dia pulang kampung. Terus dia bilang tolong sampain ke kamu gitu"
Membuang nafas lega. "Ohh, kira ada apa? Buat jantung aku mau copot aja kamu nih Nat"
"Hehehe, maaf" Menyatukan tangan seraya memohon kepada Ega.
"Hem-"
"Gak marah kan?"
"Tak"
"Benar!"
"Iya"
Memeluk erat sahabatnya itu. "Makasih"
"Dia ada bilang tinggal berapa lama tinggal disana enggak?"
Menggeleng pelan. "Tak ada tuh!"
Kriiiing kriiing…
Bel berbunyi sehingga kami berdua memilih menyudahi lalu menuju kelas, yang kebetulan hari ini jam kosong sampai jam akhir, karena guru lagi mengadakan rapat mendadak.
"Yes! Bisa bebas tanpa beban pikiran, hahahah"
Berteriak dengan semangatnya sehingga membangunkan beberapa siswa lainnya yang sedang tertidur.
"Egaa! sibuk banget sih!" teriak salah satu temanku.
"Maaf" Sambil memperlihatkan deretan gigiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments