Menikah dengan orang dicintai dan dikagumi pasti impian semua setiap wanita, begitu juga dengan Ega, bisa hidup bahagia dan harmonis. Nyatanya Ega harus mengalami hidup berumah tangga di usia yang masih terbilang muda, pastinya tidaklah mudah untuk menjalaninya. Terjebak dengan cintanya sendiri meski sangat menyakitkan dia berusaha bertahan demi pernikahannya.
Kenapa giliran aku yang jatuh cinta harus mengalami cinta tanpa balasan?
Apakah karma masa lalu saat ini sedang berperan didalam hidupku! Baiklah akan ku ubah alur ceritaku sendiri?
"FIRMANTARA TAMA, KUPASTIKAN KAMU AKAN MENJADI TAKDIRKU"
"Apakah cinta menyakitkan ini?" _ Ega
Sial! Kenapa harus dijodohkan sih! ini jaman modern bukan jaman Datuk Maringgih. Etdah!… nikah sama bocah lagi? Nongkrong? Boro-boro yang ada ngurusin istri.
"Hemmm-. Btw Ega cantik juga ya? comel lagi"
"Diam tidak perlu diperjelaskan secara rinci." _Tama
......................
"Tam." Kegugupan terlihat jelas diwajahnya, perlahan Ega melangkah kearah Tama.
"Iya" Balasnya dingin dengan lirikan.
"Tam, apakah kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini? Aku tahu, kita menikah karena perjodohan orang tua kita, dan bahkan sudah 6 bulan setelah kita menikah hingga sampai saat ini, kamu tidak pernah sama sekali menganggap aku sebagai isterimu. Kamu lebih memilih menghabiskan waktu di luar sana nongkrong bersama gang motor itu." Lirih gadis berlesung pipit itu. Aku sudah siap menerima konskuensi dari perkataanku.
Ega tidak bisakah bersabar! lihat kondisinya saat ini dia butuh kamu?
Maaf Tuhan! Aku lemah. Aku butuh diri-Mu menopang diriku yang hampir saja jatuh ke bumi.
"Apa jika tak suka pergi saja dari rumah ini"
"PAHAM!"
Plakk!
Sebuah pukulan keras diatas meja begitu jelas terekam ditelinga Ega. Tama perlahan menetralkan emosi yang kini mulai menggebu.
"Berapa kali harus gua bilang ha! Gua... terpaksa menerima lo! Lo tuh ya! sadar-diri-selama ini, gua pernah bahagia dengan pernikahan ini. Tidakan! Lo hanya membawa sial dalam hidup gua dan beban, sehingga gua tidak bisa bebas. Satu lagi!" Diam sejanak dengan tatapan yang begitu tajam kearah istrinya.
"Jangan coba-coba bawa teman gang motor gua lagi ingat itu!" Membentak Ega dengan keras sebelum berlalu.
Dorrt...
Suara bantingan daun pintu yang cukup keras sehingga membuat hati Ega terasa lebih sakit dan sesak, perlakuan Tama selama ini tidak pernah lembut dan baik kepadannya. Suara motor di luar sana terdengar begitu jelas ditelinga Ega sebelum Tama benar-benar berlalu.
...............
Jam dinding menunjukkan pukul 22.40 WIB. Rasa kesepian dan sunyi. Rumah yang cukup besar ini hanya ditinggali oleh mereka berdua tanpa ART (Asisten Rumah Tangga) ataupun Satpam. Karena rumah ini baru beberapa bulan ditempati oleh mereka, sehingga Ega memilih tinggal berdua tanpa ART dan Satpam. Hanya karena ingin melayani suaminya dengan sepenuh hati. Tapi, semua itu hanya impian belaka, tanpa kasih sayang apalah gunanya berumah tangga.
"Hiksss hikss" Tangis Ega pecah seketika yang dari tadi dibendung dihadapan Tama. Ega meluapkan semua rasa sakitnya sambil memeluk bantal kesayangannya.
"Maa...! Aku butuh Mama" Lirihnya. Baru saja hendak menekan nomor yang tertera di layar ponsel, terhenti. Ega tersadar kalau posisinya saat ini sudah menikah dia bukan lagi anak manja Mama dan Papanya. Uhh! Begini amat nasibku. Entah dosa apa sudah aku perbuat di masa lalu.
Akhirnya perempuan ini tertidur dengan wajah sembab. Notif di ponsel membuatnya sontak tersadar sambil mengusap mata yang sudah memerah. Jam dinding dikamar sudah menunjukkan pukul 23.45 WIB. Tapi belum ada tanda-tanda kedatangan Tama. Ega menuruni tangga menuju ruang tamu, duduk di sofa sambil menyalahkan tv agar tidak bosan menunggu kepulangan suaminya.
Kini Jam 01.00 WIB, akhirnya Ega tidak bisa menahan kantuknya, pada akhirnya dia pun tertidur dengan posisi kaki ditekuk diatas sofa. Baru beberapa menit yang lalu setelah Ega tertidur, Tama pun sudah pulang kerumah.
Ceklek, suara pintu terbuka, Tama membuka perlahan pintu agar Ega tidak terganggu. Dia melihat sosok perempuan tertidur pulas sambil memeluk erat bantal di tangannya. Dia mendapati Ega yang lagi tertidur pulas dengan mata sedikit sembab.
"Maaf Ga, bukan niat gua membuat lo seperti ini, karena ego membuat lo menderita?" Membawa Ega dengan kedua belah tangan di depan dada menuju ke kamar.
"Entah kenapa gua begitu kasar kepada lo, meski gua tahu lo tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini, apa yang terjadi sehingga setetes ingatan akan tentang dia pun hilang." Lagi-lagi ego mengalahkan perasaan. Shit! Bodoh sekali kamu Tama. Dia sosok perempuan idaman dan beruntung sekali memilikinya.
Tama membaringkan Ega dengan hati-hati takut membangunkan dari tidurnya "Selamat tidur Ega" Sambil mengecup kening Ega. Dia menyusul tidur di sebelahnya, kini egonya tidaklah penting dia pun perlahan melingkarkan tangannya di pinggang Ega, dan memberi kehangatan kepada istri kecilnya itu.
Sekali lagi dia berbisik di telinga Ega."Terima kasih sudah bertahan sampai sekarang" Ucapannya sebelum menyusul Ega di dalam mimpi.
..................
Setahun sebelum pernikahan Ega dengan Tama.
"Terjebak cinta segitiga membuatku hilang kendali hingga aku terjatuh terhampas"
-Ega
"Egaaa!" Teriak seseorang gadis cantik yang sangat ku hapal suaranya.
Seketika menoleh, terlihat sosok gadis yang sudah perlahan mendekat kearahku "Apa Nat?"
"Itu, si Fikri. nyari noh! Katanya kapan lo respon permintaan dia. Heran deh! Dia itu kamu pelet apaan sih! Sampai bucin akut bertingkat-tingkat" Tertawa keras dengan mata mulai berkaca-kaca.
Menutup cepat mulutnya. "Husssshhh… apaan sihh! ehhh ingat tidak ada namanya pelet-pelet tidak boleh. Nanti kena azab" Melototi Finattalia.
"Ehhh. Nat! Ada solusi nggak nih? Aku tu capek! di kejar mulu sama dia. Nggak di kelas, nggak di jalan"
Sekajap, jentikan tangan berbunyi menandakan ia sudah dapat ide. "Ahaaaa! Aku tau, gini aja? beri aja syarat. Misal gini harus pintar ngaji, rajin sholat gitu!" Kedipan mata dari Finattalia, benar-benar ide cermelang.
Firzahra Ega menarik nafas dalam-dalam. Ia terduduk di sebuah ayunan di sudut taman di depan rumahnya. Tatapannya fokus kepada kupu-kupu yang berterbangan di sana.
"Faktanya semakin menghindar dari masalah malah semakin banyak yang datang tanpa henti." Batin Ega. Kasih jedah kek?
Tidak beberapa lama notif pun seketika meledak. Siapa lagi kalau bukan sibucin Fizri! Yang sudah satu tahun berpacaran dengan Ega dengan cara blackstreet. Tanganya mengambil ponsel yang sedari tadi berbunyi di kantong, hoddie-nya.
"Ampun dah! Nih anak bucin amat. Cuman sebentar hp di off sudah main nyepam aja."
Via WhatsApp
(Fizri My Bucin)
Panggilan Masuk Tidak Terjawab
Ketuk untuk menelpon balik 07.00
Panggilan Vido Tidak Terjawab
Ketuk untuk menelpon balik 07.02
Panggilan Masuk Tidak Terjawab
Ketuk untuk menelpon balik 07.03
Panggilan Masuk Tidak Terjawab
Ketuk untuk menelpon balik 07.04
Yanggg... uda makan belum? Makan sana, nanti sakit loh!
^^^Iiiihh😒😒^^^
^^^Sudah sayangku! Ini aja perut uda mau meledak gara-gara kekenyangan^^^
Gak boleh gitu! Nanti aku menduda usia muda loh!😫😰
^^^haahha^^^
Soal ngeledek cepat banget dah!
^^^Daripada kamu! Sok puites, sok bocin ala roman picisan🙄😮💨^^^
Gak papa gini-gini dikangengi orang-orang loh!🤪
^^^Sama siapa haa?!^^^
Ada dehh!😝
Cuantikkkk lagi🥰
^^^Siapa^^^
Sama ini
^^^Mana....🤨^^^
Sabar sayangg lagi loading, hahah🤭
Sayang, jangan marah-marah...🥰😍🤩
Nanti cepat tua....🤭🫣
^^^Apaan sih geje🙂↔️^^^
^^^Mana…😡🤬^^^
cantik enggak🥰😍🤩
Pastilah pacar akoh gituloh😘😘
Ehem… pasti senyum, pipi merah merona
^^^😡😠😤Bodoh^^^
Yang, gua dengar ada yang gangguin di sekolah ya?
^^^Enggak ada kok, salah info kali^^^
Kamu enggak bohong kan?
Diread
.................
Waduh! dapat info dari mana nih bocah?
"Pasti Nat, dasar mulut ember"
"Waduh mampus nih! Kalau dia tau kalau aku lagi di bucinin sama orang gak jelas" Batin Ega.
Triiiingggg.... Suara ponsel menimbulkan gentaran, yang dapat di rasakan dari genggaman tanganku.
Dengan tatapan malas. "Waduh main vc aja nih orang"
Senyum getar gatir. "Sengaja tidak di angkat ahh! Biar dia nyari sih! hehehe" Gumamku.
.................
(Fizri My Bucin)
Panggilan Vido Tidak Terjawab
Ketuk untuk menelpon balik 07.20
(Yangggg angkat kenapa. Aku nih lagi rindu gak tau apa lagi meriang? MERINDUKAN KASIH SAYANG!)
Sebuah notif Voice Note kukirim dengan suara sedikit memelas.
Siapa tahu dia luluh sih heheheh!
................
(Ega My lope)
Iyaaaa… sayangg. Bantar aku lagi pakai baju
^^^Nahh! kamu habis ngapain hayoo?🤔^^^
Ya... habis mandilah! Masak iya! Aku habis perbaikin tembok!
^^^Hehehe, judes amat sih cantik, angkat sayang, mang enggak rindu gitu.😜🤪^^^
...............
Vc tersabung...
"Yang... mangkin cantik deh" Jurus kadalnya mulai memunculkan ekor. Seorang lelaki cengar-cengir di seberang sana.
"Ohhh jadi selama ini aku kurang cantik gitu!" Pasang muka cemberut.
"Sayangku Egaa..."
"Waduh salah bicara nih!" Batin Fizri.
Video Call Terputus secara sepihak.
.................
Via WhatsApp
(Fizri My Bucin)
Ohhh tentu tidak. Bagiku sayang tu selalu cantik dan menawan, you know, you is my queen
Diread
Yang… kok di read doang sih!
.............
Beberapa menit berlalu, akhirnya pria dengan lesung pipit ini menampilkan wajah samringah. Mendapatkan video call dari Ega yang sedari tadi di tunggunya.
Vc terhubung...
"Sok puitis, ehh btw, masih lama enggak di sana?"
"Cieee… ada yang rindu itu berat nih...! Kamu nggak bakal kuat, biar aku saja, aku rela menerima beban seberat apapun demi dirimu seorang." Senyam-senyum sendiri sambil menggoda dengan kedipan mata.
"Ohh gitu! Ya udah. Aku loh cuman nanya." Diam sejenak menetralkan emosi. Demi keinginan Ega ia terpaksa berkata manis kepada Fizri.
"Hem-"
"Kenapa yang...!" Panggilnya lama tapi dengan kelembutan.
"Ihhh, yang... kok jutek, aku sedih loh!" Wajah sedih dibuat-dibuat.
"Siapa yang sedih"
"Tuh!"
"Sayang-"
"Aku-boleh-minta-oleh-oleh, khas makassar nggak?"
"HAHAHAA"
"Hehehehe. Maklum uda lama banget enggak pulang kampung." Kuperlihatkan senyumku yang paling manis menurutku.
Lagi-lagi meledek Ega dengan puas. "Hahha. Cuman itu doang!"
"Hem."
"Kalau tak mau juga tak papa"
"Sayang...!"
"Hem."
"Sayang… ku Ega"
"Hem."
"Jangan jutek-jutek, Kan aku sedih loh!"
"Ihhh siapa yang jutek, ingat to the point itu menghemat waktu"
"Tak boleh galak-galak, nanti cantiknya hilang loh!"
"Yaa… sudah. Kalau memang gak mau ngasih. ya sudah sih! Gak papa gua gak maksa kok" Mengalihkan pandangan dengan perasaan kecewa.
"Maaf. Aku cuman bercanda yang..." Sambil memperlihatkan sesuatu di depan layar.
"Yangg- masih marah ya? Jangan gitu dong baru juga vc uda main ngambek-ngambek aja!" Nada memohon.
"Gua capek, mau tidur" Wajah datar.
"Waduh pakai gua, lo lagi. Mampus! Siap-siap kena sidang kalau begini" Membatin.
"Iya, sayang! Tidurlah good night, ingat disini ada yang merindukanmu, besok ketemu di kelas apa di kantin sekolah?"
"Good night, serah" Vc terputus.
"Sabar… untung pacar kalau tetangga sudah aku bom" Batin Fizri.
..................
Keesokan harinya...
Di alun-alun sekolah, seorang gadis terduduk dengan ransel masih dibahunya. Didalam lamunan sambil menatap langit biru. Ia memandang taman bunga, menikmati kicauan burung-burung yang sambil menari di atas pohon yang rindang, daun kering berterbangan kesana kemari.
Duarrrrrrr… Suara yang tertangkap di telinganku.
"Nat, pagi-pagi sudah buat senam jantung aja! Untung aku enggak lemah jantung, bisa-bisa mati muda gua" Nada kesal disertai hembusan nafas kasar.
"Jangan dulu Ega, ingat! kalau kamu mati nggak ada lagi yang dibucinin si Fizri, kan kasian juga sama dia. Lagian kamu nih dasar manusia jutek, aku juga heran deh! Kok bisa-bisanya si Fikri ikut bucin akut kayak Fizri sih, heran!" Penjelasannya yang begitu panjang kali lebar.
"Ihhhhhh. Nat, aku tu lagi… " Terpotong dengan suara seseorang.
"Sayang ku Egaaa..." Dari suaranya tidak asing.
"Waduhh, kira-kira dia dengar enggak ya? Finattalia pakai sebut nama Fikri segala lagi?" Batinku.
"Kalian lagi bahas apa sih, curhat rindu sama aku ya? tenang aku sudah datang kok" Sambil menggenggam erat tangan Ega.
Aku dan sahabatku bertukar pandangan. Finattalia cuman bisa menggeleng kepala melihat tingkah laku Fizri yang kini sudah ada dan tepat dihadapaku sekarang.
"Huff, untung dia tak dengar" Gumam Ega.
"Yang. Pergi yok! ke taman akhir pekan nanti"
"Hem, yang. Bukannya aku nggak mau, cuman kamu tahu lah. Kita nih kan blackstreet, kalau sampai ketahuan, bisa abis aku." Pasang wajah memelas adalah senjata andalanku.
Diluar sana tanpa aku sadari, Fikri melihat kemesraanku dengan Fizri. Ia berusaha mengkontrol rasa cemburu yang menggebu. Brukkkk! Sebuah pukulan melayang di dinding tembok di depan kelas Ega.
"Fiz, kami mau kekantin lepas tangan itu kenapa! Nempel mulu kayak perangko dikasih lem setan... kagak mau lepas-lepas. Tenang Ega enggak kemana-mana kok." Tatapan sinis.
"Sibuk aja kamu Nat! Maka cari gebetan jangan ngejomblo nanti lumutan hahahhaha"
"Ihhh gini-gini, diam seolah nggak berpawang bergerak banyak gebetan" Suara sedikit menyakinkan.
Ega terkekeh pelan melihat reaksi pasangan manusia Tom and Jerry di alam yang nyata ini yang disaksikan oleh kedua matanya.
"Hem-" Tidak ada respon dari mereka.
Deheman terakhir. "Ehem-ehem-hem!"
"Yangg aku lapar, kesana ke kelasmu, enggak malu nanti diliatin guru" Sedikit memohon agar dia bangkit dari bangkuku.
"Ok! siap sayang, makan yang banyak ya? Ingat meski kamu gendut, cintaku tidak akan berkurang sedikit pun." Teriak lekaki itu sebelum menjauh dari pandanganku.
Di sisi lain sahabatku mencibirnya dengan mengikuti percakapannya. Nyenyes!
"Eh... Ga. Sadar nggak sih tadi ada Fikri lewat pas lagi kamu di bucinin sama si kadal Fizri itu!" Sedikit berbisik sambil berjalan ke arah kantin.
"Enggak tu! Terus gimana ekspresi dia Nat" Imbuhku.
"Yaa… dia marah lah, kan dia enggak tau kalau kamu sudah punya pacar. Tau nggak sangkin keselnya dia ninju tembok, terus dia pergi dengan emosi. Terlihat jelas rasa kekecewaanya karena kamu Ga"
"Nat kira-kira endingnya nanti gimana ya?" Dalam batin sudah begitu was-was.
Tiiiiiiing… suara bel menandakan jam telah usai. Siswa pun berhamburan keluar kelas menuju ke area parkiran. Kaki melangkah hampir mencapai batas parkiran, terhenti. Teriakan seseorang mengagetkanku dari lamunan.
"Ega.., tunggu!"
Aku pun seketika menoleh ke arah kebelakang, "Fikri, kenapa?"
"Ga, kamu ada hubungan apa dengan Fizri? Kok dia lengket banget, aku aja yang bucin tak segitunya"
"Dia itu–" lagi-lagi terpotong karena Fizri datang mendadak, terkadang aku mikir punya pacar kok kayak jelangkung datang tidak di jemput pulang tidak diantar. Haahha!
"Lo ngapain di sini! Ohh..! jangan-jangan yang di bilang orang-orang itu benar, kalau lo suka sama pacar gua ha… dan mengganggunya!" Suara meninggi menatap Fikri penuh amarah.
"Waduh. dibalik sok puitisnya ternyata tersimpan jiwa singa yang siap mencabik-cabik mangsanya" Batin Ega tatapan yang kini fokus kearah dua lelaki dihadapannya
"Ehhh, ingat? selagi ijab kabul belum terucap, Ega bisa jadi milik siapapun" Suara meninggi tidak kalah jauh dari Fizri.
Untung saat ini suasananya sedang sepi. Semua siswa sudah pada pulang kecuali kami bertiga, kalau tidak bakal jadi tontonan gratis, dan siap-siap masuk ruang BK (Bimbingan Konselin). Mana saat ini sahabatku sudah pulang duluan karena di jemput lebih awal. Sedangkan di hadapanku ada dua sosok yang beradu mulut seolah lagi ikut berdebat, sejauh ini mereka belum melakukan adu jontos. Tapi tidak berapa lama, mereka beradu otot. Bukk! Bukk, sampai meninggalkan luka lebam dikulit mereka masing-masing.
Kesabaranku pun habis melihat tontonan yang disaksikan oleh mata kepala sendiri, spontan Ega pun meninju kedua-duanya, sehingga mereka meringis kesakitan.
Auuhh!
"Mau aku nambah lagi haa! Heran kalian itu sudah dewasa, lain kali mikir sebelum bertindak" Keluhku, geram sambil menancap gaspol motorku.
Mereka pun terdiam dan memilih pulang ke rumah masing-masing. "Awas lo! Liat aja nanti gua bakal rebut Ega dari lo…" Ancaman Fikri, tanpa digubris oleh Fizri dia lebih memilih menyusul Ega yang sedang mengendarai motor di luar kendali.
Dari kejauhan ia menyusul dibelakang. Rasa takut akan bayangan kecelakaan menimpa pacarnya, akhir-akhir ini, entah sudah berapa kali Ega mengalami kecelakaan. Sebab ketika ia berkendara dalam keadaan emosi bisa bersifat fatal.
Tittt… ttit… Suara kelakson Fizri dari kejauhan terdengan jelas ditelingaku. Ega melirik dari kaca spion motor sambil mengurangi kecepatan motor yang sedang di tumpangi. Merah si kuda besi liarku, KLX kesayanganku. Menepi di pinggir jalan lalu berhenti. Di balik kaca spion motor, terlihat sosok laki-laki yang sudah perlahan mendekat kearahku.
"Yangg, jangan lagi deh! Jantungku serasa mau copot, yang kalem yangg!" Sambil menenangku yang kini hampir saja lepas kendali dengan mudahnya dia mengembalikan moodku.
Sampai saat ini dia tetap menjadi penyamangatku. Meski terkadang aku berfikir kalau perkataan yang ia lontarkan terdengar konyol dan aneh. Tapi selalu saja tepat sasaran, seolah dia obat penenangku.
Berkat kata-kata puitisnya, mampu mentralkan rasa emosi Ega. Beberapa menit berlalu akhirnya kami memutuskan berpisah, menuju ke arah tujuan dan kembali ke arah rumah masing-masing.
.................
Angin sopoi-sopoi menenangkan jiwa dan ragaku. Dalam lamunan sambil menatap langit biru, kini jendela jadi tempat kehangatanku, disinilah aku meluapkan keluh dan kesahku, menulis kisah-kisah hidupku.
Sejenak aku berpikir, Fizri itu orang baik dan dia sangat menyayangimu, sampai kapan kamu menipu dengan kata cinta kepadanya. Padahal semuanya bullshit! Mari kita sudahi dia pantas bahagia dan dicintai. Tapi dia penyamangatku! Egois sekali bukan, tapi aku bisa apa? Terkadang aku berfikir kenapa ia harus datang di waktu yang tidak tepat.
"Fiz, apa yang harus aku lakukan! Apakah kejujuran ini masih mampu membuatmu bahagia? Jika iya! Aku akan berusaha jujur, jika selama ini tidak pernah sama sekali memiliki perasaan terhadap dirinya"
Triiing!
Dering dari ponsel mampu menyadarkan dalam lamunan. Kaki melangkah dengan rasa malas mengambil ponsel di sudut meja belajar. Siapa sih! Ganggu aja!
"Wahhh panjang umur, baru juga diomongi sudah main nyambung aja, kayaknya sinyalnya kuat hahahahah." Berbicara sendiri seolah ada dia dihadapanku.
Video Call terhubung
"Assalamualaikum, ukhti sayang" Dengan wajah senyum tipis.
"Ih… tumben, pasti ada maunya nih hayoo apaa..."
"Jawabnya kok gitu"
"Iya, iya waalaikumussalam, apa sayang?"
"Hahahahahah"
"Sayangg...gak boleh gitu, gak baik loh" Menegur dengan halus. Ini yang paling aku suka darinya.
"Maaf, Fizri sayang!" Senyum terpaksa nada sedikit menggoda.
"Wow! Akhirnya… aku tidak pernah merasa sebahagia ini, duhh- mimpi apa aku ya? Cubit jauh dong!" Kebahagiannya benar-benar terlihat diwajah Fizri meski hal ini terlihat sepeleh.
"Yaa… Allah-sederhana inikah dia" Gumamku.
"Ngomong apa yang… gak jelas"
Melihat dirinya saja sudah merasa begitu menyakitinya setiap saat. Berbohong dan berpura-pura, seolah ini adalah keahlian yang patut dibanggakan. Entah sampai kapan? Menjalani dengan drama saling mencintai. Ia terlalu baik tidak pantas di sakiti seperti ini.
Diposisi lain ada sosok pria yang berusaha menjadi orang ketiga dalam hubungan ini. Ialah Fikri, sosok pria yang teguh akan keobsesiannya untuk memilikiku, ia bahkan tidak berminat sama sekali untuk mundur, meski ia sudah mengetahui kalau aku sudah berpacaran dengan Fizri.
Waktu begitu cepat berlalu, sehingga membuatku hampir saja tidak melaksanakan sholat magrib. Rasa lelah batin dan fikiran memikirkan keadaan dan posisi ku saat ini. Kisah percintaan seperti apa ini?
..................
Suasana kelas dipagi hari terlihat masih sepi. Di dalam kelas yang aku huni saat ini, hanya terlihat beberapa siswa yang melakukan piket kelas. Ega pun menoleh ke arah bangku di sebelahnya, sudah cukup lama ia berada di dalam kelas tapi belum ada tanda-tanda kedatangan sahabatnya. Akhirnya Ega memilih mengambil buku novel dari dalam tasnya. Baru beberapa kalimat dibacanya, seseorang memanggilnya dengan keras dari luar kelas.
"Ega..!" Suara cempreng khas Finattalia.
Tangannya perlahan menaruh novelnya di atas meja. Ega melangkah keluar kearah suara itu. Finattalia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan secara perlahan, sambil mengontrol ekspresinya.
"Iya, ada apa Nat, kayaknya penting banget?"
"Iya nih Ga, i...ttu, itu" Suaranya sedikit tersegal-segal.
"Apa sih Nat, jangan buat penasaran deh!" Raut wajah cemas.
"Itu Ga, Fizri tadi pulang mendadak. Katanya ada keluarganya yang lagi sakit, dia pulang kampung. Terus dia bilang tolong sampain ke kamu gitu"
Membuang nafas lega. "Ohh, kira ada apa? Buat jantung aku mau copot aja kamu nih Nat"
"Hehehe, maaf" Menyatukan tangan seraya memohon kepada Ega.
"Hem-"
"Gak marah kan?"
"Tak"
"Benar!"
"Iya"
Memeluk erat sahabatnya itu. "Makasih"
"Dia ada bilang tinggal berapa lama tinggal disana enggak?"
Menggeleng pelan. "Tak ada tuh!"
Kriiiing kriiing…
Bel berbunyi sehingga kami berdua memilih menyudahi lalu menuju kelas, yang kebetulan hari ini jam kosong sampai jam akhir, karena guru lagi mengadakan rapat mendadak.
"Yes! Bisa bebas tanpa beban pikiran, hahahah"
Berteriak dengan semangatnya sehingga membangunkan beberapa siswa lainnya yang sedang tertidur.
"Egaa! sibuk banget sih!" teriak salah satu temanku.
"Maaf" Sambil memperlihatkan deretan gigiku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!