Istri kontrak

Istri kontrak

Bab 1 pertemuan

Perusahaan asing milik Negara Jerman ini sudah puluhan tahun berada di Indonesia. Perusahaan yang bergerak dalam bidang Jasa antar dengan menggunakan pesawat ini adalah sebuah Perusahaan gabungan antara Perusahaan penerbangan dan jasa pengiriman barang dari luar Negri.

Disinilah kisah cinta seorang office gril cantik dimulai.

"Eh Lo dah denger lum Yan?" Tanya seorang wanita berkulit gelap pada seorang wanita manis berlesung pipi.

"Tau apa?" Tanya balik wanita yang tadi dipanggil Yani.

"Maryani...gue tanya malah tanya balik..." mendengus kesal wanita kulit hitam itu.

"Hmm...Saodah binti Ma'ruf abdullah...Lo yang aneh-aneh aja deh...gua tanya karena gue nggak tau!" Kata Maryani lebih sering disapa Yani.

"Dia itu CEO baru kita, katanya sih campuran Jepang, Amerika dan Indonesia..." kata wanita kulit hitam.

"Oh ya...hehehe...udah cepet kerja! Ngobrol molo!" kekeh Yani.

Office gril cantik ini sudah berumur tiga puluh lima tahun, tapi...masih terlihat imut dan sangat menggemaskan. Kisah cinta yang tak pernah ia duga mewarnai hidupnya hanya karena sebuah novel yang ia tulis dalam sebuah aplikasi novel online. Dia bertemu dengan pria yang bernama Gween Zero Nagasaki. Pria yang biasa disapa Mr.Zero ini merupakan seorang Komisaris Direksi di Perusahaan GD Express, Perusahaan yang bekerja sama dengan beberapa Perusahaan penerbangan di Indonesia untuk pengiriman paket dari dalam dan luar negri.

Bruggghhh...

"Maaf..." ucap Yani.

"Hm..." seorang pria melewati Yani begitu saja.

"Aneh tuh orang..." batin Yani.

Yani memilih tak mempedulikan pria yang tadi bertabrakan dengannya, ia meneruskan langkah kakinya menuju ruang meeting. Sebuah ruangan luas dengan meja bundar berbaris bentuk oval, ia menaruh botol air mineral di setiap meja yang ada. Ia bernyanyi riang gembira tanpa mempedulikan keadaan sekitar ia terus bersenandung ria.

"Sst...berisik!" Tegur seorang pria padanya.

"Eh...maaf..." ucap Yani.

"Hehehe...bercanda Yan...tegang amat!" Kekeh seorang pria pada Yani.

"Eh...Pak Ian..." Yani nyengir kuda canggung.

"Hm...semangat banget kerjanya Yan..." gurau pria yang biasa disapa Ian, memiliki nama lengkap Dian Satriawan.

"Ya...kalau nggak semangat nanti nggak digaji pak...hehe" kekeh Yani.

"Hehe...kamu bisa aja...nih..." Ian menyondorkan satu kantong kresek bening pada Yani.

"Apaan nih pak?" Tanya Yani bingung.

"Belum makan siang kan? Ini makanan buat kamu..." jawab Ian.

"Loh...eh..." Yani terdiam.

"Ini terima..." Ian menaruh paksa kantong kresek itu ke tangan kanan Yani.

"Ma..ma..kasih pak..." ucap Yani gugup.

"Sama-sama...hm...aku duluan ya..." sahut Ian lalu berpamitan.

Beberapa jam kemudian...

***Brakkk

Bugghhhh***...

"Isst...apa-apaan sih mba Shiren?" Sentak Merry meringis kesakitan.

"Gue peringatin lo ya...jangan pernah caper sama pak Dian!" Wanita bernama Shiren itu menaruh jari telunjuknya tepat di kening Yani.

"Eh...Markonah! Lo ngapa tiba-tiba marah-marah ma gua! Mane ada gua caper sama pak Ian? Gila lo ya!" Yani menepis tangan Shiren dari keningnya.

"Lo ya...!" Shiren merentangkan tangan kanannya hendak menampar Yani.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Bentak suara pria dari sisi kiri mereka berdua.

"Mr.Zero!" Pekik Shiren.

"Hm...tadi mau nampar gua lu! Nggak jadi?" Ejek Yani geram.

"Diem lo!" Bisik Shiren.

Yani mengangkat kedua bahu sembari berlenggang pergi melewati pria yang tadi membentaknya.

"Kamu!!! Ikut keruangan saya!" Titah pria yang disapa Mr.Zero pada Merry.

"Siapa pak? Saya???" Yani menunjuk dirinya sendiri.

"Iya kamu! Siapa lagi? Cepat!!!" Titah Zero tegas.

Yani berjalan mengekori Zero, begitu hampir sampai di sebuah ruangan. Secara tiba-tiba Zero menghentikan langkah kakinya sehingga membuat hidung Yani terbentur punggung Zero.

"Aishhh...ngerem kira-kira dong!" Yani meringis mengusap hidungnya yang mungil.

"Kamu!!!" Zero menunduk mendekatkan wajahnya pada wajah Yani.

Yani memundurkan kepalanya ngeri.

"Ini orang gila apa? Nggak tau apa kalau wajah dia tuh bahaya???" Batin Yani.

"Kamu berani sama saya! Kamu tau siapa saya?" Zero menghujani Yani dengan pertanyaan yang terdengar membingungkan.

"Lah...mana saya tau bapak siapa?" Jawab Yani asal.

"Huff... sudah...kembali bekerja sana!" Titah Zero kehilangan kata-kata.

"Baik pak...saya permisi..." Yani membungkuk hormat sebelum meninggalkan Zero.

"Dia sama persis yang digambarkan dalam novelnya..." gumam Zero dalam hati.

Bulan sudah menunjukan dirinya tapi office gril cantik ini masih sibuk bekerja. Rentangan tangan mungil menandakan kelelahan dari office gril cantik ini, sesekali ia menguap sembari terus melakukan pekerjaannya.

"Huwaah...hm...udah malam aja ya..." gumam Yani sembari memandang langit malam hari.

Sekitar satu jam kemudian, Yani baru menyelesaikan pekerjaan terakhirnya.

Selesai mengganti pakaian, ia pun keluar dari gedung bertingkat dengan menggendong tas ransel berwarna hitam.

"Pesan ojek aja deh...udah malam banget" gumam Yani saat melihat layar ponsel Android miliknya menunjukan pukul delapan lebih lima belas menit.

Tinnn Tinnn Tinnn

Sebuah mobil bermerk Mazda CX-5 berhenti di depan Yani.

"Mobil sampah nih?" Gumam Yani.

Seorang pria nampak keluar dari dalam mobil.

"Yan...belum pulang?" Sapa pria itu.

"Eh...pak Ian...belum pak..." sahut Yani.

"Jangan manggil bapak kalau di luar jam kerja" protes pria yang tadi disapa Ian oleh Yani.

"Eh...emang boleh?" Yani memiringkan kepala ke sisi kanan.

"Hehehe...kamu imut banget sih Yani!" Kekeh Ian.

"Yuk...aku antar kamu pulang!" Ajak Ian sembari menarik tangan kanan Yani.

***Cllekkkk

Klakkkk***

Yani termenung sampai ia menyadari jika kini ia sudah berada di dalam mobil.

"Kamu tinggal di mess nomor berapa?" Tanya Ian.

"Nomor empat belas pak..." jawab Yani.

"Loh...bukannya itu mess yang paling kecil kamarnya ya? Tapi emang iya sih ada kamar mandi di dalam, lain dari kamar mess yang lainnya" kata Ian.

"Sengaja pak pilih kamar yang lebih kecil karena nggak akan ribet bersihinnya" sahut Yani.

"Oh gitu..." Ian manggut-manggut sembari terus fokus menyetir.

Begitu sampai di depan mess Perusahaan, Yani keluar dari dalam mobil.

"Makasih ya pak...saya nggak bisa nyuruh bapak mampir karena nggak diperbolehkan oleh Perusahaan untuk menerima tamu" ucap Yani.

"Hm...lain kali aku pasti bisa mampir kok...kamu tunggu aja!" Bisik Ian.

"Deket banget!" Batin Yani memundurkan kepalanya.

"Kamu takut sama aku?" Ian terkikik geli.

"Nggak kok...malam pak..." Yani langsung ngacir kocar-kacir masuk ke dalam kamar mess nya.

Ian tersenyum melihat kelakuan Yani.

"Imut..." gumam Ian.

"Sudah pergi orangnya...masih kau senyum-senyum begitu???" Tegur suara serak dari seorang pria.

"Lo udah bangun?" Ian masuk kembi ke dalam mobil.

"Udah dari tadi...kau bisa ya... mesra-mesraan di depan bos!" Sindir pria tersebut.

"Astaga Zero! Please deh...lo bisa kan biarin gue bahagia sedikit aja..." gerutu Ian kesal.

"Whatever..." sahut Zero pria Jepang-Amerika itu.

To be continue...💜💜💜

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!