Istri kontrak

Dalam kamar yang luasnya tak lebih luas dari kamar mandi rumah orang kaya, Yani terlelap dalam mimpi, dalam mimpinya muncul sosok bayangan yang tadi mengantarnya pulang.

"Hahh...huff...mimpi apaan tuh???" Yani terbangun dengan nafas memburu.

"Udah gila kali ya gua! Haishhh..." Yani mengacak-acak rambutnya.

Setiap hari Sabtu, Yani sengaja datang ke kantor guna mengambil lemburan, seharusnya hari Sabtu dan Minggu itu hari libur akan tetapi Yani selalu datang tiap hari Sabtu karena pasti ada saja staf kantor yang lembur ditiap hari Sabtu.

Office gril sebenarnya tugasnya hanya membuatkan minuman atau melakukan pekerjaan semacam membelikan makanan untuk para staf kantor akan tetapi Yani turut ikut bersih-bersih yang seharusnya itu adalah tugas dari cleaning servis.

"Huff... selesai juga...pulang ah..." gumam Yani.

Yani turun dari lantai lima gedung menggunakan lift karyawan.

"Kau lembur lagi?" Tegur suara pria dari arah belakang Yani.

"Eh...kok bapak naik lift ini sih???" Pekik Yani.

"Suka hati saya mau naik lift yang mana?" Sahut pria itu.

"Cih...ya deh...komisaris mah laen!" Decih Yani memutar bola mata malas.

tingg

"Saya duluan pak...permisi..." pamit Yani menunduk hormat.

Saat Yani hendak keluar dari dalam gedung, seorang wanita masuk dengan dandanan bak artis selebriti Hollywood.

"Sayang...aku kangen..." teriak kecil wanita itu hendak memeluk pria yang tadi berpapasan dengan Yani.

"Eughh..." pria itu menghalangi wanita itu untuk memeluknya.

Yani memperhatikan pria yang tadi, wajah pria itu berubah pucat pasih. Sedikit mendesah kesal, Yani menghampiri pria itu.

"Pak...apa bapak baik-baik saja?" Tanya Yani sembari memapah pria tampan yang kondisinya kini sudah hampir pingsan.

"Tolong...saya...eughhh...hm..." ucap pria itu menahan mual.

"Eh..." Yani termenung.

"Sayang...kamu baik-baik saja kan?" Tanya wanita tadi cemas.

"Sudah aku peringatkan untuk tidak lagi muncul dihadapan ku!!!" Sentak pria itu marah.

"Sayang...kamu masih marah? Padahal itu sudah lama sekali berlalu..." rengek wanita cantik itu.

"Jangan sentuh aku!!! Terlebih di depan istriku!!!" Pria tadi menepis kasar tangan wanita cantik yang tadi ingin memeluknya.

"Istri??? Saya???" Bisik Yani.

"Saya mohon...hm..." menautkan alis pria tampan itu nampak sangat menyedihkan.

"Sabar Yani..." batin Yani lalu berkata."Maaf ibu ini siapa ya? Ada perlu apa sama SUAMI saya?" Yani menekankan kata suami di akhir kalimat.

"Lo??? Istrinya Zero? Yang bener aja lah..." wanita cantik bersedekap angkuh.

"Ada yang salah? Yang jelas saya istri sah pak Zero sedangkan kamu siapa???" Sahut Yani geram.

"Sayang...benaran dia istri kamu???" Rengek wanita cantik itu.

Pria yang ditolong oleh Yani adalah Zero, seorang Komisaris di Perusahaan tempat Yani bekerja.

"Lo nggak tau siapa gua hah!!! Bapak gua pemilik gedung ini! Asal Lo tau!!!" Wanita cantik itu berteriak marah.

"Isshh...jadi Lo yang namanya Larissa Riquelme??? Putri dari pak Guetta Riquelme? Ishh...bapak Lo aja nggak berani teriak-teriak marahin gua! Lah Lo berani-beraninya teriak dan bentak-bentak gua?!" Sahut Yani geram.

"Siapa lo sampai bapak gua nggak berani sama Lo hahh!!!" Sentak wanita cantik bernama Larissa itu pada Yani.

"Gua???" Yani menunjuk dirinya sendiri sembari tersenyum smirk.

"Lo ya!!!" Larissa hendak menampar Yani.

"Gua cewek yang ditaksir sama bapak Lo! Puas!!!" Yani menongak menatap tajam Larissa.

"Apa???" Larissa memekik kesal.

Semakin meradang Larissa kembali berusaha menyerang Yani, tapi tidak sampai karena Zero keburu menghadang berdiri di depannya.

"Jangan sentuh istriku!!!" Sarkasme Zero mendelik marah.

"Dia itu pelakor! Kau masih mau menerima wanita pelakor ini sebagai istrimu hah!!!" Maki Larissa.

"Rissa kejadian tiga tahun yang lalu membuat ku mual setiap berdekatan dengan wanita, tapi..." Zero menarik pinggang ramping Yani."Tapi...dia-lah wanita satu-satunya yang membuat debaran melodi di hidupku..."

"Pak Zero..." cicit Yani termenung.

"Rasakan disini...debaran ini hanya untukmu istriku..." ucap Zero mesra seraya menaruh kepala Yani ke sisi kanan lalu ditempelkan telinga Yani disana.

deg deg deg deg

"Ini kok deg deg serr sih ya???" Batin Yani.

"Benar kan??? Hm..." belaian lembut Zero hadiahkan pada pucuk kepala Yani.

"Hm...aku percaya sama kamu suamiku..." sahut Yani mulai berakting.

"Kamu sudah lihat kan? Kalau kami saling mencintai???" Kata Zero melirik sinis pada Larissa yang memerah wajahnya menahan marah.

Larissa berbalik arah kemudian berkata."Ingat ini Zero! Kau hanya milikku!!! Kau hanya bisa menjadi milikku!!!"

Selepas kepergian Larissa, Yani mendorong perlahan dada Zero.

"Sudah selesai kan aktingnya? Saya pulang dulu pak!" Yani mengulang kembali kalimat berpamitan kemudian melangkah keluar gedung.

"Tunggu!!! Tunggu!!!" Berlari kecil Zero mengejar Yani.

"Apa pak???" Yani menoleh ke belakang.

"Ini...bayaran untuk aktingmu tadi!" Zero menyondorkan lima lembar uang seratus ribu.

"Hm...lumayan buat stok makan selama sebulan!" Sahut Yani tanpa malu-malu ia mengambil lembaran uang itu.

"Tunggu!!!" Zero menarik pergelangan tangan kanan Yani kali ini.

"Apa lagi bapak Zero??!!!" Geram Yani.

"Ikut saya! Saya perlu bicara empat mata sama kamu!!!" Titah Zero sembari menarik tangan Yani lalu masuk ke dalam mobil.

"Loh...Yani...kamu ada disini???" Sapa pria semalam yang muncul di mimpi Yani.

"Iya pak Ian..." sahut Yani memblushing malu.

"Sial!!!" Runtuk Zero dalam hati kemudian menutup kedua mata Yani dengan telapak tangan kirinya yang lebar.

"Apaan sih pak? Ngapain bapak tutup mata saya!!!" Yani menyingkirkan secara kasar telapak tangan Zero kemudian melotot galak.

"Kamu berani sama saya?" Zero mendelik tak mau kalah.

"Ngapain takut sama bapak? Mang bapak alien??? Yeee..." sahut Yani menekuk wajah cemberut.

"Kamu!" Zero mengeram kesal.

"Baru kali ini...dia tidak muntah bersama dengan seorang wanita..." batin Ian melirik kaca spion depan.

"Apa???" Yani menongak menantang.

"Ishh...sudahlah..." Zero memalingkan pandangannya ke luar jendela mobil.

"Pff..." Ian menahan tawa melihat raut wajah sahabat sekaligus atasannya itu.

"Bahagia sekali lo Ian!" Kata Zero melirik Ian dari balik kaca spion.

"Pfff...hahahaha...sumpah muka lo gitu amat!" Tawa Ian pecah seketika melihat mimik wajah Zero semakin masam.

"Diam!" Sentak Zero.

"Dih...orang ketawa kok dilarang! Emang ada pasalnya dilarang ketawa? Huh..." gumam Yani.

"Ck...cepat ke Apartemen gue sekarang!" Titah Zero memutar bola mata malas.

"Ihh..." Yani mengangkat bibir atasnya setengah melirik Zero.

Beberapa jam kemudian...

"Ini...lo yakin Zee mau buat kontrak kayak gini?" Tanya Ian selesai mengeprin lembaran surat kontrak.

"Ck...tidak perlu ikut campur urusan gue!" Sahut Zero.

"Ini...baca dulu!" Titah Zero memberikan lembaran kertas pada Yani.

Yani membaca isi lembaran demi lembaran itu lalu bertanya."Apa bapak nggak salah nih? Mau saya jadi istri kontrak bapak? Udah gitu selama satu tahun lagi! Lama bener???"

"Iya...saya butuh istri untuk menghapus rumor yang beredar di kantor maupun di luar kantor" jawab Zero.

"Bapak nggak mau tanya saya bersedia apa nggak?" Protes Yani.

"Kamu pasti bersedia, ini...lihat nominal uang muka kontrak pernikahan ini!" Tunjuk Zero pada tulisan di lembaran tersebut.

Bola mata Yani hampir keluar kala memperhatikan angka nol dalam surat kontrak itu.

"Satu,dua,tiga,empat...hah!!! Seratus juta!!!" Yani tersentak langsung berdiri dari duduknya.

"Astaghfirullah..." ucap Ian terkejut.

"Hehehe...maaf pak Ian..." Yani nyengir kuda.

"Hm...masih mau nolak?" Zero bersedekap sombong.

"Ehemm...hmm...okay...tapi saya punya syarat!" Dehem Yani canggung.

"Apa???" Tanya Zero.

"Pertama...kita tidak boleh menganggu kehidupan pribadi masing-masing, kedua...tidak ada kontak fisik! Ketiga...kita tidak boleh tinggal di satu kamar yang sama!" Jawab Yani sembari menghitung dengan jari jemarinya yang imut.

"Yang pertama dan yang kedua okay, tapi yang ketiga itu tidak bisa" kata Zero.

"Loh...kenapa???" Yani mengkerutkan kening bingung.

"Kontrak ini selain untuk menghapus rumor tidak sedap tentang saya, kontrak ini juga untuk menyenangkan hati nenek saya yang sudah sakit-sakitan ditambah lagi ibu saya bisa curiga jika kita tidak tidur di kamar yang sama dan satu lagi..." Zero menarik tangan Yani sampai ia terjatuh di pangkuannya.

Glekkk

"Mau apa dia???" Yani memejamkan mata takut berkata dalam hati.

Tak

"Auchh...sakit pak!" Meringis Yani mengusap keningnya.

"Kamu lagi mikir apa sih? Jangan bilang kamu kira saya mau nyium kamu...ih...tidak sudi!" Kata Zero.

Dughh

Yani memukul kening Zero menggunakan kepalanya.

"Argghhh...kamu gila ya!!!" Zero berteriak kesakitan.

"Kalian belum nikah aja udah kayak Tom and Jerry, gimana mau tinggal serumah?" Kata Ian melerai pertengkaran antara Zero dan Yani.

"Dia duluan pak!" Rengek Yani.

"Cih...kamu lihat nih...merah kening saya!" Tunjuk Zero pada keningnya.

"Lagian bapak ngomong nyelekit gitu!" Gumam Yani.

"Udah salah masih berani ngebantah! Cepat tanda tangan, atau mau saya laporkan kamu atas tindak kekerasan? Nih...bisa jadi bukti!" Kata Zero nge-bossi.

"Ya...jangan dong pak...iya nih...saya tanda tangan!" Yani langsung menanda tangani dokumen surat kontrak itu tanpa pikir panjang.

"Bagus! Seminggu lagi kita menikah!" Kata Zero tersenyum puas.

"Tapi pak...di kantor jangan sampai orang-orang tau saya istri bapak" tutur Yani.

"Kenapa???" Tanya Zero.

"Bapak tuh idola para wanita di kantor, saya nggak mau jadi musuh para wanita yang suka sama bapak!" Jawab Yani.

"Yang dikatakan Yani ada benarnya Zee, paling tidak orang-orang di kantor tau lo udah nikah, mereka juga nggak akan cari tau istri lo siapa? Cukup lo pakai cincin kawin di jari manis lo! Masalah beres!" Celetuk Ian.

"Hm...okay...saya setuju!" Sahut Zero.

Zero dan Yani berjabat tangan sebagai tanda kesepakatan bagi keduanya.

"Apa langkah yang gue pilih udah benar ya???" Batin Yani.

"Satu tahun...apakah aku bisa menunggu selama itu???" Batin Ian.

"Aku tidak akan mungkin jatuh cinta dengan wanita ini kan???" Batin Zero.

Seiring surat kontrak ditandatangani, ketiga insan ini pun larut dalam pemikiran masing-masing.

To be continue...❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!