Sang Jenderal bagian dua

Tergesa-gesa Yani keluar dari ruangan Zero, ia menaiki lift hingga lantai yang terakhir selanjutnya ia menaiki anak tangga menuju atap gedung, sesampainya ia disana, ia meluapkan kekesalan yang ada di hatinya. Berteriak seperti orang gila, kali ini ia benar-benar marah besar.

"Beneran cuma kangen sama anak-anak kamu?" Ian berdiri di sebelah kanan Yani menatap sendu mata Yani yang berubah merah padam.

"Iya pak...cuma kangen aja kok...hehe" Yani nyengir kuda.

"Hm...Yan..." Ian meraih tangan kanan Yani."Jika perjanjian kamu dengan dia sudah selesai, kamu mau nggak membina hubungan serius sama aku?"

"Eh...maksud bapak?" Tanya Yani bingung.

"Menikah sama aku setelah perjanjian itu selesai!" Jawab Ian sungguh-sungguh.

"Pak...bapak lagi bercanda kan? Nggak lucu ah...bercandanya pake nikah-nikahan...hehehe" Yani menarik tangannya secepat kilat lalu pergi.

Ting

Suara pintu lift terbuka, Yani kembali meneruskan langkah kakinya menuju pantry tempat ia dan para rekan-rekannya beristirahat. Disana ia duduk lesu di atas sofa usang sembari memijat kening dan mengusap-usap wajahnya.

"Lo kenapa Yan?" Tanya Saodah sembari menaruh alat-alat kebersihan dalam sebuah lemari kayu.

"Stres..." jawab Yani singkat.

"Padahal cuma nikah-nikahan tapi stres juga ya...nyiapin acaranya" Saodah duduk di sebelah kiri Yani kemudian memijat kedua bahu Yani.

"Gua mikir ulang deh buat lanjutin perjanjian itu" kata Yani sedih.

"Loh...kenapa Yan? Kan lumayan uang mukanya bisa lo pake buat beli rumah di Bogor ditambah sama uang tabungan lo bukannya cukup ya buat beli rumah sederhana disana?" Tanya Saodah.

"Dah...gua emang pengen punya rumah tapi harga diri gua diinjek-injek banget sama tuh Jenderal! Kesel gua!" Tutur Yani.

"Emang lo dikata-katain sama tuh Jenderal homo?" Saodah berhenti memijat Yani beralih menatap lekat wajah sahabatnya yang berubah sendu."Yan...lo habis nangis?"

Yani langsung memeluk Saodah dan...tumpahlah seketika air mata yang sedari tadi ia tahan.

"Ssst...emang dia ngatain lo apaan? Ngomong sama gue Yan! Biar gue pites tuh homo! Ngomong!" Tanya Saodah menggebu-gebu.

"Gua...hiks...disuruh bercermin Dah...hiks...kata dia...hiks...gua terlalu banyak mengkhayal, karena...hiks...hiks...hu...hu..." Yani menangis sesegukan.

"Sialan banget tuh homo! Siapa lagi yang mau nikah sama homo bujang lapuk kayak dia? Mentang-mentang ganteng! Sialan tuh orang!" Saodah mengumpat geram.

"Dia baca novel gua Dah...hiks...jadi dia ngata-ngatain gua tukang ngayal, hiks...hiks...sakit hati banget gua Dah...sumpah...hiks hiks hiks" ungkap Yani.

"Wah...belum pernah digebok sama kain pel tuh homo ya! Lo tunggu disini! Gue samperin dia dulu!" Saodah mendorong Yani kemudian beranjak berdiri.

"Jangan Dah...snff...jangan buat masalah demi gua, lu kan masih butuh kerja disini!" Pinta Yani.

"Eh...lo pikir dia bisa pecat kita seenaknya? Ini Perusahaan bukan punya dia! Dia juga kerja disini! Udah...lo tenang aja! Tunggu disini!" Sahut Saodah menggulung kemejanya seakan siap untuk bertarung.

Yani terdiam begitu Saodah sudah terlanjur keluar dari Pantry.

Saodah kini sudah berada di depan pintu ruangan Zero, ia mengetuk pintu kemudian ia masuk sebelum diperbolehkan oleh Zero.

"Kau! Berani sekali masuk tanpa persetujuan saya!" Bentakkan Zero sangat keras dan sarkas.

"Eh homo sialan! Dengerin gue baek-baek ye!" Kata Saodah kesal.

"Bicara yang sopan!" Zero berdiri dari singgasananya lalu berjalan cepat menghampiri Saodah yang nampak tidak ada rasa takut sama sekali.

"Gue tau soal perjanjian itu! Lo mau semua orang tau? Sekarang bisa aja gua ngomong ke semua orang, kalo lo manfaatin kesusahan karyawan lo buat kepentingan pribadi! Mau???" Tantang Saodah.

"Hah???" Zero mundur beberapa langkah ke belakang.

"Inget nih baek-baek ye, sahabat gue emang butuh duit tapi bukan berarti lo bisa hina-hina dia seenak jidat lo! Lo siapa hah? Ngelarang dia untuk mengkhayal? Cerita yang dia tulis itu udah banyak banget yang baca cuma lo doang yang beri komentar pedas yang lainnya pada suka sama tulisan dia! Kenapa lo sadis banget sih jadi laki?" Kata Saodah dalam satu tarikan nafas.

"Saya...-" Zero kehilangan kata-kata.

"Kalo sampe lo hina sahabat gue lagi, gue pastiin bukan cuma gue doang yang tau tentang istri kontrak itu, gue bakal sebarin ke seluruh penjuru Perusahaan ini! Paham!!!" Saodah membentak Zero di akhir kalimat.

"Lo nggak tau apa aja yang udah dilewati sama Yani selama menyandang status janda, gue kalo jadi dia belum tentu sekuat dan setegar dia, jadi...hargailah dia...sebagai seorang wanita!" Kata Saodah sebelum ia benar-benar meninggalkan ruangan Zero.

"Huff...bahaya juga ya...serem banget tuh Cleaning servis" Zero menghembuskan nafas kasar.

Drrrttt Drttt Drttt

"Siapa lagi?" Zero meraih ponsel miliknya."Hallo Eve...ada apa?" Tanya Zero begitu mengangkat panggilan masuk dari seorang wanita.

"Gue peringatin lo ya! Jangan macem-macem sama anak didik gue! Saodah barusan chat gue, lo ngata-ngatain Yani kan? Mulut lo kayak perempuan tau! Nyinyir banget!" Sentak wanita yang bernama Evelin Angelina Lee.

Bleppp

Panggilan berakhir sepihak membuat Zero semakin gusar.

"Astaga! Yani...kamu itu siapa sih? Banyak sekali yang memarahi saya karena kamu???" Gumam Zero.

Pukul 14:00 sift bekerja Yani berakhir, ia melangkahkan kaki keluar dari gedung bertingkat karena sudah waktunya bagi dia untuk pulang. Berjalan perlahan ia menyusuri jalanan ibu Kota yang tak terlalu padat karena ia lebih sering jalan kaki jika pulang bekerja.

Sampai dia di depan pintu mess, ia membuka kunci pintu kemudian masuk lalu langsung mandi basah. Selesai ritual mandi ia pun terlelap tanpa sadar jika pintu mess belum terkunci.

Beberapa jam kemudian seseorang masuk ke dalam kamar mess yang ditempati oleh Yani. Yani masih tertidur pulas tanpa tau bahaya apa yang akan menyerangnya.

"Eugh...eum..." Yani membuka lebar kedua matanya saat ada yang menciumnya secara paksa.

Bruggghh

"Huff...hah...bapak???!!!" Yani memekik ketakutan.

"Hai sayang...sudah lama tidak bertemu...saya kangen...hm..." sahut suara pria sembari bangkit berdiri karena sempat terpental ke dinding.

"Bapak ngapain masuk ke kamar saya? Keluar pak!" Bentak Yani.

"Jangan terlalu galak sayang...saya makin ingin mencicipi kamu..." pria itu menyahuti sembari menarik selimut yang menutupi tubuh mungil Yani.

"Jangan macem-macem pak!!! Tolooonggg!!!" Yani berteriak kencang.

"Tidak ada yang bisa menolong kamu kali ini Yani..." smirk pria itu.

"Ya Allah...tolong hamba-Mu ini..." doa Yani dalam hati.

***Sresskkk

Srakkkk***

Suara robekan kaos oblong yang Yanu kenakan, kala pria itu memaksa untuk menyetubuhi Yani. Yani berusaha keras untuk meloloskan diri akan tetapi tenaganya tak cukup kuat untuk mendorong pria itu yang sudah kesetanan hawa nafsu.

Dan...

Buggghhhh

Pria itu tersungkur di atas tubuh Yani.

"Bapak???" Yani menongak melihat orang yang sudah menolongnya.

Siapa ya orang itu???

See you next chapter 💜🤗💜

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!