Sepupu Kok Nikah?
...Selamat membaca 🍊...
...----------------...
"Hei, bangun wei, dah pagi nih. "
Tampaknya suara ribut itu tengah membangunkan seorang wanita yang tengah tertidur pulas, satu persatu bantal pun dilempar agar wanita tersebut bangun dari tidurnya.
"Bagas, ngapain ganggu tidur aku? "
"Binoarca alias Caca, kini sudah pagi, masa sih nggak pernah bantuin ibu masak di bawah? " usil Bagas.
"Ibu nggak pernah bangunin aku untuk bantu masak, udah, mau lanjut tidur lagi. "
Bagas masih berdecak, ia menarik selimut milik Caca dan menarik kaki Caca untuk bangkit dari tidurnya.
"Mau sampai kapan jadi putri tidur? Bangun, bangun, bangun... "
Kaki yang diseret tampaknya membuat Caca akhirnya terbangun, bahkan tangannya ingin memegang pinggiran ranjangnya untuk kembali tidur, tetapi Bagas tak semudah itu untuk dikalahkan.
"Akhirnya bisa ku seret kamu sampai ke bawah, enak sekarang bisa lebih tinggi daripada kamu, Ca. " ejek Bagas.
"Oke, siap, si paling tinggi. " balas Caca.
"Kenapa ribut di kamar? Caca buat ulah, Gas? "
Wanita parubaya yang tak sinkron dengan wajahnya itu langsung bertanya, tetapi Bagas menggeleng kepalanya. "Nggak kok tante, cuma kesannya mau bangunin si putri tidur ini aja, bukan ribut. Memang mulutnya lebar juga kalau mau ngomong, sesuai tempat goa artefak kuno yang suka tante kunjungi. "
"Sesuai namanya juga, Binoarca. Kebetulan dulu tante suka lihat Arca dan Prasasti, dan bagusnya juga nama om kamu Bimo dan tante itu Nano, jadilah Binoarca. " jelas Nano, wanita parubaya itu.
"Ngasih nama nggak jelas, sampai dikirain kalau aku ini laki-laki, coba dulu kasih nama yang bagus bagus kenapa sih mah? " kesal Caca.
"Loh, nama kamu bagus kok, sebutan kamu juga bagus, Caca. " ucap Nano.
Raut wajahnya berubah, mood paginya hancur, kedatangan sepupunya itu membuat kisruh dan membuat paginya tak indah, rasa ingin matahari untuk ditenggelamkan kembali. "Nih, selagi aku tuh baik sebagai sepupu kamu, aku buatin roti bakar isi saus coklat. Nih, cobain dulu. "
Bagas menyodorkan roti bakar itu kepada Caca, karena rasa lapar menyelimuti isi lambung Caca, Caca mengambil sepiring roti tersebut kemudian memakannya.
Tampak tawa yang ditahan, dan juga pandai untuk berakting, Bagas menahan tawa nya ketika Caca memakan roti bakar buatannya, ekspresi Caca pun akhirnya berubah.
"Iyuhh...! Kecap! " pekik Caca.
Tawa yang telah Bagas tahan akhirnya terlampiaskan, Bagas tertawa terbahak-bahak, ia berhasil membuat tipu daya untuk Caca, dengan memakan roti bakar dengan isi kecap asin.
"Kami pergi dulu ya tante. "
"Ya, hati hati dijalan, nanti siang pulang ya, Caca... " ucap Nano.
"Iya bu, nanti siang kalau tepat waktu. "
Caca bersalaman dengan Nano, begitupun dengan Bagas, mereka kemudian pergi bersama.
"Bagas sama Caca kok serasi ya, sayang? "
"Ish, apalah kamu ini, mereka kan sepupu, walaupun jauh. " ucap Bimo.
"Ya nggak papa sih sebenarnya, lagipula aku sekarang kurang yakin kalau Caca bersama anak cowok lain, yang ada malah dibawa lari seperti yang dulu. " ucap Nano.
"Ah, masa lalu diingat lagi, yaudah bantu cari aja yang baru buat Caca, itu aja ribet sih. "
"Udah, kalau udah dengar kamu ngomel soal jodoh Caca, nggak bakal kelar kelar. "
Nano melenggang pergi meninggalkan Bimo. "Eh, tunggu..! "
......................
"Ini cuaca kok panas banget ya? Kayak neraka kesannya, duh... " keluh Caca.
"Baru dunia ini Ca, belum nerakanya beneran, udah tahan aja. "
Bagas dan Caca berjalan ke arah taman, mereka sepulangnya dari proyek karena pekerjaan mereka, sekarang berjalan untuk segera pulang. "Gas."
"Ya? "
Caca merasa kesal, ia memukul pundak sepupunya itu dengan keras. "Aduh, kamu kenapa sih, Ca?! "
"Bisa nggak sih kamu itu kalau nanya nggak satu kata aja? Kesannya terlalu monoton! " ucap Caca dengan kesal.
"Kan biasanya juga begitu, kenapa sekarang sensi banget sih? Bulanan kamu? "
"Kok malah disambung sambungin ke sana? " tanya Caca dengan nada sewot.
Bagas berdecak, daripada masalah diperpanjang, ia memilih untuk mengalah. "Iya, ada apa, Caca? Kamu mau nanya tadi ya, ada apa, Binoacra? "
Bukannya senang, Caca memukul kembali, tetapi cara kali ini berbeda, dengan cubitan pinggang yang memutar membuat Bagas benar-benar meringis kesakitan. "Aduh, sakit... "
"Jijik! "
Caca meninggalkan Bagas yang meringis kesakitan, ia menuju ke mobil, dengan cepat Bagas menyusulnya. "Main tinggal aja, nggak sekawan kamu sama aku. "
"Ya."
"Tadi mau nanya apa? " tanya Bagas.
Caca menatap sinis, ia menghela nafasnya. "Oh iya, bagaimana kabar kamu sama pacar kamu? Baik baik aja kan sekarang? " tanya Caca.
Dengan percaya diri, Bagas memasang wajah meyakinkan, dengan berwibawa dan menepuk dadanya sebagai tanda yakin.
"Woiya jelas, aku sama Bella kan satu hati, nggak mungkin hubungan kami ada masalah. " ucap Bagas dengan senyumnya.
"Baguslah, jangan sampai dia kayak yang di sana. "
Caca menunjuk ke arah dekat air mancur, tak jauh dari tempat mereka berdiri, terlihat sepasang kasih yang tengah dimabuk asmara. Bagas tak berkutik, ia mengenal wanita tersebut, tak menunggu persetujuan, Bagas langsung menghampiri wanita tersebut. "Eh Gas, tunggu...! "
Dengan kecepatan penuh, Caca menyusul Bagas, dikejauhan dekat air mancur saja sudah terlihat ekspresi maupun gaya suara dan bahasa Bagas berubah.
Benar dugaan dan tebakan Caca, itu adalah pasangan Bagas.
"Bella! "
Orang yang dimaksud oleh Bagas akhirnya menoleh pada Bagas, wanita muda yang tengah bermesraan seketika diam dan menunjukkan ekspresi wajah yang terkejut.
"Bella, kamu selingkuh?! " tunjuk Bagas.
Wanita yang dimaksud Bagas adalah Bella, ia berdiri dan seketika tangannya ditarik. "Nggak usah bel, kamu kan pacar aku. "
"Eh, tangan jangan lancang ya sama pacarku...! "
Caca berusaha menahan Bagas agar tidak terjadi perkelahian, tetapi badannya tak sepadan dengan kekuatannya, hanya satu cubitan kecil di tangan yang membuat Bagas terkejut dan meringis kesakitan. "Sakit Ca! " teriak Bagas.
"Nggak usah main kasar, kalau mau selesaikan masalah pake otak, bukan otot! " tegas Caca. Bagas tak peduli, ia menunjuk nunjuk ke arah Bella.
"Ngapain ke sini sama laki-laki lain? Alesan ya kamu?! " tuduh Bagas.
Bukannya mengalah, Bella menatap Bagas dengan tatapan remeh, seraya ia memegang tangan laki laki lain di depan Bagas.
"Yaudah sih, itu disebelah mu ada wanita lain, impas bukan? " ucap Bella dengan santai.
Bagas terkejut, seketika ia menjauh sedikit dari Caca. "Ini sepupuku, walaupun sepupu jauh, bukan wanita lain! " bantah Bagas.
"Nikahin aja itu sepupumu, lagipula kamu juga selalu jalan sama dia, lebih mesra kamu sama dia ketimbang kamu sama aku! "
Bella meninggalkan Bagas dan Caca, dengan merangkul tangan laki-laki, Bella berjalan melenggang pergi meninggalkan kedua saudara jauh tersebut.
"Puas kamu kan? "
Caca menatap heran ke arah Bagas, kata kata yang diucapkan oleh Bagas membuatnya bingung. "Maksud kamu apa, Gas? " tanya Caca kebingungan.
"Gara-gara kamu, hubunganku jadi begini. Coba kamu nggak ngalangin aku buat tonjok tuh cowok, mungkin Bella bakalan tau kalau aku benar-benar marah, dan bukannya untuk dipermalukan sama dia karena kamu, Ca! "
Caca menatap tak senang, karena dituduh sembarangan. "Kok nyalahin aku? Aku ngalangin kamu biar kamu nggak cari masalah lagi, Gas, masalah cewek kamu bisa kok nemuin yang lebih baik dibanding dia! " bantah Caca tak terima.
"Udahlah, mulai sekarang berhenti sama aku lagi. Bersama sama kamu itu malah jadi salah paham aja, sudah 2 wanita yang nganggep aku sepupuan sama kamu dianggap kamu itu pacar terang-terangan aku! Ini kunci mobil kamu, makasih tumpangan nya. "
Bagas menarik tangan Caca, ia menaruh kunci mobil tersebut di telapak tangan Caca dan pergi meninggalkan Caca yang diam tak bergeming. "Gas! Bagas...! "
Caca mengejar Bagas yang pergi meninggalkan nya, berusaha menarik tangan Bagas, Bagas menghempaskan nya. "Udah pergi sana, dan nggak usah barengan sama aku! "
Bantahan tersebut mengenai perasaan Caca, ia memegang dadanya dan terasa sesak mengingat perkataan Bagas padanya.
......................
Beberapa hari telah berlalu, Caca merasa sangat kesepian, walaupun keluarganya masih tetap berkumpul, tetapi baginya masih terasa ada yang kurang.
Caca merindukan sepupunya, sebagai anak tunggal rasanya kurang terbiasa ketika langsung terlepas oleh orang terdekatnya dan seperti saudaranya, yaitu Bagas.
Semenjak bayi sampai dewasa, Caca dan Bagas dipertemukan dan saling dikenalkan oleh kedua orang tua mereka, walaupun hubungan antar sepupu mereka itu termasuk jauh. Sering termenung, di pikiran Caca adalah sosok Bagas, ia merindukan sepupunya dan ingin bertemu lagi dengan Bagas.
"Nih, anter makanan ke tempatnya om Bimo. "
"Kok Bagas sih mak, kenapa bukan Brama sama Bagus? "
Perdebatan pagi antara ibu dan anak di dapur, Bagas mengeluh kepada ibunya, karena disuruh antar makanan ke rumah Caca.
"Ya, dua adikmu itu nggak mau kalau pagi pagi gini pergi anterin makanan, kakak kamu si Bintang istrinya kan baru lahiran, jadi nggak mungkin lah mau nyuruh dia. Mumpung kamu lagi nganggur, nih anterin. " ucap mamak Bagas, Ayu.
Bagas berdecak, ia akhirnya menuruti keinginan ibunya itu, walaupun nanti akan berjumpa dengan Caca.
"Iya, sini Bagas yang antar, nanti sekalian Bagas juga mau lanjut pergi ke proyek. "
Bagas mengambil rantang makanan tersebut, ia bersiap siap untuk pergi.
"Ca... "
Sayup-sayup Nano mendengar suara tangisan, tak lain suara tangisan dari kamar anaknya, yaitu Caca. Pintu kamar Caca ia buka, Nano menghampiri Caca yang tengah duduk di pinggir ranjang dan menangis. "Ca, kamu kenapa, nak? "
Tak lama setelahnya, Caca langsung memeluk Nano, ia menangis tersedu sedu dipelukan ibunya. "Caca, kamu kenapa nangis kayak gini? Ada masalah apa? "
Caca menatap ibunya, satu persatu ia jelaskan penyebab dirinya menangis, Nano sebagai pendengar yang baik ia dengan fokus menyimak penjelasan anaknya itu.
"Begitu ya? "
"Bagas ngejauhin Caca, rasanya itu nggak enak banget, bu... Ibu kan tahu sendiri, hubungan Caca sama Bagas itu sedekat apa sampai sekarang ini? " ucap Caca sesenggukan.
Nano langsung memeluk anaknya, dengan membelai rambut Caca, Nano menenangkan anaknya.
"Nanti ibu bantu kamu buat baikan sama Bagas ya? Kita mampir ke rumah mamak Ayu buat ketemu sama Bagas. " ucap Nano.
"Iya bu, makasih. "
Tak lama setelah itu, dari luar Bimo memanggil Caca dan Nano, Nano yang mendengar itu segera mengajak anaknya untuk keluar dan menghampiri Bagas yang datang.
"Nggak usah repot repot manggil Caca om, Bagas cuma mau anter makanan aja, titipan dari mamak untuk om dan tante. "
"Kebetulan, Bagas, Caca mau ketemu sama kamu. " ucap Nano.
Caca tersentak, ia didekatkan oleh Nano ke arah Bagas, Nano menginstruksikan jabat tangan Caca kepada Bagas.
"Udah, kalian udah ketemu nih, bagaimana sekarang kalau kalian minta maaf? " tanya Nano.
Caca menatap ke arah Bagas, tatapan Bagas seolah tidak ikhlas, membuat Caca kembali down karena tidak ada harapan untuk berbaikan kembali kepada Bagas.
"Loh, ini kenapa? Caca sama Bagas ada masalah apa? " tanya Bimo.
"Salah paham, biasa anak muda, lagian juga Bagas dapat pacar nggak bener, ditambah lagi suka posesif. " ucap Nano mengingat penjelasan anaknya.
Mendengar hal tersebut, membuat Bagas semakin kesal, ia langsung melepaskan jabat tangannya pada Caca. "Sukanya melebih lebihkan masalah kamu, Ca, kamu ini sepupuku atau bukan sih? " cibir Bagas.
Ucapan Bagas tepat mengenai perasaan Caca, ucapan tersebut membuat Caca bertambah down dan meneteskan air matanya.
Di sisi lain, Bimo menepuk keningnya, ia menggelengkan kepalanya karena sedang melihat drama keluarga yang langsung di depan matanya.
"Kalau berbaikan secara baik baik nggak membuat kalian bisa seperti semula, kalau begitu akan kami nikahkan saja kalian kalau begitu. "
...****************...
...Terimakasih sudah membaca 🍊...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ra Ja
semangat ya
2022-11-13
1
👑🇷🇦🇹🇺 ᵗʸᵖᵒ
cieee baru nongol 🙈
2022-10-06
3