...Selamat membaca 🍊...
......................
Keesokannya, Bagas dan Caca berberes beres, mereka juga berencana akan pindah hari ini, itu juga karena keinginan Bagas yang tak ingin mengulur waktu.
"Semua udah diberesin kan, Ca? " tanya Bagas.
"Iya, udah kok, tinggal diangkut ke dalam mobil aja ini barang barangnya. " jawab Caca.
Bagas merenggangkan badannya, ia bernafas secara lega, perasaan bahagia terpancar di wajahnya. "Akhirnya bisa merasakan hidup mandiri, tapi bedanya tinggal sama Binoarca. "
Caca melemparkan salah satu barang ke arah Bagas. "Aku jijik banget namaku di sebut secara lengkap, kayak nama cowok! " tegas Caca.
"Ya, kan itu nama kamu, Ca, terima aja lah, kan udah motong kambing juga dulu ayah sama ibu kamu pas kamu udah lahir. " ucap Bagas.
Caca cemberut, Bagas baginya sudah menjelma menjadi lawan, akan ia balas jika waktunya tiba.
Suara mobil pindahan terdengar dari luar, Bagas satu persatu dibantu dengan para saudaranya mengangkat berbagai barang barang yang ada di dalam kamar menuju ke dalam mobil, sementara Caca mengatur letak barang barang bawaan akan disusun.
Tak butuh waktu lama, ditambah lagi barang barang Bagas dan Caca hanya sedikit, mereka selesai membereskan nya dan mengangkutnya ke dalam mobil.
Bagas dan Caca berpamitan, mereka akan pindah hari ini juga dan akan meninggalkan kediaman keluarga Bagas.
"Udah di periksa semua kan? " tanya Ayu.
"Iya mak, kalau ada yang tinggal kan nggak papa, lagipula Bagas sama Caca bakalan kesini kok sekali kali. " jawab Bagas.
Caca bersalaman kepada Ayu, tangannya ditarik oleh Ayu dan dipeluk. "Semoga seneng ya di rumah baru, jadi istri yang baik buat Bagas, jangan sampai kalian bertengkar atau berkelahi. Jangan lupa, sering sering mampir ke sini, mamak selalu nunggu kedatangan kalian ke sini. "
Ucapan Ayu membuat hati Caca terenyuh, dari suara maupun nasehat, terdengar akan makna yang merindukan keberadaan mereka, meminta agar tetap menjenguk.
Caca menganggukkan kepalanya, tak lupa ia cium pipi Ayu, kemudian pamit dan segera pergi mengikuti Bagas.
Kewajiban Caca sebagai seorang istri adalah mengikuti suaminya kemanapun Bagas akan menentukan tempat, meskipun Caca tidak akan sepenuhnya melakukan tugasnya sebagai seorang istri yang sempurna, tak jauh beda dengan Bagas.
......................
Sepanjang perjalanan mereka hanya beriring musik dari radio mobil, tak ada bahan untuk diobrolkan selain pekerjaan, tampak sekali tak ada keseriusan dalam hubungan mereka berdua, hanya berganti status saja.
Bagas tampak cuek dan fokus ke arah depan, sedangkan Caca memikirkan sesuatu, sibuk akan perasaan dan pikiran masing-masing.
"Laper nggak, Ca? "
Suara mulai terdengar dari sekian lama hening di mobil. "Ya, jelas laper lah, udah menjelang siang kayak gini juga. " jawab Caca.
"Kita pesen lewat aplikasi aja ya makanannya, males mau nunggu, nanti mobil pindahan kita lama nungguin kita di kontrakan. "
"Terserah. "
"Kamu pesen gih makanan, aku lagi nyetir mobil. " perintah Bagas.
Caca mendengus, ia mengambil gawai nya dan memesan makanan.
Selang waktu beberapa menit lamanya, akhirnya Bagas dan Caca telah sampai di rumah kontrakan mereka.
Caca menatap rumahnya, kali ini ia baru melihat rumah yang disebut oleh Bagas. "Ini kontrakan, Gas? " tanya Caca.
"Iya, ini kontrakan nya, rumah kita. " jawab Bagas.
"Ku kira kemarin rumah kontrakan kita bentuknya kayak bedengan gitu, ternyata rumah tapi dikontrakan. "
"Heh, masa gitu aja nggak tau kamu, Ca. " ejek Bagas.
"Ya gimana mau tau coba? Kan kamu sendiri yang survei rumah ini, aku sengaja kamu sibukkan sama proyek gedung kemarin, mana tau kalau rumah kontrakan kita tuh cuma rumah biasa aja, nggak kayak bedengan gitu. " ucap Caca dengan nada kesal.
"Selamat datang, mas Bagas serta istrinya, terimakasih udah mau ngontrak di kontrakan kami. Kami harap mas dan mbaknya nyaman di rumah ini. Sebelumnya, yang bernama Binoarca dimana ya, mas Bagas? "
Pemilik kontrakan bertanya tentang Caca, tetapi ia tidak mengetahui bahwa Binoarca itu adalah istri Bagas, Caca sendiri.
"Ini dia pak, ini yang namanya Binoarca, ini istri saya. " kenal Bagas pada pemilik kontrakan tersebut.
Bagas merangkul bahu Caca seraya ia mengenalkan Caca kepada pemilik kontrakan rumahnya, bapak itu tertawa, mungkin karena salah paham soal nama Caca atau lucu saja jika mengetahui bahwa Binoarca itu seorang perempuan.
"Waduh mas, saya kirain tadi saudara laki-laki nya mas Bagas yang mau tinggal disini, ternyata istrinya mas ya? Salah paham lagi ini. " Bagas dan pemilik kontrakan itu tertawa, sedangkan Caca hanya tersenyum kecil.
Pemilik kontrakan menyerahkan kunci rumah kontrakan kepada Bagas, dengan memandu Bagas dan Caca ke dalam rumah untuk mengenalkan letak masing-masing ruangan yang ada.
"Semoga nyaman ya mas, kalau bisa sampai ada temannya lagi disini. " ucap pemilik kontrakan tersebut.
"Eh, iya, makasih ya pak. "
Satu persatu barang barang yang ada di dalam mobil dimasukkan ke dalam rumah, Bagas dan Caca menyambut barang barang mereka dan mulai menyusunnya.
......................
Memakan waktu untuk membereskan barang barang mereka, baru sedikit, tetapi cukup memuaskan, hanya saja itu adalah Bagas.
"Yeahh, akhirnya aku punya ketenangan yang sesungguhnya, ohh rumah ku... " Caca duduk menatap Bagas, ekspresi wajahnya tampak sendu, seperti mengingat sesuatu.
Dilarut kegembiraan, Bagas menatap ke belakang nya, ia merasa aneh ketika Caca tak bersuara ataupun membuat heboh. "Ca? "
"Ya, kenapa? " tanya Caca balik.
Bagas mendekat, ia menempelkan telapak tangannya di kening Caca, memastikan bahwa Caca tidak sakit.
"Kamu sakit, Ca? Atau kamu laper karena nungguin orderan kita? " tanya Bagas dengan khawatir.
Caca menyingkirkan tangan Bagas, ia merapikan rambutnya. "Nggak, aku cuma mikirin sesuatu aja, nggak penting juga sih, hehe. " jawab Caca.
Senyum terpaksanya tak dapat membohongi perasaannya, Bagas masih belum yakin dan tetap meminta Caca untuk jujur.
"Ayolah Ca, nggak usah sembunyi sembunyi gitu, aku kan suami kamu. " ucap Bagas.
Caca menghela nafasnya, ia menyerah, dan akhirnya menunjukkan raut wajahnya yang sebenarnya. "Kamu sesenang ini ya bisa lepas dari keluarga kamu, Gas? "
Pertanyaan Caca tak lepas dari keluarga Bagas, Bagas diam sejenak, dan tawanya berbunyi. "Oh, bahas itu toh, kirain apa tadi. " gelak tawa Bagas.
"Dih, ngancurin mood banget buat sedih. Kamu itu nggak jauh dari kata nyebelin! " kesal Caca.
Bagas mengelus bahu Caca, Caca menepis tangan Bagas dan melipat kedua tangannya, air matanya juga ikut mengalir.
"Namanya udah nikah, Ca, kita butuh hidup mandiri. Banyak kasus pasangan yang nggak akur karena masih tinggal sama orangtua atau mertuanya, aku nggak mau itu terjadi sama kita. Biarlah kita tinggal terpisah, kalau mau ketemu sama mamak, sesekali kita nginep di situ. " ucap Bagas.
"Kapan? " tanya Caca sesenggukan.
"Ya, kapan kapan. " jawab Bagas.
"Dih! " kesal Caca.
Terdengar bunyi ketukan pintu luar rumah, Bagas langsung membuka pintu rumah, pesanan mereka sudah sampai. "Udah, yok makan dulu, nanti lagi kita rencanain buat berkunjung ke rumah mamak. "
Caca tak lepas dari kesalnya, ia tak berkutik dan memilih merajuk, sampai akhirnya Bagas membuka salah satu kotak makanan dan menyuapkannya ke dalam mulut Caca.
"Enak? " tanya Bagas.
Tak ada jawaban, Bagas memilih memakannya, tetapi salah satu tangan menahan pergerakan tangan Bagas. "Aku mau makan. "
Bagas menyerahkan makanannya, ia melihat Caca yang lahap memakan makanannya, ia memilih makanan lain kemudian segera memakannya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments