Eps 02

...Selamat membaca 🍊...

......................

"Kalau berbaikan secara baik baik nggak membuat kalian bisa seperti semula, kalau begitu akan kami nikahkan saja kalian kalau begitu. "

Suasana seketika senyap, semua tatapan mengarah langsung kepada Bimo, ucapan Bimo membuat ketiga orang tersebut menatap tak percaya.

"Apa? Bagas dinikahkan sama Caca? Ayah, jangan ngelantur deh. " ucap Nano.

Bagas dan Caca menatap bersamaan, seketika mereka kompak kembali. "Ta–tapi, kami ini sepupu! " ucap Bagas dan Caca bersamaan.

"Dalam satu rumpun kita, antara om dan mamak kamu itu saudara beda jenis kelamin, dan hubungan keluarga kita juga jauh sama bapak dan mamak kamu, dan tidak ada salahnya kalau kalian bisa kami jodohkan. Lagipula, kami percaya sama Bagas ketimbang laki-laki lain untuk menjaga Caca, kalian kan tidak disalahkan bisa dijodohkan dan dinikahkan, kalian juga sepupu jauh. " ucap Bimo.

"Nggak ah, ayah, ayah ada ada aja deh, Caca bisa jaga diri Caca sendiri kok. " bantah Caca.

"Yakin? Janji nggak jatuh dari tangga? " tanya Bimo.

Caca terdiam, ia malu, karena ayahnya mengungkit kejadian saat dirinya terjatuh dari tangga karena asyik menelepon dengan Bagas. "Caca pernah jatuh dari tangga, om? " tanya Bagas.

"Nah, sudah kuduga, terlalu peduli begini biasanya sudah tanda tanda cocok. "

"Sudah, nggak usah dengar ucapan om kamu, Gas, kalau belum minum kopi pasti ngomongnya ngelantur. Kamu mau pergi ke tempat kerja kan? Barengan ya sama Caca, kalian baikan kini ya, mohon ya? " ucap Nano.

Demi menghindari obrolan ngelantur Bimo, Caca langsung menarik tangan Bagas, ia segera mengajak Bagas untuk pergi dari rumah. "Kan, ulah kamu ini. "

"Loh, kan ayah sendiri yang ngelantur ngomong kayak gitu di depan anak anak, gimana sih. " bantah Nano.

Kedua pasangan tua itu hanya merengut, memalingkan wajah karena sama sama saling egois, tak ingin mengalah untuk disalahkan.

......................

Di dalam mobil, menunggu kemacetan yang memakan waktu hampir beberapa menit, kedua orang yang tampak dengan wajah jelek mereka menatap ke arah luar dan depan, sedang memantau posisi dan pandangan sepanjang perjalanan yang macet itu.

"Udah dibilangin, lewat jalan pintas, masih juga nggak mau denger, kan terjebak macet jadinya. " ketus Caca.

"Ya udah, maaf deh, soalnya aku juga mau jauh jauh dari jalan pintas, kan kamu tau sendiri Ca kalau di jalan pintas itu lewat depan rumahnya Bella. "

"Kan udah jadi mantan, gamon banget jadi orang! " kesal Caca.

"Dih, nyolot juga. Kamu kira secepat itu bisa lupain mantan, Ca? Kamu yang belum berpengalaman baiknya diam aja deh, urusan orang dewasa ini soalnya. " Caca melihat tak senang ke arah Bagas.

"Iya tua, siap aku dengerin! " tegas Caca.

Suasana hening, akhirnya kemacetan perlahan berkurang, dan Bagas bisa menjalankan mobilnya untuk segera pergi ke proyeknya bersama Caca. "Ca."

"Hmm, apa? " tanya Caca.

"Kamu nganggep serius nggak ucapan ayahmu tadi? "

Caca menghela nafasnya, ia tak menatap sepupunya itu dan masih melihat jalanan. "Ya, aku nganggep serius. " jawab Caca.

"Apa itu lumrah? "

"Nggak tau, aku kan acc aja kalau di kasih tau sama ayah dan ibu aku, jadinya ngikut aja. "

Bagas menginjak rem mendadak, membuat Caca tersentak dan terdorong ke kaca, hingga membuat kepala Caca membentur kaca pintu mobil. Caca meringis kesakitan. "Aduhh... Bagas, kamu mau mati ya?! " bentak Caca.

"Acc aja? Kamu sehat? "

"Ya, mau gimana lagi, aku aja nggak bisa ngapa ngapain kalau nggak mangguk mangguk nurut. Mau dikutuk jadi batu kayak malin kundang? " tanya Caca.

Hanya hening yang diterima, Bagas melanjutkan perjalanannya ke arah proyek, dengan Caca yang pikirannya yang tak karuan.

......................

"Ya, baguslah, cuma mereka bisa dipercayai. "

"Kan, ibu sih nggak percaya. "

Tampaknya Bimo dan Nano kedatangan tamu, berupa kedua orangtua Bagas yang sedang berdiskusi dengan mereka berdua tentang kedua anaknya.

Keputusan sepele yang diucapkan oleh Bimo tadi pagi bukanlah keputusan yang main main, tetapi sungguhan, Bimo ingin Bagas menikahi anaknya, karena sudah yakin dengan Bagas.

Dengan dalih saudara jauh, bagi Bimo dan Ayu sudah cukup meyakinkan untuk menjodohkan kedua anak mereka.

Sementara di sisi lain, Nano hanya diam, ia memikirkan bagaimana anaknya nanti.

......................

"Syukur diingetin kalau kurang 1,6 cm, kalau tadi sempat ralat, gaji bulan depan kepotong abis abisan, Ca. "

"Iya, bisa bisa bayar paket yang ku pesan online kemarin mau nggak mau harus pinjem duit ibuku, Kamis barokah memang. "

Caca dan Bagas berjalan mengelilingi lapangan sepakbola, tak lama sebuah bola mengarah ke arah Caca, tetapi dengan sigap Bagas menghadang bola tersebut agar tidak mengenai Caca. "Gas? "

"Kamu nggak papa kan, Ca? " tanya Bagas.

Tak lama setelah itu, datanglah beberapa pemuda, mereka tampak ingin mengambil bola.

"Mana bola kami, om? " tanya salah satu pemuda tersebut.

"Eh, enak aja ngomong, nggak pake minta maaf asal minta aja. Minta maaf dulu. " jawab Bagas menolak permintaan pemuda tersebut.

"Yaelah om, pacarnya aja nggak ada apa apa begitu kok kami minta maaf. "

"Iya, lebay. "

Mendengar ejekan dari pemuda tersebut, Bagas menjadi kesal, pemain dari tim sepakbola lain ikut bergerombol ke arah Bagas, tampak tertarik dengan perkumpulan tersebut. "Tidak sopan sekali. Aku akan ajukan taruhan pada kalian semua, anak muda. "

Wajah remeh dari salah satu pemuda tersebut, mereka sudah meremehkan Bagas di awal.

"Oke, om mau taruhan sama kita ya? Oke, taruhannya kunci mobil om, siapa yang kalah bakal dipaksa nyebur ke comberan, siapa yang menang dapat kunci mobil, setuju? "

Melihat pertaruhan antar dua laki-laki yang berbeda umur, Caca berusaha membujuk Bagas untuk tidak mengambil tindakan gegabah. "Gas, ja—"

"Oke, taruhan aku terima, tim ini bakalan jadi tim ku. " ucap Bagas.

Ketua dari pemuda tersebut berjabat tangan dengan Bagas, mereka yang terdiri dari dua tim berpencar untuk mengambil posisinya masing-masing.

Awalnya pertandingan tersebut hanya bermain main saja, karena tidak ingin berbuat kasar, tetapi lama kelamaan tim pemuda itu yang sering berbuat kasar, akhirnya Bagas membangkitkan semangat nya dan sangat serius untuk melawan musuhnya itu.

"Salah tanding kalian semua. "

Dengan tatapan yang tajam, serta menunjukkan keunggulannya saat bermain, Bagas dengan cekatan menggiring bola ke arah gawang lawan, pemuda itu tak tahu bahwa Bagas adalah tim pesepakbola unggulan di desa saat masa sekolah menengah pertama dahulu.

Tendangan menuju gawang berhasil Bagas hasilkan, cetak gol sudah ia raih, akhirnya permainan berakhir dan tim dari Bagas berhasil menang. Dari jauh, terlihat tim lawan, yaitu para pemuda yang menantang Bagas menjadi ketar ketir, bahkan merasa resah ketika mengingat taruhan tadi.

"Bagaimana? "

Bagas mendekati para pemuda itu, terlihat wajah pasrah dari pemuda itu, akan dipermalukan oleh orang orang dilapangan dan pastinya akan menjadi bahan tertawaan dari anak anak lainnya.

"Iya om, kami ingat taruhannya tadi, akan kami tepati. " ucap pemuda tersebut.

Bagas tersenyum, bukannya mendorong ke arah comberan, tetapi ia membelai rambut pemuda tersebut. "Sudah, om tidak akan menceburkan kalian ke comberan sana. "

Mendengar ucapan Bagas, pemuda tersebut terkejut.

"Kenapa om? "

"Tidak, taruhan itu sebatas gertakan saja. Lagipula, mana mungkin juara sepakbola desa mau kejam kepada juniornya seperti kalian. Om cuma mau beri kalian pelajaran aja, kalau sopan santun itu diperlukan, bukan kuat otot dan urat nadi untuk ngebacot dan ingin terlihat lebih berkuasa. " jelas Bagas.

"Makasih om, maaf bola tadi ya om. " ucap pemuda tersebut.

"Ya sudah, kalian haus kan? Sini, om traktir kalian es cekek yang ada di sana. "

Wajah gembira dari pemuda pemuda tersebut ketika mendengar akan di traktir, Bagas merogoh dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang, ia memberikannya kepada pemuda tersebut.

"Ini, sesudah beli es cekek nya, kalian langsung pulang ya, hari sudah mau maghrib, nanti diculik wewe gombel loh. " ucap Bagas.

"Iya om, makasih. "

Pemuda-pemuda tersebut bersalaman dengan Bagas, mereka berlari ke arah penjual es cekek, sementara ia berdiri sejenak dan mencoba memanggil Caca yang duduk di tepi lapangan. "Ca, sini! "

Caca melihat ke arah Bagas, ia menunjuk ke arah dirinya, dan akhirnya mendekat ke arah Bagas.

"Iya Gas, kenapa? " Caca mendekat ke arah Bagas, terlihat ekspresi Bagas berubah dan langsung merangkul bahu Caca.

"Loh, kenapa? "

"Bantu aku jalan, Ca, kakiku terkilir. " keluh Bagas.

Caca berdecak, dengan tergopoh gopoh Caca membantu Bagas berjalan ke mobil.

......................

"Kan, terkilir kan? Cari perkara aja kamu, Gas. "

Caca memijat pergelangan kaki Bagas yang terkilir, keluhan Bagas bergema di mobil itu, mereka berada di jok kursi mobil bagian belakang. "Ya, itu demi kamu juga Ca, kalau nggak di kasih paham, mana tunduk tuh bocah bocah rebel sama kita. " balas Bagas.

Caca berdecak, ia menggeleng kepalanya seraya memijat pergelangan kaki Bagas. Karena gelap, Caca mencoba menghidupkan lampu mobil Bagas, tetapi tidak sama sekali ingin hidup.

"Gas, ini mobil kapan terakhir ngurus perawatannya sih? Lampunya aja nggak mau hidup. " tanya Caca.

"Udah setahun lebih, males aja ke bengkel, apalagi ke sorum mobil untuk perbaikan, ngabisin waktu sama duit aja iya. " ucap Bagas di sela sela rintihannya.

"Huh, pemalas. " Caca menepuk kaki Bagas yang terkilir, Bagas berteriak kesakitan, hingga akhirnya tak sengaja menendang kaki Caca.

"Auh! Sakit, Gas! "

Perkelahian akhirnya dimulai, di himpitan jok mobil dan ruang yang kecil, membuat Caca dan Bagas mudah untuk saling menyerang.

Sayang, dari kejauhan ada beberapa warga yang sedang berjaga malam, mereka melihat sebuah mobil goyang, membuat warga warga tersebut berjalan ke arah mobil Bagas.

"Sakit Ca, aduh duh! "

Caca meremas wajah Bagas, bahkan terasa sekali bahwa kuku kukunya bisa merobek wajah Bagas. "Rasain, hah! "

Suara gedoran dari luar pintu mobil, tepatnya di kaca mobil, Bagas menghentikan perkelahian nya bersama dengan Caca. Saat membuka pintu mobil, beberapa warga langsung membuka pintu mobil dengan lebar, mereka menarik Caca dan Bagas untuk keluar dari mobil.

"Gila, kenapa di mobil berduaan dan parkir di tempat sepi kayak begini? Kalian mau buat mesum ya? " ucap salah satu warga yang menggerebek mobil Bagas.

"Nggak, nggak kok pak, tadi kami hanya berkelahi saja. " ucap Bagas dengan wajah cemas.

"Bawa saja ke RT, kita nggak boleh main hakim sendiri. "

Beberapa warga akhirnya membawa Caca dan Bagas, kedua anak muda itu berteriak menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, tetapi warga warga tersebut masih kurang percaya, apalagi dari kejauhan melihat mobil bergoyang.

......................

Beberapa saat berlalu, kedua orangtua Caca dan Bagas dipanggil oleh RT sebelah, mereka kali ini berurusan karena kedua anaknya terpergok berduaan di dalam mobil.

"Kenapa? Ada apa sebelumnya, pak RT? "

"Nih orangtuanya, anak anak kalian tuh, didalam mobil berduaan sama parkirnya di tempat sepi begitu, mana mobilnya goyang tadi. " jelas salah satu warga.

"Eh, bapaknya salah paham, kami cuma berkelahi saja tadi, dan juga sepupu saya lagi mijitin kaki saya yang terkilir. Kami nggak ngapa ngapain, serius! " jelas Bagas dengan tergesa-gesa.

Penjelasan Bagas tampaknya tak berguna, masih saja warga warga itu menginterogasi Bagas dan Caca.

"Sudah, saya minta bapak bapak sekalian jangan membuat gaduh, kita butuh penjelasan mereka berdua terlebih dahulu. " lerai pak RT menghentikan keributan.

"Sebenarnya, kami telah memutuskan untuk menikahkan mereka berdua. Kami mohon kepada warga dan tetangga kami sekalian, jangan main hakim sendiri kepada anak dan calonnya, akan kami nikahkan secepatnya. "

...****************...

Terpopuler

Comments

lorensyaila

lorensyaila

semangat Thor ditunggu updatenya

2022-10-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!