...Selamat membaca 🍊...
......................
"Sebenarnya, kami telah memutuskan untuk menikahkan mereka berdua. Kami mohon kepada warga dan tetangga kami sekalian, jangan main hakim sendiri kepada anak dan calonnya, akan kami nikahkan secepatnya. "
Mendengar keputusan tersebut, Bagas dan Caca tak bisa membalas ataupun membantah, bisa jadi mereka tak habis habisnya berdebat dengan beberapa warga yang memergoki mereka.
"Lah, katanya anak anaknya sepupuan? " tanya ketua RW keheranan.
"Sudah kami sepakati sebelumnya, dan juga ini agar bisa menyelesaikan masalah, kami mohon, beri kami keringanan, pak Hari dan pak Ujang. " ucap Bimo.
Hari dan Ujang memikirkan hal yang sama, warga daerah sebelah sedang bermasalah di wilayahnya, dan juga harus memilih keputusan yang paten.
"Kalau begitu keputusan nya, akan kami sepakati keputusan ini. Bapak dan ibu sekalian bisa menikahkan anak anaknya di daerah ini, karena kebetulan kejadiannya berada di daerah kami, kami minta agar digelar saja di daerah ini. " ucap pak Hari.
Bimo dan bapak dari Bagas, Bayu, menyetujui keputusan yang sudah di patenkan oleh ketua RT, di sisi lain Bagas bisa menghela nafas berat dan menatap ke arah samping, melihat Caca menahan tangisnya.
Para warga beserta keluarga Bagas dan Caca keluar dari rumah ketua RT, keluarga Caca terlebih dahulu pergi, karena Nano ingin menenangkan Caca yang menangis.
"Bagas tidak bersalah sama sekali, pak. "
"Terus, kenapa warga sebelah menemukan kalian di mobil berduaan? Dan juga, kenapa milih parkiran di tempat sepi? Bukannya minimarket nggak jauh dari lapangan ya? " ucap Bayu.
Tampaknya Bayu kesal dengan anaknya, sementara Bagas berusaha mengelak.
"Hanya tempat di sana saja yang masih kosong tadi pagi, saat maghrib tadi mobil dan motor udah nggak ada, tersisa mobil Bagas sama 2 mobil truk. Ayolah pak, Bagas nggak mungkin macam macam sama Caca, kami kan sepupu, dan juga tadi di jok belakang Caca cuma bantu Bagas buat mijit kaki Bagas yang terkilir. " bantah Bagas.
"Coba daritadi kamu jelaskan, kenapa tadi bungkam? Terima saja, dan lainkali dengar kata orangtua, jangan selalu keluar saat maghrib begini, kalau perlu tadi langsung pulang saja ke rumah Caca dan panggil tukang urut, terus pulang. Sudah dewasa kok nggak bisa cari jalan keluar. "
Bagas kalah, ia tidak bisa menyela bapaknya, selama ini ia adalah anak yang selalu menuruti ucapan bapaknya, jadi ia tidak bisa melawan sama sekali.
Rasa kesal pastinya ada, tetapi tak akan bisa menghempaskan nya maupun melampiaskan nya kepada siapapun, akan ia lupakan dan mengikuti alurnya walaupun akan terasa aneh maupun mengecewakan.
......................
"Caca cuma bantu mijitin kaki Bagas yang terkilir, bu, Caca nggak ngapa ngapain kok... "
"Mau bagaimana lagi? Jalan keluarnya itu aja, mau cari bukti pun kayak tadi selalu dibantag, kalian selalu kalah debat dengan warga daerah sebelah. "
Caca mendengus kesal, tak ada saran maupun jalan keluar untuknya. "Kali ini, ibu minta maaf nak. "
Caca menangis, ia meminta Nano untuk keluar dari kamar, karena dirinya ingin menenangkan diri setelah mengingat keputusan tersebut.
Gawai milik Caca berdering, Caca mengambil gawainya dan melihat nama yang ada di layarnya, nama Bagas tertera, bahkan ia malas untuk mengangkat telepon tersebut.
Dering telepon tampaknya tak berhenti sebelum Caca akan mengangkatnya, dengan perasaan kesal Caca mengambil gawainya, berusaha mengontrol emosinya dengan menghela nafas beberapa kali. "Kenapa? "
'Nggak, aku cuma mau nelpon kamu. '
"Nggak penting banget, aku matiin. "
'Eh, jangan. Aku mau ngobrol sebentar. '
"Bentar aja? "
'Tergantung. '
Caca akhirnya mendengarkan obrolan Bagas, hanya saja ia diam tak menjawab sama sekali.
'Gila, salah paham aja bisa jadi begini, Ca. Nggak habis pikir, mana orangtua kita setuju setuju aja. Aghh, sial banget sih hari ini! '
"Benar kata orang ternyata, anak gadis nggak boleh keluyuran malam malam sama laki-laki, dan sekarang lihatlah, kita bakalan dinikahkan beberapa hari lagi. "
'Yaudah, kamu tenangin diri dulu ya, aku yakin pasti kamu yang lebih cemas daripada aku, nanti kita bakalan atur kedepannya sama sama. Sekarang istirahat, suara kamu udah kelihatan habis nangis. '
"Ya." Caca mengakhiri panggilan telepon, ia merebahkan tubuhnya untuk tidur.
......................
"Sah! "
Suara bergema meresmikan pernikahan yang telah dilaksanakan, kedua pasangan yang berada di depan bersalaman dengan bahagia, sedangkan Bagas dan Caca bertepuk tangan dari belakang, karena menyaksikan pernikahan massal yang dilaksanakan di daerah sebelah. "Sebentar lagi kita, Ca. "
"Salah paham ini bisa sampai sefatal ini. "
'Bagas Dwipangga dan Binoarca Julaekha Putri... '
Bagas dan Caca berdiri bersama, mereka berjalan ke arah panggung pelaminan untuk melaksanakan ijab kabul mereka, dengan kedua belah pihak keluarga dan beberapa peserta calon pengantin yang menunggu mereka di belakang.
Bagas menjabat tangan penghulu, Caca menatap ke arah depan, dimulai dengan basmalah beserta ucapan do'a lainnya, Bagas mengucapkan ijab kabul nya dengan satu tarikan nafas.
"Sah! "
Akhirnya Bagas dan Caca resmi menjadi pasangan suami dan istri, dengan salah paham sebelumnya yang menjadi alasan mereka untuk bersama, masing-masing mereka saling memasang cincin bersama.
Acara do'a bersama di gelar di kediaman keluarga Bagas, para keluarga maupun kerabat dekat serta tetangga di sekitar ikut berdo'a bersama untuk mendo'akan hubungan Bagas dan Caca nantinya.
Caca kini berada di kamar milik Bagas, ia sedang di rias dengan rapi dan mempesona oleh para penata, yang pastinya tak akan mungkin para ibu ibu tidak menjadi penasaran ketika melihat pengantin wanita yang sedang dirias.
"Bagusnya, dulu kalau pake beginian pasti nggak bagus, soalnya kamu dulu berisi, alias gemuk, hihi. " puji Ayu.
"Perjuangannya lama, mak, itupun kalo makan selalu aku batasi terus, biar dia bisa lebih pantas pake baju apapun. " ucap Nano.
"Ya sudah, kita bantu Caca ke depan, bentar lagi do'a nya mau dimulai, lebih cepat sedikit. " ucap Ayu.
"Ih mak, sabar dulu. "
"Buruan, lebih cepat lebih bagus, nanti biar cepat. "
Ayu membantu Caca untuk berdiri, ketiga wanita tersebut keluar dari kamar menuju ke ruang tamu.
......................
Acara berjalan lancar hingga malam, Bagas dan Caca diiring hingga ke dalam kamar, mereka sendiri bingung ingin berbuat apalagi selain tidur atau bermain dengan adik sepupu dan keponakan mereka.
"Yang kecil kecil keluar, pengantinnya mau tidur. " usir Ayu.
"Kan bang Bagas sama kak Caca janji mau ajak kami main Yoyo sama tamiya, kok diusir sih? " protes Bagus.
"Iya, biarin Bagus sama lainnya main di kamar sama kami, lagipula udah janji kok. " ucap Caca.
Ayu mengedip kedip kan matanya, sebuah kode etik yang menggelikan bagi Caca, yaitu menyuruhnya untuk menikmati malam. "Kami mau main. "
"Iya, besok mainnya, sekarang pindah ke kamar lain. Caca, kunci nanti pintunya. "
Ayu menutup pintu kamar, sekarang hanya tersisa Bagas dan Caca yang berada di kamar tersebut.
Bagas dan Caca bertatapan dari jauh, mereka bingung dengan apa yang akan dilakukan, rasa kantuknya pun hilang karena tidak diizinkan bermain dengan beberapa anak kecil yang menumpang di kamar mereka.
"Gas. "
"Ya, kenapa? " Caca dan Bagas tak setatapan, mereka menoleh bersama sama, terkejut dan ingin tertawa pastinya mereka rasakan.
"Tegang banget sih ya? Padahal sekamar beginian, dulu aja sering. " ucap Bagas dengan tawanya.
"Yee, dulu kan beda, Gas, kini status kita udah beda, udah bisa ehem ehem gitu. " Bagas menjentikkan tangannya ke kening Caca, Caca meringis kesakitan dengan jentikan tersebut.
"Aduh duh, sakit! " teriak Caca.
Caca ingin membalas Bagas, tetapi Bagas sudah mengantisipasi terlebih dahulu, yaitu menahan tangan Caca. "Gas! "
"Kamu sih, pikirannya kotor gitu. "
"Ya itu kan istilahnya, gimana sih. " ketus Caca.
"Berarti kalau aku ajak, kamu mau? " tanya Bagas.
Caca menjadi salah tingkah dengan ucapan Bagas, wajahnya memerah, ia menggeleng kepalanya. "Ng—nggak ah! Masih geli! " tolak Caca.
Bagas tertawa, tak lama berselang mereka berdua akhirnya tertawa. "Udah ngantuk? " tanya Bagas.
"Belum Gas, lihat, mataku aja masih bersinar kayak gini nih. " jawab Caca melebarkan matanya.
"Yaudah, kebetulan PSP aku di kamarnya Brama, paling dimainin sama Brama dan Bagus, gimana kalau kita mainin Yoyo sama Tamiya? Mayan, hiburan malam. " ajak Bagas.
"Boljug, kuyy, aku ambil warna biru ya. "
"Yaudah, aku warna putih ini aja deh. " ucap Bagas.
Malam pertama mereka bukanlah yang aneh aneh, melainkan main mainan yang ada di kamar mereka, sangat berbeda dan absurd.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments