Eps 04

...Selamat membaca 🍊...

......................

Cahaya matahari menyoroti kamar milik Bagas, kedua pasangan tampaknya tidur di berbagai tempat, ada yang dipinggir kasur dan satunya lagi di lantai dengan berbagai permainan yang ada di kamar tersebut.

"Duh, leherku sakit...! "

Caca terbangun ketika mendengar keluhan dari Bagas, mereka tampak belum mengganti baju pengantin mereka, mereka membawa baju pengantin itu saat tertidur.

"Kenapa Gas? " tanya Caca.

"Salah bantal kayaknya, duh mana semalam nyamuknya banyak banget, lupa hidupin obat nyamuk nih mamak ku. " jawab Bagas.

"Yakali ngidupin obat nyamuk di kamar ini, Gas, yang ada pengap kita. Nggak lihat kain sama hiasan bunga masih ada di kamar ini? Mau kamu jadi Bagas panggang? " tanya Caca.

"Iya iya, yaudah. Kita keluar yuk cari sarapan, aku udah tau mamak pasti nggak masak, paling sayur do'a tadi malam, nggak suka aku. " ajak Bagas.

"Ishh, nggak bersyukur banget, masih mending ada sayur. "

"Udah, nggak usah banyak ngomong, kita keluar aja. Duh, nih leher gatal banget lagi gara-gara digigit nyamuk. " keluh Bagas dengan menggaruk lehernya yang gatal.

"Merah banget, nih oles dulu pake krim anti gatal, biar berkurang sedikit merah merahnya. "

Caca mengambil obat anti gatal, perlahan ia oles ke leher Bagas yang terasa gatal, dan sesekali mencubit tangan Bagas yang berusaha menggaruk lehernya yang gatal.

"Nggak usah di garuk lagi, nanti reda sendiri. " ucap Caca.

Bagas dan Caca keluar dari kamar, di ruang keluarga sudah terlihat keluarga Bagas berkumpul, dengan wajah yang sumringah serta senyum yang bahagia.

"Berisik banget sih tadi malam, asik ya? " tanya Brama.

"Iya, asik banget, malah sampai ketawa kami. " ucap Caca.

Ucapan Caca membuat keluarga Bagas tersenyum dan bersorak, mereka tampaknya salah paham dengan ucapan Caca. "Duh, gatal, nggak berguna sama sekali. "

"Jangan di garuk, nanti tambah merah! " tegas Caca melepaskan tangan Bagas dari leher.

"Merah merah? Wah, ganas juga Caca ya? " Caca menatap kebingungan ketika ditanya dengan kata yang ambigu.

Bintang dari belakang memegang pundak Bagas, sesekali menepuk dan mulai berbisik di telinganya.

"Gas, kalau mau atraksi jangan sambil teriak dong, malam tadi anakku nangis terus karena Caca teriak. Kamu nggak bisa main halus ya? " ucap Bintang.

Bagas mengerutkan keningnya. "Maksudnya? " tanya Bagas.

Bukannya jawaban, keluarga Bagas tertawa dengan pertanyaan Bagas. "Dih baru awal awal ehem ehem malu ya? Nggak papa, nanti belajar lagi, tapi secara halus ya, jangan arogan. "

Orang-orang yang ada di ruang keluarga itu segera pergi, hanya tersisa Caca dan Bagas dengan keningnya yang mengerut.

"Apasih, pikirannya kotor banget. " ketus Bagas.

"Loh, daritadi kita ngobrol berarti dianggap udah gitu ya? Astaga, salah paham lagi. " ucap Caca menepuk keningnya.

"Dikiranya nikah cuman buat gituan doang apa? Dahlah, pusing. " Bagas pergi meninggalkan Caca, Caca mengikuti Bagas dari belakang.

......................

Di taman yang tak jauh dari kediaman keluarga Bagas, Bagas dan Caca memakan seporsi lontong sayur, sarapan pagi yang biasa di makan saat mereka tak sempat sarapan di rumah.

"Akhirnya, baru kali ini nemu ketenangan yang sebenarnya. "

"Emang di rumah nggak pernah tenang kamu, Gas? " tanya Caca.

"Nggak, makanya aku suka nginep di rumah temen atau di kantor, atau nggak ngungsi ke rumah kamu, Ca, hehe. "

Caca tersenyum mengejek. "Pantes aja, kayak pengungsi kalau malam malam tertentu, ternyata itu alasannya. " ejek Caca.

"Ngejek kamu? Mau ngomong aku gembel ya, kualat kamu ngomong kayak gitu sama suami kamu. "

"Gitu doang kok, ihh. " decak Caca.

Kedua pasangan itu memakan makanannya, mereka tak mengobrol sampai makanan mereka habis. "Ca."

Caca menikmati makanan ringan yang ia pesan, ia merespon panggilan Bagas. " Ya, kenapa Gas? " tanya Caca.

"Kamu mau nggak, kalau kita tinggal terpisah sama orangtua kita? "

Caca tertelan makanannya secara cepat hingga membuatnya tersedak. "Minum dulu, Ca. "

"Ini seriusan kamu, Gas? " tanya Caca dengan batuknya.

"Ya maunya kayak gitu sih, lagipula kita kan udah statusnya beda sekarang, nggak mungkin juga mau serumah terus sama orang tua. " jawab Bagas.

Caca menggaruk rambutnya, ia mulai memikirkan hal yang aneh aneh.

"Kenapa? Nggak mau ya? "

"Mau aja sih, tapi, serumah cuma berdua beneran? " tanya Caca balik.

"Loh, iya dong, kamu mau sekeluarga tinggal sama kita di rumah kontrakan kita nanti? "

"Bukan gitu, Gas. Begini, kan kita tuh tinggal sama sama, status kita tuh aja udah lain, jadi... "

"Jadi? " tanya Bagas.

"Jadi, apa kehidupan kita nanti beneran kayak suami istri gitu? "

Bagas menutup mulut Caca, ia menyuruh Caca untuk diam. "Kita diskusikan di rumah saja hal ini, nanti kedengeran sama orang. Apa kata orang kalau kita pengantin baru udah ngebahas hal ini. " tegur Bagas.

Caca menganggukkan kepalanya, Bagas menarik tangan Caca dan membayar sarapan yang sudah di makan.

Sekeliling taman sudah Bagas dan Caca kelilingi, mereka akhirnya merasa lelah dan duduk dengan minuman yang telah dibeli, dengan lahap meminum minuman tersebut hingga tandas.

"Cuma sekedar tinggal bersama saja, kita nggak perlu hidup berumahtangga seperti pasangan pasangan biasanya. " ucap Bagas.

"Berarti aku tidak apa apa tidak melakukan tugasku sebagai seorang istri? "

"Sesuai maumu, Ca. Begitupula dengan aku. " jawab Bagas.

Caca menganggukkan kepalanya.

"Nafkah? "

"Nafkah dari usaha masing-masing, jika aku kasih kamu uang, kamu terima, terserah mau kamu tabung atau dibelanjakan, apapun itu, itu terserah kamu. " ucap Bagas.

Caca mendengus, ia merasa keberatan dengan kesepakatan Bagas.

"Begini ya rasanya nikah mendadak? Apalagi kita nggak pernah nganggep sebagai pasangan, bukan sepupuan lagi. Mana status kita cuma tinggal bersama aja di rumah baru kita. " keluh Caca.

"Kamu keberatan, Ca? " tanya Bagas khawatir.

"Nggak, cuma, gimana ya, aneh gitu loh... Baru kemarin aku sama kamu cuma jadi sepupu, sekarang udah beda, apalagi kesepakatan kita kayak gini, jadinya aneh gitu. " jelas Caca.

Bagas menganggukkan kepalanya, ia menepuk-nepuk pelan kepala Caca.

"Kita jalani aja dulu, nanti kita atur sama sama. Aku ngomong begini bukan berarti aku lepas tangan maupun lepas tanggungjawab, kita kerjasama aja, nanti setahun pernikahan kita, kita pisah. "

Caca terkejut dengan pernyataan Bagas, baginya masih terlalu awal untuk merencanakan perpisahan.

"Kamu udah ada rencana pengen pisah sama aku, Gas? " tanya Caca.

"Ya, mau gimana lagi, kamu aja nggak cinta sama aku, aku juga nggak cinta sama kamu. Nggak mungkin kan kita maksa buat saling cinta? "

Caca tidak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya, hatinya masih terasa berat ketika mendengar kesepakatan yang Bagas buat untuk kehidupan pernikahan mereka selanjutnya, hingga setahun pernikahan mereka tiba.

......................

"Kalian mau pindah? Kok cepat banget? "

Diskusi keluarga sedang berlangsung di ruang makan, Bagas dan Caca menganggukkan kepala bersama, keputusan mereka ingin pindah ke rumah baru.

"Ngontrak gitu? Udah ketemu dimana tempatnya? " tanya Ayu.

"Sudah kok, tadi sempat survei sama Caca, kami cocok tinggal di sana. Kalau masalah rumah, udah nemu letak tanah yang udah kami ambil, tinggal tegak tiang aja lagi, sementara bakalan tinggal di kontrakan dulu. " jawab Bagas sambil memakan makanannya.

"Yah, cepet banget sih pindahnya, kalian nggak nyaman ya disini? " tanya Bagus.

"Bukannya nggak nyaman, Gus, cuma kami kan butuh rumah baru, nanti kalau udah kayak istrinya bang Bintang, Caca sama aku bakalan tinggal sementara di sini kok. " jelas Bagas.

"Iya kan, Ca? "

Caca melamun, kakinya di senggol oleh Bagas dan tersadar dari lamunannya.

"Melamun terus sih, kepikiran ya punya rumah baru? "

Caca tersenyum, dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal ia cengar cengir tak jelas. "Eh, iya, nggak sabar rasanya pengen punya rumah baru, apalagi tinggalnya sama Bagas. " ucap Caca dengan cengiran nya.

"Nggak salah dinikahin, memang cocok. Jangan lupa ya kasih tambahan keluarga, biar adek Clara ada temennya. " ucap istri Bintang, Hanna.

Caca menganggukkan kepalanya, ia tersenyum dan kemudian senyum itu langsung pudar, tampak sekali pikirannya tak sinkron dengan obrolan keluarga Bagas.

...****************...

Hayoo kamu, ya kamu ✌

Jangan lupa tinggalkan jejak, biar tau siapa aja yang baca, ya sekali kali ntar diabsen, hehe....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!