NovelToon NovelToon

Sepupu Kok Nikah?

Eps 01

...Selamat membaca 🍊...

...----------------...

"Hei, bangun wei, dah pagi nih. "

Tampaknya suara ribut itu tengah membangunkan seorang wanita yang tengah tertidur pulas, satu persatu bantal pun dilempar agar wanita tersebut bangun dari tidurnya.

"Bagas, ngapain ganggu tidur aku? "

"Binoarca alias Caca, kini sudah pagi, masa sih nggak pernah bantuin ibu masak di bawah? " usil Bagas.

"Ibu nggak pernah bangunin aku untuk bantu masak, udah, mau lanjut tidur lagi. "

Bagas masih berdecak, ia menarik selimut milik Caca dan menarik kaki Caca untuk bangkit dari tidurnya.

"Mau sampai kapan jadi putri tidur? Bangun, bangun, bangun... "

Kaki yang diseret tampaknya membuat Caca akhirnya terbangun, bahkan tangannya ingin memegang pinggiran ranjangnya untuk kembali tidur, tetapi Bagas tak semudah itu untuk dikalahkan.

"Akhirnya bisa ku seret kamu sampai ke bawah, enak sekarang bisa lebih tinggi daripada kamu, Ca. " ejek Bagas.

"Oke, siap, si paling tinggi. " balas Caca.

"Kenapa ribut di kamar? Caca buat ulah, Gas? "

Wanita parubaya yang tak sinkron dengan wajahnya itu langsung bertanya, tetapi Bagas menggeleng kepalanya. "Nggak kok tante, cuma kesannya mau bangunin si putri tidur ini aja, bukan ribut. Memang mulutnya lebar juga kalau mau ngomong, sesuai tempat goa artefak kuno yang suka tante kunjungi. "

"Sesuai namanya juga, Binoarca. Kebetulan dulu tante suka lihat Arca dan Prasasti, dan bagusnya juga nama om kamu Bimo dan tante itu Nano, jadilah Binoarca. " jelas Nano, wanita parubaya itu.

"Ngasih nama nggak jelas, sampai dikirain kalau aku ini laki-laki, coba dulu kasih nama yang bagus bagus kenapa sih mah? " kesal Caca.

"Loh, nama kamu bagus kok, sebutan kamu juga bagus, Caca. " ucap Nano.

Raut wajahnya berubah, mood paginya hancur, kedatangan sepupunya itu membuat kisruh dan membuat paginya tak indah, rasa ingin matahari untuk ditenggelamkan kembali. "Nih, selagi aku tuh baik sebagai sepupu kamu, aku buatin roti bakar isi saus coklat. Nih, cobain dulu. "

Bagas menyodorkan roti bakar itu kepada Caca, karena rasa lapar menyelimuti isi lambung Caca, Caca mengambil sepiring roti tersebut kemudian memakannya.

Tampak tawa yang ditahan, dan juga pandai untuk berakting, Bagas menahan tawa nya ketika Caca memakan roti bakar buatannya, ekspresi Caca pun akhirnya berubah.

"Iyuhh...! Kecap! " pekik Caca.

Tawa yang telah Bagas tahan akhirnya terlampiaskan, Bagas tertawa terbahak-bahak, ia berhasil membuat tipu daya untuk Caca, dengan memakan roti bakar dengan isi kecap asin.

"Kami pergi dulu ya tante. "

"Ya, hati hati dijalan, nanti siang pulang ya, Caca... " ucap Nano.

"Iya bu, nanti siang kalau tepat waktu. "

Caca bersalaman dengan Nano, begitupun dengan Bagas, mereka kemudian pergi bersama.

"Bagas sama Caca kok serasi ya, sayang? "

"Ish, apalah kamu ini, mereka kan sepupu, walaupun jauh. " ucap Bimo.

"Ya nggak papa sih sebenarnya, lagipula aku sekarang kurang yakin kalau Caca bersama anak cowok lain, yang ada malah dibawa lari seperti yang dulu. " ucap Nano.

"Ah, masa lalu diingat lagi, yaudah bantu cari aja yang baru buat Caca, itu aja ribet sih. "

"Udah, kalau udah dengar kamu ngomel soal jodoh Caca, nggak bakal kelar kelar. "

Nano melenggang pergi meninggalkan Bimo. "Eh, tunggu..! "

......................

"Ini cuaca kok panas banget ya? Kayak neraka kesannya, duh... " keluh Caca.

"Baru dunia ini Ca, belum nerakanya beneran, udah tahan aja. "

Bagas dan Caca berjalan ke arah taman, mereka sepulangnya dari proyek karena pekerjaan mereka, sekarang berjalan untuk segera pulang. "Gas."

"Ya? "

Caca merasa kesal, ia memukul pundak sepupunya itu dengan keras. "Aduh, kamu kenapa sih, Ca?! "

"Bisa nggak sih kamu itu kalau nanya nggak satu kata aja? Kesannya terlalu monoton! " ucap Caca dengan kesal.

"Kan biasanya juga begitu, kenapa sekarang sensi banget sih? Bulanan kamu? "

"Kok malah disambung sambungin ke sana? " tanya Caca dengan nada sewot.

Bagas berdecak, daripada masalah diperpanjang, ia memilih untuk mengalah. "Iya, ada apa, Caca? Kamu mau nanya tadi ya, ada apa, Binoacra? "

Bukannya senang, Caca memukul kembali, tetapi cara kali ini berbeda, dengan cubitan pinggang yang memutar membuat Bagas benar-benar meringis kesakitan. "Aduh, sakit... "

"Jijik! "

Caca meninggalkan Bagas yang meringis kesakitan, ia menuju ke mobil, dengan cepat Bagas menyusulnya. "Main tinggal aja, nggak sekawan kamu sama aku. "

"Ya."

"Tadi mau nanya apa? " tanya Bagas.

Caca menatap sinis, ia menghela nafasnya. "Oh iya, bagaimana kabar kamu sama pacar kamu? Baik baik aja kan sekarang? " tanya Caca.

Dengan percaya diri, Bagas memasang wajah meyakinkan, dengan berwibawa dan menepuk dadanya sebagai tanda yakin.

"Woiya jelas, aku sama Bella kan satu hati, nggak mungkin hubungan kami ada masalah. " ucap Bagas dengan senyumnya.

"Baguslah, jangan sampai dia kayak yang di sana. "

Caca menunjuk ke arah dekat air mancur, tak jauh dari tempat mereka berdiri, terlihat sepasang kasih yang tengah dimabuk asmara. Bagas tak berkutik, ia mengenal wanita tersebut, tak menunggu persetujuan, Bagas langsung menghampiri wanita tersebut. "Eh Gas, tunggu...! "

Dengan kecepatan penuh, Caca menyusul Bagas, dikejauhan dekat air mancur saja sudah terlihat ekspresi maupun gaya suara dan bahasa Bagas berubah.

Benar dugaan dan tebakan Caca, itu adalah pasangan Bagas.

"Bella! "

Orang yang dimaksud oleh Bagas akhirnya menoleh pada Bagas, wanita muda yang tengah bermesraan seketika diam dan menunjukkan ekspresi wajah yang terkejut.

"Bella, kamu selingkuh?! " tunjuk Bagas.

Wanita yang dimaksud Bagas adalah Bella, ia berdiri dan seketika tangannya ditarik. "Nggak usah bel, kamu kan pacar aku. "

"Eh, tangan jangan lancang ya sama pacarku...! "

Caca berusaha menahan Bagas agar tidak terjadi perkelahian, tetapi badannya tak sepadan dengan kekuatannya, hanya satu cubitan kecil di tangan yang membuat Bagas terkejut dan meringis kesakitan. "Sakit Ca! " teriak Bagas.

"Nggak usah main kasar, kalau mau selesaikan masalah pake otak, bukan otot! " tegas Caca. Bagas tak peduli, ia menunjuk nunjuk ke arah Bella.

"Ngapain ke sini sama laki-laki lain? Alesan ya kamu?! " tuduh Bagas.

Bukannya mengalah, Bella menatap Bagas dengan tatapan remeh, seraya ia memegang tangan laki laki lain di depan Bagas.

"Yaudah sih, itu disebelah mu ada wanita lain, impas bukan? " ucap Bella dengan santai.

Bagas terkejut, seketika ia menjauh sedikit dari Caca. "Ini sepupuku, walaupun sepupu jauh, bukan wanita lain! " bantah Bagas.

"Nikahin aja itu sepupumu, lagipula kamu juga selalu jalan sama dia, lebih mesra kamu sama dia ketimbang kamu sama aku! "

Bella meninggalkan Bagas dan Caca, dengan merangkul tangan laki-laki, Bella berjalan melenggang pergi meninggalkan kedua saudara jauh tersebut.

"Puas kamu kan? "

Caca menatap heran ke arah Bagas, kata kata yang diucapkan oleh Bagas membuatnya bingung. "Maksud kamu apa, Gas? " tanya Caca kebingungan.

"Gara-gara kamu, hubunganku jadi begini. Coba kamu nggak ngalangin aku buat tonjok tuh cowok, mungkin Bella bakalan tau kalau aku benar-benar marah, dan bukannya untuk dipermalukan sama dia karena kamu, Ca! "

Caca menatap tak senang, karena dituduh sembarangan. "Kok nyalahin aku? Aku ngalangin kamu biar kamu nggak cari masalah lagi, Gas, masalah cewek kamu bisa kok nemuin yang lebih baik dibanding dia! " bantah Caca tak terima.

"Udahlah, mulai sekarang berhenti sama aku lagi. Bersama sama kamu itu malah jadi salah paham aja, sudah 2 wanita yang nganggep aku sepupuan sama kamu dianggap kamu itu pacar terang-terangan aku! Ini kunci mobil kamu, makasih tumpangan nya. "

Bagas menarik tangan Caca, ia menaruh kunci mobil tersebut di telapak tangan Caca dan pergi meninggalkan Caca yang diam tak bergeming. "Gas! Bagas...! "

Caca mengejar Bagas yang pergi meninggalkan nya, berusaha menarik tangan Bagas, Bagas menghempaskan nya. "Udah pergi sana, dan nggak usah barengan sama aku! "

Bantahan tersebut mengenai perasaan Caca, ia memegang dadanya dan terasa sesak mengingat perkataan Bagas padanya.

......................

Beberapa hari telah berlalu, Caca merasa sangat kesepian, walaupun keluarganya masih tetap berkumpul, tetapi baginya masih terasa ada yang kurang.

Caca merindukan sepupunya, sebagai anak tunggal rasanya kurang terbiasa ketika langsung terlepas oleh orang terdekatnya dan seperti saudaranya, yaitu Bagas.

Semenjak bayi sampai dewasa, Caca dan Bagas dipertemukan dan saling dikenalkan oleh kedua orang tua mereka, walaupun hubungan antar sepupu mereka itu termasuk jauh. Sering termenung, di pikiran Caca adalah sosok Bagas, ia merindukan sepupunya dan ingin bertemu lagi dengan Bagas.

"Nih, anter makanan ke tempatnya om Bimo. "

"Kok Bagas sih mak, kenapa bukan Brama sama Bagus? "

Perdebatan pagi antara ibu dan anak di dapur, Bagas mengeluh kepada ibunya, karena disuruh antar makanan ke rumah Caca.

"Ya, dua adikmu itu nggak mau kalau pagi pagi gini pergi anterin makanan, kakak kamu si Bintang istrinya kan baru lahiran, jadi nggak mungkin lah mau nyuruh dia. Mumpung kamu lagi nganggur, nih anterin. " ucap mamak Bagas, Ayu.

Bagas berdecak, ia akhirnya menuruti keinginan ibunya itu, walaupun nanti akan berjumpa dengan Caca.

"Iya, sini Bagas yang antar, nanti sekalian Bagas juga mau lanjut pergi ke proyek. "

Bagas mengambil rantang makanan tersebut, ia bersiap siap untuk pergi.

"Ca... "

Sayup-sayup Nano mendengar suara tangisan, tak lain suara tangisan dari kamar anaknya, yaitu Caca. Pintu kamar Caca ia buka, Nano menghampiri Caca yang tengah duduk di pinggir ranjang dan menangis. "Ca, kamu kenapa, nak? "

Tak lama setelahnya, Caca langsung memeluk Nano, ia menangis tersedu sedu dipelukan ibunya. "Caca, kamu kenapa nangis kayak gini? Ada masalah apa? "

Caca menatap ibunya, satu persatu ia jelaskan penyebab dirinya menangis, Nano sebagai pendengar yang baik ia dengan fokus menyimak penjelasan anaknya itu.

"Begitu ya? "

"Bagas ngejauhin Caca, rasanya itu nggak enak banget, bu... Ibu kan tahu sendiri, hubungan Caca sama Bagas itu sedekat apa sampai sekarang ini? " ucap Caca sesenggukan.

Nano langsung memeluk anaknya, dengan membelai rambut Caca, Nano menenangkan anaknya.

"Nanti ibu bantu kamu buat baikan sama Bagas ya? Kita mampir ke rumah mamak Ayu buat ketemu sama Bagas. " ucap Nano.

"Iya bu, makasih. "

Tak lama setelah itu, dari luar Bimo memanggil Caca dan Nano, Nano yang mendengar itu segera mengajak anaknya untuk keluar dan menghampiri Bagas yang datang.

"Nggak usah repot repot manggil Caca om, Bagas cuma mau anter makanan aja, titipan dari mamak untuk om dan tante. "

"Kebetulan, Bagas, Caca mau ketemu sama kamu. " ucap Nano.

Caca tersentak, ia didekatkan oleh Nano ke arah Bagas, Nano menginstruksikan jabat tangan Caca kepada Bagas.

"Udah, kalian udah ketemu nih, bagaimana sekarang kalau kalian minta maaf? " tanya Nano.

Caca menatap ke arah Bagas, tatapan Bagas seolah tidak ikhlas, membuat Caca kembali down karena tidak ada harapan untuk berbaikan kembali kepada Bagas.

"Loh, ini kenapa? Caca sama Bagas ada masalah apa? " tanya Bimo.

"Salah paham, biasa anak muda, lagian juga Bagas dapat pacar nggak bener, ditambah lagi suka posesif. " ucap Nano mengingat penjelasan anaknya.

Mendengar hal tersebut, membuat Bagas semakin kesal, ia langsung melepaskan jabat tangannya pada Caca. "Sukanya melebih lebihkan masalah kamu, Ca, kamu ini sepupuku atau bukan sih? " cibir Bagas.

Ucapan Bagas tepat mengenai perasaan Caca, ucapan tersebut membuat Caca bertambah down dan meneteskan air matanya.

Di sisi lain, Bimo menepuk keningnya, ia menggelengkan kepalanya karena sedang melihat drama keluarga yang langsung di depan matanya.

"Kalau berbaikan secara baik baik nggak membuat kalian bisa seperti semula, kalau begitu akan kami nikahkan saja kalian kalau begitu. "

...****************...

...Terimakasih sudah membaca 🍊...

Eps 02

...Selamat membaca 🍊...

......................

"Kalau berbaikan secara baik baik nggak membuat kalian bisa seperti semula, kalau begitu akan kami nikahkan saja kalian kalau begitu. "

Suasana seketika senyap, semua tatapan mengarah langsung kepada Bimo, ucapan Bimo membuat ketiga orang tersebut menatap tak percaya.

"Apa? Bagas dinikahkan sama Caca? Ayah, jangan ngelantur deh. " ucap Nano.

Bagas dan Caca menatap bersamaan, seketika mereka kompak kembali. "Ta–tapi, kami ini sepupu! " ucap Bagas dan Caca bersamaan.

"Dalam satu rumpun kita, antara om dan mamak kamu itu saudara beda jenis kelamin, dan hubungan keluarga kita juga jauh sama bapak dan mamak kamu, dan tidak ada salahnya kalau kalian bisa kami jodohkan. Lagipula, kami percaya sama Bagas ketimbang laki-laki lain untuk menjaga Caca, kalian kan tidak disalahkan bisa dijodohkan dan dinikahkan, kalian juga sepupu jauh. " ucap Bimo.

"Nggak ah, ayah, ayah ada ada aja deh, Caca bisa jaga diri Caca sendiri kok. " bantah Caca.

"Yakin? Janji nggak jatuh dari tangga? " tanya Bimo.

Caca terdiam, ia malu, karena ayahnya mengungkit kejadian saat dirinya terjatuh dari tangga karena asyik menelepon dengan Bagas. "Caca pernah jatuh dari tangga, om? " tanya Bagas.

"Nah, sudah kuduga, terlalu peduli begini biasanya sudah tanda tanda cocok. "

"Sudah, nggak usah dengar ucapan om kamu, Gas, kalau belum minum kopi pasti ngomongnya ngelantur. Kamu mau pergi ke tempat kerja kan? Barengan ya sama Caca, kalian baikan kini ya, mohon ya? " ucap Nano.

Demi menghindari obrolan ngelantur Bimo, Caca langsung menarik tangan Bagas, ia segera mengajak Bagas untuk pergi dari rumah. "Kan, ulah kamu ini. "

"Loh, kan ayah sendiri yang ngelantur ngomong kayak gitu di depan anak anak, gimana sih. " bantah Nano.

Kedua pasangan tua itu hanya merengut, memalingkan wajah karena sama sama saling egois, tak ingin mengalah untuk disalahkan.

......................

Di dalam mobil, menunggu kemacetan yang memakan waktu hampir beberapa menit, kedua orang yang tampak dengan wajah jelek mereka menatap ke arah luar dan depan, sedang memantau posisi dan pandangan sepanjang perjalanan yang macet itu.

"Udah dibilangin, lewat jalan pintas, masih juga nggak mau denger, kan terjebak macet jadinya. " ketus Caca.

"Ya udah, maaf deh, soalnya aku juga mau jauh jauh dari jalan pintas, kan kamu tau sendiri Ca kalau di jalan pintas itu lewat depan rumahnya Bella. "

"Kan udah jadi mantan, gamon banget jadi orang! " kesal Caca.

"Dih, nyolot juga. Kamu kira secepat itu bisa lupain mantan, Ca? Kamu yang belum berpengalaman baiknya diam aja deh, urusan orang dewasa ini soalnya. " Caca melihat tak senang ke arah Bagas.

"Iya tua, siap aku dengerin! " tegas Caca.

Suasana hening, akhirnya kemacetan perlahan berkurang, dan Bagas bisa menjalankan mobilnya untuk segera pergi ke proyeknya bersama Caca. "Ca."

"Hmm, apa? " tanya Caca.

"Kamu nganggep serius nggak ucapan ayahmu tadi? "

Caca menghela nafasnya, ia tak menatap sepupunya itu dan masih melihat jalanan. "Ya, aku nganggep serius. " jawab Caca.

"Apa itu lumrah? "

"Nggak tau, aku kan acc aja kalau di kasih tau sama ayah dan ibu aku, jadinya ngikut aja. "

Bagas menginjak rem mendadak, membuat Caca tersentak dan terdorong ke kaca, hingga membuat kepala Caca membentur kaca pintu mobil. Caca meringis kesakitan. "Aduhh... Bagas, kamu mau mati ya?! " bentak Caca.

"Acc aja? Kamu sehat? "

"Ya, mau gimana lagi, aku aja nggak bisa ngapa ngapain kalau nggak mangguk mangguk nurut. Mau dikutuk jadi batu kayak malin kundang? " tanya Caca.

Hanya hening yang diterima, Bagas melanjutkan perjalanannya ke arah proyek, dengan Caca yang pikirannya yang tak karuan.

......................

"Ya, baguslah, cuma mereka bisa dipercayai. "

"Kan, ibu sih nggak percaya. "

Tampaknya Bimo dan Nano kedatangan tamu, berupa kedua orangtua Bagas yang sedang berdiskusi dengan mereka berdua tentang kedua anaknya.

Keputusan sepele yang diucapkan oleh Bimo tadi pagi bukanlah keputusan yang main main, tetapi sungguhan, Bimo ingin Bagas menikahi anaknya, karena sudah yakin dengan Bagas.

Dengan dalih saudara jauh, bagi Bimo dan Ayu sudah cukup meyakinkan untuk menjodohkan kedua anak mereka.

Sementara di sisi lain, Nano hanya diam, ia memikirkan bagaimana anaknya nanti.

......................

"Syukur diingetin kalau kurang 1,6 cm, kalau tadi sempat ralat, gaji bulan depan kepotong abis abisan, Ca. "

"Iya, bisa bisa bayar paket yang ku pesan online kemarin mau nggak mau harus pinjem duit ibuku, Kamis barokah memang. "

Caca dan Bagas berjalan mengelilingi lapangan sepakbola, tak lama sebuah bola mengarah ke arah Caca, tetapi dengan sigap Bagas menghadang bola tersebut agar tidak mengenai Caca. "Gas? "

"Kamu nggak papa kan, Ca? " tanya Bagas.

Tak lama setelah itu, datanglah beberapa pemuda, mereka tampak ingin mengambil bola.

"Mana bola kami, om? " tanya salah satu pemuda tersebut.

"Eh, enak aja ngomong, nggak pake minta maaf asal minta aja. Minta maaf dulu. " jawab Bagas menolak permintaan pemuda tersebut.

"Yaelah om, pacarnya aja nggak ada apa apa begitu kok kami minta maaf. "

"Iya, lebay. "

Mendengar ejekan dari pemuda tersebut, Bagas menjadi kesal, pemain dari tim sepakbola lain ikut bergerombol ke arah Bagas, tampak tertarik dengan perkumpulan tersebut. "Tidak sopan sekali. Aku akan ajukan taruhan pada kalian semua, anak muda. "

Wajah remeh dari salah satu pemuda tersebut, mereka sudah meremehkan Bagas di awal.

"Oke, om mau taruhan sama kita ya? Oke, taruhannya kunci mobil om, siapa yang kalah bakal dipaksa nyebur ke comberan, siapa yang menang dapat kunci mobil, setuju? "

Melihat pertaruhan antar dua laki-laki yang berbeda umur, Caca berusaha membujuk Bagas untuk tidak mengambil tindakan gegabah. "Gas, ja—"

"Oke, taruhan aku terima, tim ini bakalan jadi tim ku. " ucap Bagas.

Ketua dari pemuda tersebut berjabat tangan dengan Bagas, mereka yang terdiri dari dua tim berpencar untuk mengambil posisinya masing-masing.

Awalnya pertandingan tersebut hanya bermain main saja, karena tidak ingin berbuat kasar, tetapi lama kelamaan tim pemuda itu yang sering berbuat kasar, akhirnya Bagas membangkitkan semangat nya dan sangat serius untuk melawan musuhnya itu.

"Salah tanding kalian semua. "

Dengan tatapan yang tajam, serta menunjukkan keunggulannya saat bermain, Bagas dengan cekatan menggiring bola ke arah gawang lawan, pemuda itu tak tahu bahwa Bagas adalah tim pesepakbola unggulan di desa saat masa sekolah menengah pertama dahulu.

Tendangan menuju gawang berhasil Bagas hasilkan, cetak gol sudah ia raih, akhirnya permainan berakhir dan tim dari Bagas berhasil menang. Dari jauh, terlihat tim lawan, yaitu para pemuda yang menantang Bagas menjadi ketar ketir, bahkan merasa resah ketika mengingat taruhan tadi.

"Bagaimana? "

Bagas mendekati para pemuda itu, terlihat wajah pasrah dari pemuda itu, akan dipermalukan oleh orang orang dilapangan dan pastinya akan menjadi bahan tertawaan dari anak anak lainnya.

"Iya om, kami ingat taruhannya tadi, akan kami tepati. " ucap pemuda tersebut.

Bagas tersenyum, bukannya mendorong ke arah comberan, tetapi ia membelai rambut pemuda tersebut. "Sudah, om tidak akan menceburkan kalian ke comberan sana. "

Mendengar ucapan Bagas, pemuda tersebut terkejut.

"Kenapa om? "

"Tidak, taruhan itu sebatas gertakan saja. Lagipula, mana mungkin juara sepakbola desa mau kejam kepada juniornya seperti kalian. Om cuma mau beri kalian pelajaran aja, kalau sopan santun itu diperlukan, bukan kuat otot dan urat nadi untuk ngebacot dan ingin terlihat lebih berkuasa. " jelas Bagas.

"Makasih om, maaf bola tadi ya om. " ucap pemuda tersebut.

"Ya sudah, kalian haus kan? Sini, om traktir kalian es cekek yang ada di sana. "

Wajah gembira dari pemuda pemuda tersebut ketika mendengar akan di traktir, Bagas merogoh dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang, ia memberikannya kepada pemuda tersebut.

"Ini, sesudah beli es cekek nya, kalian langsung pulang ya, hari sudah mau maghrib, nanti diculik wewe gombel loh. " ucap Bagas.

"Iya om, makasih. "

Pemuda-pemuda tersebut bersalaman dengan Bagas, mereka berlari ke arah penjual es cekek, sementara ia berdiri sejenak dan mencoba memanggil Caca yang duduk di tepi lapangan. "Ca, sini! "

Caca melihat ke arah Bagas, ia menunjuk ke arah dirinya, dan akhirnya mendekat ke arah Bagas.

"Iya Gas, kenapa? " Caca mendekat ke arah Bagas, terlihat ekspresi Bagas berubah dan langsung merangkul bahu Caca.

"Loh, kenapa? "

"Bantu aku jalan, Ca, kakiku terkilir. " keluh Bagas.

Caca berdecak, dengan tergopoh gopoh Caca membantu Bagas berjalan ke mobil.

......................

"Kan, terkilir kan? Cari perkara aja kamu, Gas. "

Caca memijat pergelangan kaki Bagas yang terkilir, keluhan Bagas bergema di mobil itu, mereka berada di jok kursi mobil bagian belakang. "Ya, itu demi kamu juga Ca, kalau nggak di kasih paham, mana tunduk tuh bocah bocah rebel sama kita. " balas Bagas.

Caca berdecak, ia menggeleng kepalanya seraya memijat pergelangan kaki Bagas. Karena gelap, Caca mencoba menghidupkan lampu mobil Bagas, tetapi tidak sama sekali ingin hidup.

"Gas, ini mobil kapan terakhir ngurus perawatannya sih? Lampunya aja nggak mau hidup. " tanya Caca.

"Udah setahun lebih, males aja ke bengkel, apalagi ke sorum mobil untuk perbaikan, ngabisin waktu sama duit aja iya. " ucap Bagas di sela sela rintihannya.

"Huh, pemalas. " Caca menepuk kaki Bagas yang terkilir, Bagas berteriak kesakitan, hingga akhirnya tak sengaja menendang kaki Caca.

"Auh! Sakit, Gas! "

Perkelahian akhirnya dimulai, di himpitan jok mobil dan ruang yang kecil, membuat Caca dan Bagas mudah untuk saling menyerang.

Sayang, dari kejauhan ada beberapa warga yang sedang berjaga malam, mereka melihat sebuah mobil goyang, membuat warga warga tersebut berjalan ke arah mobil Bagas.

"Sakit Ca, aduh duh! "

Caca meremas wajah Bagas, bahkan terasa sekali bahwa kuku kukunya bisa merobek wajah Bagas. "Rasain, hah! "

Suara gedoran dari luar pintu mobil, tepatnya di kaca mobil, Bagas menghentikan perkelahian nya bersama dengan Caca. Saat membuka pintu mobil, beberapa warga langsung membuka pintu mobil dengan lebar, mereka menarik Caca dan Bagas untuk keluar dari mobil.

"Gila, kenapa di mobil berduaan dan parkir di tempat sepi kayak begini? Kalian mau buat mesum ya? " ucap salah satu warga yang menggerebek mobil Bagas.

"Nggak, nggak kok pak, tadi kami hanya berkelahi saja. " ucap Bagas dengan wajah cemas.

"Bawa saja ke RT, kita nggak boleh main hakim sendiri. "

Beberapa warga akhirnya membawa Caca dan Bagas, kedua anak muda itu berteriak menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, tetapi warga warga tersebut masih kurang percaya, apalagi dari kejauhan melihat mobil bergoyang.

......................

Beberapa saat berlalu, kedua orangtua Caca dan Bagas dipanggil oleh RT sebelah, mereka kali ini berurusan karena kedua anaknya terpergok berduaan di dalam mobil.

"Kenapa? Ada apa sebelumnya, pak RT? "

"Nih orangtuanya, anak anak kalian tuh, didalam mobil berduaan sama parkirnya di tempat sepi begitu, mana mobilnya goyang tadi. " jelas salah satu warga.

"Eh, bapaknya salah paham, kami cuma berkelahi saja tadi, dan juga sepupu saya lagi mijitin kaki saya yang terkilir. Kami nggak ngapa ngapain, serius! " jelas Bagas dengan tergesa-gesa.

Penjelasan Bagas tampaknya tak berguna, masih saja warga warga itu menginterogasi Bagas dan Caca.

"Sudah, saya minta bapak bapak sekalian jangan membuat gaduh, kita butuh penjelasan mereka berdua terlebih dahulu. " lerai pak RT menghentikan keributan.

"Sebenarnya, kami telah memutuskan untuk menikahkan mereka berdua. Kami mohon kepada warga dan tetangga kami sekalian, jangan main hakim sendiri kepada anak dan calonnya, akan kami nikahkan secepatnya. "

...****************...

Eps 03

...Selamat membaca 🍊...

......................

"Sebenarnya, kami telah memutuskan untuk menikahkan mereka berdua. Kami mohon kepada warga dan tetangga kami sekalian, jangan main hakim sendiri kepada anak dan calonnya, akan kami nikahkan secepatnya. "

Mendengar keputusan tersebut, Bagas dan Caca tak bisa membalas ataupun membantah, bisa jadi mereka tak habis habisnya berdebat dengan beberapa warga yang memergoki mereka.

"Lah, katanya anak anaknya sepupuan? " tanya ketua RW keheranan.

"Sudah kami sepakati sebelumnya, dan juga ini agar bisa menyelesaikan masalah, kami mohon, beri kami keringanan, pak Hari dan pak Ujang. " ucap Bimo.

Hari dan Ujang memikirkan hal yang sama, warga daerah sebelah sedang bermasalah di wilayahnya, dan juga harus memilih keputusan yang paten.

"Kalau begitu keputusan nya, akan kami sepakati keputusan ini. Bapak dan ibu sekalian bisa menikahkan anak anaknya di daerah ini, karena kebetulan kejadiannya berada di daerah kami, kami minta agar digelar saja di daerah ini. " ucap pak Hari.

Bimo dan bapak dari Bagas, Bayu, menyetujui keputusan yang sudah di patenkan oleh ketua RT, di sisi lain Bagas bisa menghela nafas berat dan menatap ke arah samping, melihat Caca menahan tangisnya.

Para warga beserta keluarga Bagas dan Caca keluar dari rumah ketua RT, keluarga Caca terlebih dahulu pergi, karena Nano ingin menenangkan Caca yang menangis.

"Bagas tidak bersalah sama sekali, pak. "

"Terus, kenapa warga sebelah menemukan kalian di mobil berduaan? Dan juga, kenapa milih parkiran di tempat sepi? Bukannya minimarket nggak jauh dari lapangan ya? " ucap Bayu.

Tampaknya Bayu kesal dengan anaknya, sementara Bagas berusaha mengelak.

"Hanya tempat di sana saja yang masih kosong tadi pagi, saat maghrib tadi mobil dan motor udah nggak ada, tersisa mobil Bagas sama 2 mobil truk. Ayolah pak, Bagas nggak mungkin macam macam sama Caca, kami kan sepupu, dan juga tadi di jok belakang Caca cuma bantu Bagas buat mijit kaki Bagas yang terkilir. " bantah Bagas.

"Coba daritadi kamu jelaskan, kenapa tadi bungkam? Terima saja, dan lainkali dengar kata orangtua, jangan selalu keluar saat maghrib begini, kalau perlu tadi langsung pulang saja ke rumah Caca dan panggil tukang urut, terus pulang. Sudah dewasa kok nggak bisa cari jalan keluar. "

Bagas kalah, ia tidak bisa menyela bapaknya, selama ini ia adalah anak yang selalu menuruti ucapan bapaknya, jadi ia tidak bisa melawan sama sekali.

Rasa kesal pastinya ada, tetapi tak akan bisa menghempaskan nya maupun melampiaskan nya kepada siapapun, akan ia lupakan dan mengikuti alurnya walaupun akan terasa aneh maupun mengecewakan.

......................

"Caca cuma bantu mijitin kaki Bagas yang terkilir, bu, Caca nggak ngapa ngapain kok... "

"Mau bagaimana lagi? Jalan keluarnya itu aja, mau cari bukti pun kayak tadi selalu dibantag, kalian selalu kalah debat dengan warga daerah sebelah. "

Caca mendengus kesal, tak ada saran maupun jalan keluar untuknya. "Kali ini, ibu minta maaf nak. "

Caca menangis, ia meminta Nano untuk keluar dari kamar, karena dirinya ingin menenangkan diri setelah mengingat keputusan tersebut.

Gawai milik Caca berdering, Caca mengambil gawainya dan melihat nama yang ada di layarnya, nama Bagas tertera, bahkan ia malas untuk mengangkat telepon tersebut.

Dering telepon tampaknya tak berhenti sebelum Caca akan mengangkatnya, dengan perasaan kesal Caca mengambil gawainya, berusaha mengontrol emosinya dengan menghela nafas beberapa kali. "Kenapa? "

'Nggak, aku cuma mau nelpon kamu. '

"Nggak penting banget, aku matiin. "

'Eh, jangan. Aku mau ngobrol sebentar. '

"Bentar aja? "

'Tergantung. '

Caca akhirnya mendengarkan obrolan Bagas, hanya saja ia diam tak menjawab sama sekali.

'Gila, salah paham aja bisa jadi begini, Ca. Nggak habis pikir, mana orangtua kita setuju setuju aja. Aghh, sial banget sih hari ini! '

"Benar kata orang ternyata, anak gadis nggak boleh keluyuran malam malam sama laki-laki, dan sekarang lihatlah, kita bakalan dinikahkan beberapa hari lagi. "

'Yaudah, kamu tenangin diri dulu ya, aku yakin pasti kamu yang lebih cemas daripada aku, nanti kita bakalan atur kedepannya sama sama. Sekarang istirahat, suara kamu udah kelihatan habis nangis. '

"Ya." Caca mengakhiri panggilan telepon, ia merebahkan tubuhnya untuk tidur.

......................

"Sah! "

Suara bergema meresmikan pernikahan yang telah dilaksanakan, kedua pasangan yang berada di depan bersalaman dengan bahagia, sedangkan Bagas dan Caca bertepuk tangan dari belakang, karena menyaksikan pernikahan massal yang dilaksanakan di daerah sebelah. "Sebentar lagi kita, Ca. "

"Salah paham ini bisa sampai sefatal ini. "

'Bagas Dwipangga dan Binoarca Julaekha Putri... '

Bagas dan Caca berdiri bersama, mereka berjalan ke arah panggung pelaminan untuk melaksanakan ijab kabul mereka, dengan kedua belah pihak keluarga dan beberapa peserta calon pengantin yang menunggu mereka di belakang.

Bagas menjabat tangan penghulu, Caca menatap ke arah depan, dimulai dengan basmalah beserta ucapan do'a lainnya, Bagas mengucapkan ijab kabul nya dengan satu tarikan nafas.

"Sah! "

Akhirnya Bagas dan Caca resmi menjadi pasangan suami dan istri, dengan salah paham sebelumnya yang menjadi alasan mereka untuk bersama, masing-masing mereka saling memasang cincin bersama.

Acara do'a bersama di gelar di kediaman keluarga Bagas, para keluarga maupun kerabat dekat serta tetangga di sekitar ikut berdo'a bersama untuk mendo'akan hubungan Bagas dan Caca nantinya.

Caca kini berada di kamar milik Bagas, ia sedang di rias dengan rapi dan mempesona oleh para penata, yang pastinya tak akan mungkin para ibu ibu tidak menjadi penasaran ketika melihat pengantin wanita yang sedang dirias.

"Bagusnya, dulu kalau pake beginian pasti nggak bagus, soalnya kamu dulu berisi, alias gemuk, hihi. " puji Ayu.

"Perjuangannya lama, mak, itupun kalo makan selalu aku batasi terus, biar dia bisa lebih pantas pake baju apapun. " ucap Nano.

"Ya sudah, kita bantu Caca ke depan, bentar lagi do'a nya mau dimulai, lebih cepat sedikit. " ucap Ayu.

"Ih mak, sabar dulu. "

"Buruan, lebih cepat lebih bagus, nanti biar cepat. "

Ayu membantu Caca untuk berdiri, ketiga wanita tersebut keluar dari kamar menuju ke ruang tamu.

......................

Acara berjalan lancar hingga malam, Bagas dan Caca diiring hingga ke dalam kamar, mereka sendiri bingung ingin berbuat apalagi selain tidur atau bermain dengan adik sepupu dan keponakan mereka.

"Yang kecil kecil keluar, pengantinnya mau tidur. " usir Ayu.

"Kan bang Bagas sama kak Caca janji mau ajak kami main Yoyo sama tamiya, kok diusir sih? " protes Bagus.

"Iya, biarin Bagus sama lainnya main di kamar sama kami, lagipula udah janji kok. " ucap Caca.

Ayu mengedip kedip kan matanya, sebuah kode etik yang menggelikan bagi Caca, yaitu menyuruhnya untuk menikmati malam. "Kami mau main. "

"Iya, besok mainnya, sekarang pindah ke kamar lain. Caca, kunci nanti pintunya. "

Ayu menutup pintu kamar, sekarang hanya tersisa Bagas dan Caca yang berada di kamar tersebut.

Bagas dan Caca bertatapan dari jauh, mereka bingung dengan apa yang akan dilakukan, rasa kantuknya pun hilang karena tidak diizinkan bermain dengan beberapa anak kecil yang menumpang di kamar mereka.

"Gas. "

"Ya, kenapa? " Caca dan Bagas tak setatapan, mereka menoleh bersama sama, terkejut dan ingin tertawa pastinya mereka rasakan.

"Tegang banget sih ya? Padahal sekamar beginian, dulu aja sering. " ucap Bagas dengan tawanya.

"Yee, dulu kan beda, Gas, kini status kita udah beda, udah bisa ehem ehem gitu. " Bagas menjentikkan tangannya ke kening Caca, Caca meringis kesakitan dengan jentikan tersebut.

"Aduh duh, sakit! " teriak Caca.

Caca ingin membalas Bagas, tetapi Bagas sudah mengantisipasi terlebih dahulu, yaitu menahan tangan Caca. "Gas! "

"Kamu sih, pikirannya kotor gitu. "

"Ya itu kan istilahnya, gimana sih. " ketus Caca.

"Berarti kalau aku ajak, kamu mau? " tanya Bagas.

Caca menjadi salah tingkah dengan ucapan Bagas, wajahnya memerah, ia menggeleng kepalanya. "Ng—nggak ah! Masih geli! " tolak Caca.

Bagas tertawa, tak lama berselang mereka berdua akhirnya tertawa. "Udah ngantuk? " tanya Bagas.

"Belum Gas, lihat, mataku aja masih bersinar kayak gini nih. " jawab Caca melebarkan matanya.

"Yaudah, kebetulan PSP aku di kamarnya Brama, paling dimainin sama Brama dan Bagus, gimana kalau kita mainin Yoyo sama Tamiya? Mayan, hiburan malam. " ajak Bagas.

"Boljug, kuyy, aku ambil warna biru ya. "

"Yaudah, aku warna putih ini aja deh. " ucap Bagas.

Malam pertama mereka bukanlah yang aneh aneh, melainkan main mainan yang ada di kamar mereka, sangat berbeda dan absurd.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!