Mabuk Duda (Ceria Skalane Waktu)
“Bang, mau ke mana?“ tanyaku, kala bang Ken hendak beranjak dari meja makan kami.
Kami tengah menikmati sajian makan siang, di dekat rumah sakit bedah umum milik bang Ken. Demi menemuinya dan mengantarkan anaknya yang ingin menemuinya di masa libur sekolah ini, aku sampai meninggalkan tanggung jawab pekerjaanku di perusahaan milik adik ipar kakakku.
“Jemput Putri di bandara, Abang janjikan liburan bersama beberapa hari kedepan.“ Ia melangkah meninggalkanku dan anaknya yang masih makan.
Demi perempuan yang menurutnya pintar dan cerdas itu, ia sampai menghiraukan keberadaanku yang datang dengan anaknya. Apa ia tidak membuka matanya, jika anaknya pun sudah satu hati denganku? Jika ceritanya sudah begini, aku ingin melalaikan anaknya saja di tengah kota seperti ini. Sayangnya, aku tidak tega.
“Kak Ria, Ayah mau ke mana?“ tanya Bunga polos, dengan merapikan mulutnya dari makanan mie yang dilumuri saos spesial.
“Ada pasien yang urgent keknya.“ Aku tidak akan memberitahukan akan kedatangan pacar ayahnya tersebut.
Bang Ken, dengan nama asli Kenandra. Ia adalah dokter spesialis bedah, yang sudah memiliki rumah sakit sendiri di Malaysia. Ayahnya asli Banjarmasin, dengan ibunya asli dari kota Lhokseumawe. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya ia memilki rumah sakit sendiri di Malaysia. Aku tidak banyak mengobrol tentang itu, karena dekat dengannya dan ia memiliki waktu untukku pun sudah amat beruntung untukku.
Sialan memang! Sudah memberitahu pun, nyatanya aku masih diteror oleh kakak iparku juga. Aku mendapatkan telepon ketujuh darinya, dengan pilihan kuangkat segera sebelum dirinya lebih lama menggangguku lagi.
“Kenapa sih, Bang?!“ sahutku ketus, setelah menerima panggilan telepon dari bang Givan.
Ia adalah kakak iparku yang mengatur dan membiayai hidupku. Aku bersyukur, karena aku mengenyam pendidikan instan karenanya. Ia pun membayar mahal, untuk biaya mendapatkan ijazah SD sampai perguruan tinggiku.
Karena asal kalian tahu saja, aku lahir di tengah keadaan yang rumit. Ayah dan ibuku adalah TKI yang bekerja di Saudi Arabia, mereka kabur dari majikan mereka dan menikah secara siri. Masih untung, ibuku sudah menjanda ketika menikah dengan ayahku dan ayahku adalah mantan pacar ibuku di masa lalu, ia pun sudah terbebas dari ikatan pernikahan. Jadi, tidak rumit sekali hubungan orang tuaku.
Nyatanya, pernikahan siri dan karena menikah di Saudi. Aku tidak bisa memiliki dokumen kelahiran, aku pun tidak mendapat pendidikan sedikitpun, aku tidak pernah bersekolah sama sekali. Barulah, saat usiaku empat belas tahun. Ibu menerima pekerjaan dari agen di Saudi, yang membawanya sampai datang ke Brazil. Tidak disangka, nyonya besar yang memperkejakan ibu dan aku yang masih belia ini, ia meninggal dunia di Brazil. Tidak begitu menyeramkan akan nasib kami, karena kami langsung dipekerjakan oleh tetangga nyonya besar kami yang berasal dari Indonesia, tepatnya Aceh.
Singkat cerita, aku dan ibu baru mengetahui ternyata nyonya dan tuan besar tempat kami bekerja pada orang Aceh tersebut. Ternyata, mereka adalah mertua dari anak ibu dengan suami lamanya. Begitu banyak drama yang terangkum dari kisah pertemuan kami, dalam cerita novel Canda Pagi Dinanti. Hingga kami berada di titik ini, titik nyaman dengan ekonomi menengah ke atas karena status kakakku yang merupakan menantu dari nyonya dan tuan besar kami. Begitu seperti drama novel, perjalanan hidup kami.
“Abang banting ya kau, Ria! Abang pesan dari bandara tadi, kau bilang kalau udah sampai di sana. Apa nyatanya?! Harus aja kau buat Abang panik di sini!“ Suaranya yang selalu nada tinggi itu selalu membuat kepalaku berdenyut.
“Iya, Bang. Kami sampai pagi tadi, terus kita istirahat sebentar, barulah makan nih siang ini.“ Aku memperhatikan makananku yang baru kumakan setengahnya.
N**** makanku tiba-tiba hilang, kala bang Ken mengatakan ingin menjemput Putri. Skandal yang begitu kompleks. Bang Ken adalah kakak angkat kakak iparku, lalu Putri adalah mantan kekasih kakak iparku. Bertambah rumit hubungannya di sini, karena Putri memiliki anak tanpa menikah dengan mantan suami kakakku yang sudah meninggal. Kakakku pun, memiliki seorang anak perempuan dengan mantan suaminya yang memiliki anak juga dengan putri. Anak Putri yang bernama Jasmine itu, hidup dalam asuhan kakakku dan kakak iparku. Rumit bukan? Kalian perlu pelajari dalam novel Canda Pagi Dinanti.
Maaf ya banyak iklan, agar pembaca tahu jika novel-novel ini berkesinambungan.
“Kenapa tak langsung makan? Bang Ken tak kasih kalian sarapan?“
Wajar mendengar amarahnya, karena memang Bunga pun dalam asuhan kakakku yang bernama Canda Pagi Dinanti dan suaminya yang bernama Ananda Givan.
“Kami ngantuk, Bang. Udah ajalah kami langsung tidur.“ Lelah aku menjelaskan, nyatanya pun ia tetap akan marah-marah juga. Memang wataknya tempramen, tapi hanya mulutnya yang heboh. Ia tidak sampai membanting dan mencekik seperti yang tengah viral, hanya mulutnya saja yang galak.
“Ya Allah, Ceria Skalane Waktu! Kau bawa anak orang, Bunga Malati yang baru lima tahun kau ajarkan lapar? Kenapa kau tak ajak puasa Senin Kamis aja sekalian?!“ Suaranya semakin meninggi saja. Aku khawatir speaker ponselku rusak karenanya.
Ya memang itulah namaku, nama unik seperti nama kakakku. Usiaku sudah dua puluh lima tahun, tapi masih setiap hari dimarahi oleh kakak iparku setiap waktu. Memalukan bukan, jika ada temanku yang tahu?
“Dia masih tidur, Bang. Turun pesawat itu dia lelap, Bang.“ Kalian bayangkan saja. Sorenya aku baru pulang bekerja, lalu diminta membantu packing pakaian Bunga. Aku pun harus prepare beberapa pakaian dan barangku, untuk mengantar Bunga berlibur bersama ayah dan pacar ayahnya.
Semoga, Bunga mendadak rewel dan banyak menangis. Agar merusak momen kemesraan ayah dan pacar ayahnya itu.
Aku tidak mengerti dengan Kenandra si dokter bedah berusia empat puluh satu tahun itu. Ia seperti tidak mengerti, dengan sikapku yang benar-benar tertarik padanya.
Sungguh, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa. Ketika, ia mampu membuatku terlelap di tengah rasa mabukku di dalam bus AC patas yang bau keringat bermacam-macam manusia. Perjalanan yang penuh pengorbanan itu, terjadi karena aku ikut dengannya yang menyelesaikan sidang hak asuh anak bersama mantan istrinya.
Aku kurang mampu mendeskripsikan perasaanku saat itu. Tapi, di tengah kerinduanku yang tidak pernah mendapat kasih sayang ayahku karena beliau meninggal dunia sejak aku kecil. Ia datang dengan memberi perlindungan, kenyamanan, keamanan dan keselamatan untukku.
Sebelumnya, kami terlibat suatu masalah rumah tangga kakak iparku dan kakakku. Ya mengharuskan aku untuk bertolak ke Jepara bersama bang Ken. Cerita tentang kejadian ini, ada dalam novel Retak Mimpi. Mohon dibaca, didukung dan ditap favoritnya.
“Ya udah selesaikan makannya, nanti Abang hubungi tentang pekerjaan kau.“ Kakak iparku adalah sesukses-suksesnya manusia yang sombong. Usahanya lebih dari lima belas macam, dengan ia pun mampu membantu saudaranya mengecek perusahaannya. Tapi kerap ia disebutnya adalah bos tambang, karena usaha terbesarnya adalah pertambangan batu bara yang berada di Kalimantan.
“Ya, Bang. Nanti kirimkan ke email aja.“ Aku memperhatikan Bunga yang masih lahap memakan mie dengan saus spesial itu.
“Oke.“
Tut…..
Aku memasukkan kembali ponselku, kemudian membantu Bunga untuk melahap makanannya lagi. Bayangkan saja bagaimana belepotannya anak lima tahun yang makan sendiri.
“Hai…..“
Aku tahu jarak bandara, rumah sakit milik bang Ken dan rumah makan ini cukup dekat. Tapi, harusnya Putri datang tidak secepat ini. Rasanya, aku ingin mencakar-cakarnya karena tidak memberiku sedikit waktu dengan kekasihnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Devia Ratna
mampir
2022-12-11
1
Red Velvet
Benar2 saingan berat nih si Putri, Ria harus berjuang keras nih.
2022-10-07
2
Ahmadfadli Pratama085
si duda tanpa anak ke mn nih kk nisa biar tambah seru ceritanya kk nisa
2022-10-07
3