“Kau tau Bunga harus sama kau terus, Dek. Abang tau kau pergi diam-diam, ninggalin Bunga sama kita. Kau tak kasian, dia nangis sampai hidungnya langsung lecet begini?“ Bang Ken memperlihatkan hidung merah anak perempuan yang berada di dekapannya.
Yang menangis mata, yang lecetnya hidung. Ampun deh manusia.
“Kakak….“ Bunga langsung mendekatiku, ketika ayahnya menurunkannya di atas ranjang.
Ia langsung berada di pelukanku, tangisnya mulai terdengar kembali. Cengeng sekali anak perempuan ini, Ya Allah.
“Kakak, aku kan tak nakal. Kenapa Kak Ria pergi?“ Bunga sampai sesenggukan.
Aku melirik bang Ken. Ia memperhatikan kami berdua, dengan sedekap tangan. Beberapa saat kemudian, ia duduk di tepian ranjang dengan memunggungi kami.
“Kakak ngantuk, Dek.“ Aku beralasan pada Bunga.
“Ayo kita tidur lagi, aku mau tidur lagi. Tapi aku jangan ditinggal.“
Duh, bagaimana caranya aku meninggalkan Bunga dengan ayahnya dan pacar ayahnya? Aku mungkin akan berhasil membuat bang Ken dan Putri kerepotan karena Bunga, tapi pastinya Bunga akan menangis terus. Menangis sebentar saja, hidungnya merah parah dan memiliki sedikit lecet. Bagaimana jika menangis terus menerus, pasti hidungnya potek.
“Yuk bobo.“ Aku memeluknya dan mengusap-usap punggungnya.
Karena adanya ayahnya Bunga di sini, kantukku malah hilang karena aku berdebar. Padahal, sebentar lagi aku sudah akan terpejam.
Eh, tidak tahunya Bunga malah tertidur pulas.
“Dia capek nangis terus. Capek Abang dikerjain dia suruh nungguin di depan kamar mandi restoran tadi.“ Tidak tahunya, mata bang Ken sejak tadi terarah padaku.
Aku membenahi posisi tidur Bunga, agar ia tidak sakit leher ataupun sakit kepala. Kancing teratas bajunya pun kubuka, agar tidak mencekiknya jika ia semakin aktif bergerak dalam tidurnya.
“Hei, diam aja! Abang ngajakin ngomong,” lanjutnya mengagetkanku.
“Ya itu kan anak Abang.“ Aku ingin tahu bagaimana sikapnya, jika ia tahu aku benar-benar mementingkan pekerjaanku.
Aku beranjak, menggelung rambutku dan berjalan ke arah kamar mandi. “Aku mau siap-siap, mumpung Bunga tidur. Bang Ghifar minta ACC dokumen soalnya.“ Sebenarnya mudah saja, tapi sengaja kubuat sebagai alasan.
“Ck….“ Hanya itu suara yang kudengar, saat aku meninggalkannya ke kamar mandi.
Aku membasuh wajahku, kemudian memberikan sedikit parfum ke bagian belakang telingaku dan pergelangan tanganku. Setelahnya, aku kembali keluar dari kamar mandi. Dengan langsung dihadiahkan ucapannya yang seperti ini.
“Kau jadi beda, semenjak Putri punya hubungan sama Abang. Kau punya masalah sama Putri?“
Aku pura-pura cuek, lalu mencari sisir rambutku. “Cuma perasaan Abang aja kali.“ Aku berdiri dan menyisir rambutku di depan cermin yang tersedia.
“Kurang suka kah, kalau Abang jadi sama Putri?“
Kenapa ia tiba-tiba memelukku dari belakang seperti ini? Namun, aku mencoba biasa saja. Mencoba datar, meski aslinya jantungku berdegup kencang.
“Aku cuma ingat gimana dia ngejar-ngejar abang ipar aku dulu.“ Sebetulnya, bukan masalah untukku juga.
Karena keberadaannya, aku kan jadi sulit untuk membenahi rambutku. Memang dasarnya laki-laki lumayanan, ujung hidungnya sudah bergesekan dengan tengkukku saja.
“Kalau butuh, sana ke Putri aja.“ Dengan sombongnya, aku melepaskan tangannya yang berada di depan perutku.
Biar saja! Biar tahu rasa dia, kalau aku ini tidak semudah itu ia sentuh. Aku langsung meninggalkan cermin ini, kemudian duduk di sofa panjang yang berada di ujung ranjang.
“Kau masih perawan, Dek?“ Ia melipir mendekatiku.
Memang kalau aku perawan, ia mau apa?
“Masih, kenapa?“ tanyaku ketus.
“Keith bisa jaga itu memang?“ Ia duduk di sofa yang berada di ujung ranjang ini, tapi tubuhnya direbahkan di atas kasur.
Bagaimana ya mendeskripsikannya? Jadi, sofa ini tidak memiliki sandaran. Lalu tingginya setara dengan ranjang, jadi ranjang ini seolah menyatu dengan sofa.
“Keith itu manusia jenis no is no, yes is yes. Sekalipun kepala udah di depan pintu, dia tak akan pernah dorong masuk kalau tak dapat izin dari aku. Dia bisa jaga kepercayaan orang lain, makanya bang Givan percayakan dua perusahaannya sama dia.“ Aku sampai pernah melihat Keith mimisan, karena tidak kuat menahan b*****nya sendiri. Aku sampai pernah melihatnya memukul tembok dan mengguyurkan air ke intinya beberapa kali, karena ia kesal karena tidak bisa mengatur miliknya yang cenderung cepat keras meski sudah keluar.
“Keren ya?“ Ia menarik tanganku, sehingga aku tertarik ke belakang dan menjatuhkan tubuhku tempat di sebelahnya berbaring.
“He'em, keren.“ Aku mencoba meresponnya biasa saja, karena bang Ken berubah ganas jika sepi orang seperti ini.
Baru saja aku mengatakannya, ia sudah mengunciku di bawahnya. Ia membelai-belai rahangku, dengan tersenyum manis.
“Sama Putri aja, Bang.“ Aku mendorong tubuhnya.
Ia tidak bergeser sedikit pun, ia malah memberiku berat tubuhnya secara sengaja. Sepertinya, ia sengaja mengunciku dengan cara seperti ini.
“Maunya sih begitu. Tapi, sampai hari ini Abang tak pernah ngelakuin hal itu sama Putri.“ Ia mengukir sesuatu di pelipisku.
Harusnya aku paham, bahwa bang Ken dan Givan adalah jenis yang sama. Mereka suka dengan apapun yang berbau segelan, mungkin ia berkata seperti itu agar aku menyerahkan keperawanku.
“Kenapa?“ tanyaku singkat.
“Karena tau, gimana tabiat Putri. Takutnya, kita tak berjodoh dan Putri nuntut itu dengan segala ilmunya. Maksudnya, adalah pernikahan gitu. Abang masih belum yakin, cuma tertarik aja dengan pendidikan dia.“
Posisi kami begitu mesra. Ia tidak perlu mengambil posisi seperti ini, hanya untuk berbincang saja.
“Terus kalau Abang belum yakin sama Putri, Abang bakal minta aku untuk bantu kasih Abang pelepasan?“ Asal kalian tahu saja, aku tidak sebodoh itu. Aku diberi pemahaman dan pengertian seputar laki-laki, oleh kakak iparku seorang mantan b*jingan itu.
“Tak, Abang lagi cerita aja.“ Ia menggulingkan tubuhnya ke samping, tapi tangganya tetap berada di atas perutku.
“Kalau memang tak cocok, ya ngapain distatusin?“ Aku memalingkan wajahku ke arahnya.
“Cocok, cuma udah tau tabiatnya. Sekalipun dia janji berubah juga, tapi Abang belum percaya aja. Abang terus terang ke dia, Abang tak mau direpotkan sampai ke pengadilan kalau tak jodoh sama dia.“
Wajah kami berhadapan. Aku semakin deg-degan, karena matanya menatapku begitu dalam.
“Abang cinta ke Putri?“ Aku langsung merapatkan bibirku. Jelas-jelas ia menjalin hubungan dengan Putri, ya pastinya saling mencinta.
“Tertarik, Dek. Pas Abang tau kalau dia pendidikannya dobel, ya langsung tertarik aja. Apalagi, pas tau cara dia bertutur dan menyikapi hal itu dewasa. Ya udah Abang dapat nomornya, Abang kasih tau Abang siapa. Abang punya waktu senggang, ya Abang minta waktu Putri. Terus Abang ajak ketemuan dan bilang, kalau Abang tertarik dan ingin mengenal lebih dekat. Langsung pacaran, tak ada pedekate dan semacamnya. Saat itu pun, Putri punya pacar dan dia kasih tau itu ke Abang. Abang bilang, ya tak masalah juga. Jadi awal itu, Putri masih pacaran sama pacarnya tapi punya status sama Abang juga. Tapi sekarang dia udah sama Abang aja, karena laki-lakinya Putri itu langsung undur diri pas Putri jujur kalau dia udah punya anak.“ Tangannya sudah mengusap-usap kulit perutku.
Ia sampai rela diduakan oleh Putri, kasarnya. Apa ia tidak melek, jika aku siap menjadi ibu sambung untuk Bunga dan merangkap menjadi istrinya.
“Tertarik karena pendidikan aja?“ Aku mengajukan pertanyaan lagi, aku kurang puas mendengar jawabannya itu. Tertarik karena pendidikan, tapi ia langsung maju menjalin hubungan dengan Putri.
“Karena perempuan berpendidikan dan beretika itu jarang di Indonesia. Perempuan yang pendidikannya tinggi itu, ya jarang di Indonesia. Karena pemikiran orang kita, perempuan ya di dapur. Tapi memang banyak juga perempuan sukses, pendidikan luar negeri. Contohnya kek Putri gini dan banyak lagi di luar sana. Abang dari dulu kepengen punya pasangan hidup yang sama tingginya bidang pendidikannya, Riska pun Abang sekolahkan lagi pas udah jadi istri Abang. Pendidikan itu penting, menurut Abang. Karena pendidikan, mempengaruhi pola pikir seseorang.“
Bagaimana denganku? Aku tersakiti dengan ucapannya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Ahmad fadli Pratama
bg ken kayak model papa adi dulu y yg pengin dpt perawan tp akhirnya mabok janda Juga. tp bg ken salah kebanyakan wanita yg berpendidikan juga tak selalu jd patokan bg. malahan terkadang mereka lebih sibuk sama urusan mereka dan lupa sama pasangannya lebih2 nih klau mereka lebih tinggi pendidikan y dr pasangan y bisa di pandang sebelah mata bg
2022-10-09
1
Yuli Amoorea Mega
Prndidikan tinggi, Etika tp gk di barengi Akhlak Ya NOL...
2022-10-09
1
Edelweiss🍀
Bukan cuma dari title pendidikan aja bang kecerdasan intelek seorang perempuan, banyak yg gak bisa sekolah tinggi tp memiliki wawasan yg luas dan, pemikiran yg cerdas
2022-10-09
1