“Oh gitu ya? Berarti Abang tak belajar dari kak Riska kemarin ya? Pendidikannya tinggi, penghasilan dia punya. Terbukti dia tak butuh Abang lagi, dia berani sepak Abang dan ceraikan Abang. Mending selera bang Givan berarti, Bang. Bagaimana pun jenis perempuannya, mau pendidikan tinggi atau rendah. Dia lebih suka perempuan yang nurut, perempuan yang patuh. Pembangkang sedikit dari perintahnya, aku sampai pernah dilempar HPnya sendiri. Intinya, perempuan yang berada di kuasanya. Kek istrinya, adiknya, adik iparnya, anaknya ya intinya mereka semua harus nurut dan patuh. Karena perempuan itu, tergantung imamnya. Tapi kalau perempuan tak punya sifat dasar nurut, Abang siap-siap harus terima diinjak-injak kembali.“ Aku berkata berdasarkan bukti nyata dan contoh yang bang Givan berikan. Bagaimanapun keadaannya nanti, ia menuntutku untuk patuh dan tunduk pada suami.
Bang Ken mengangkat tangannya dari atas perutku. “Mulut kau jadi kek Givan ya, Dek?“ Ia membawa rahangku untuk tetap menoleh ke arahnya.
“Ya dari kak Riska, harusnya Abang paham bagaimana jika perempuan berpendidikan, punya kuasa dan punya penghasilan. Dengan mereka punya penghasilan aja tuh, mereka tak butuh dengan laki-laki. Makanya kenapa bang Givan tak mau mbak Canda turun tangan langsung ke konveksinya, karena dia tak mau mbak Canda tak bergantung padanya lagi. Uang mbak Canda banyak, usaha ada, dengan dia mandiri aja tuh bang Givan yakin bahwa dirinya bakal disepak. Karena hal yang paling utama logika perempuan kalau udah bermain itu, ya laki-lakinya adalah uangnya.“ Aku tidak berkata bohong, coba pahami dan akan masuk di akal kalian.
Entahlah, karena aku dididik oleh bang Givan. Terkadang, aku seolah tidak berhati. Bahkan, karena didikan itu aku sulit jatuh cinta. Pada Keith, jujur saja aku dimabuk sentuhannya dan sikapnya yang tidak pernah memaksa. Pada bang Ken, aku merasa nyaman dan aman. Ia adalah laki-laki yang urus, ketika aku sakit. Ia mau repot dan mau turun tangan sendiri, untuk mengurusku meski tahu ada ibuku.
Tapi sejauh ini, aku benar-benar terobsesi untuk memiliki bang Ken. Aku ingin dia jadi milikku, aku ingin dia selalu ada untukku, aku ingin dia menjadi seperti yang aku mau dan aku ingin ia bertanggung jawab atas kehidupanku dan anak-anakku.
“Ehmmm…..“ Aku tidak menyadari, ternyata indra pengecap kami sudah berkenalan.
Tanganku disatukan di atas kepala dan ditahan oleh tangannya. Tubuhnya bergerak, ia kembali memberiku beban tubuhnya yang cukup berat.
“Bang….“ Aku mencoba menyadarkannya dari kabut minatnya itu.
“Tak, Dek.“
Apa maksudnya? Dia memiliki kekasih, tapi dia sering menc*um*ku seperti ini. Ini bukan hal yang pertama, ia sering menciumiku, yang membuatku berpikir bahwa ia menyukaiku. Sampai aku berani sedikit agresif untuk mendekatinya, sampai aku berani berjuang karena obsesiku padanya, ya karena aku mendapat respon darinya.
Ini gila!
Lututku diberi jarak, dengan ia meluruskan kakinya di tengah kakiku yang berjarak. Meski berpakaian lengkap, aku takut jika gerakannya sudah menakutkan seperti ini. Keith tidak pernah melakukan hal seperti ini padaku, Keith selalu meminta izin dan penuh dengan kelembutan.
“Abang, Abang, Abang.“ Aku merengek dan mencoba mendorong dadanya.
“Tak, Ria. Jangan takut.“ Ia membingkai wajahku dan merapikan rambutku yang menutupi wajahku.
Bagaimana aku tidak takut, jika di dalam celana saja pusaka itu sudah terlihat menekan-nekan dan berukuran besar. Aku tidak demikian takut dengan pusaka warisan dari leluhur Keith, karena bentuknya memang tidak menakutkan. Ia cenderung panjang dan langsing, tidak terasa besar meski terlapisi celana seperti ini.
“Jangan ditekan-tekan, Bang!“ Aku mencoba merapatkan kakiku sebisa mungkin.
Namun, ia semakin mendesak. Ia bergerak cepat dengan gerakan acak.
“Bentar lagi, Dek….“ Giginya menggerogoti leherku. Ia seperti vampir yang mustahil muncul di siang hari, karena vampir takut dengan matahari.
Masalahnya ini gigi dan timbulnya sakit di leherku karena giginya tajam. Sudah mirip vampir, aku yakin akan memberikan bekas merah.
“Uhmmmm….“ Ia bergumam di telingaku.
Bayangkan sensasinya. Untuk kalian yang sudah menikah, pasti tidak sulit membayangkan sensasi itu.
Semakin bertambah gemasnya saja ia, dengan kembali mengajakku beradu mulut. Gerakan di tengah-tengah sana sungguh cepat, aku berpikir ia tengah mencoba mencari titik lepasnya.
“Bang Ken….“ Aku mencoba menyadarkannya.
Kegiatan apa ini sebenarnya, aku tidak dapat kenikmatan sama sekali. Ia seperti tengah menikmati sensasi yang ia dapatkan sendiri, tidak dengan aku.
Apa dengan nanti aku mampu memilikinya, aku akan mendapatkan kepuasan batin juga? Karena dengan ia seperti ini, hal ini seolah menunjukkan bahwa ia adalah orang yang egois.
“Bang! Abang ngapain sih?! Aku tak dapat enak, kalau Abang cuma tekan-tekan aja.“ Aku adalah orang yang tidak bisa memendam sesuatu.
“Ahh!“ Aku tersentak kaget, ketika ia langsung menarik kaosku ke atas.
Gila! Gila!
Kasar sekali caranya bermain. Apa aku mencintai orang yang salah?
Tapi rasanya aku seperti dibakar perasaanku sendiri. Caranya bekerja, cukup membuatku memanas karena sensasinya. Giginya berperan besar di setiap aktivitasnya, aku yakin ujung dadaku langsung lecet karena aktivitas ini.
“Oh…. No! No! No!“ Aku mencoba menahan tangannya yang tiba-tiba melewati karet pinggang celanaku.
Gerakannya cepat dan licin, bang Ken sudah seperti belut ketika dalam aktivitas seperti ini. Padahal, ia terlihat kalem dan berwibawa.
“Abang! Aku tak mau dimasukin apapun!“ Aku menggerakkan tubuh bagian bawahku agar tangannya tidak menjamah bagian yang keramat itu.
Aku tidak bisa menahannya dengan tanganku, karena kedua tanganku dicekal oleh tangan kirinya. Sedangkan, tangan kanannya ia gunakan untuk beraktivitas di sana.
“Shtttttttttttt……. Jangan gerak, nanti malah terlalu dalam. Kau tenang, Dek. Abang tak bakal buat pecah perawan kau.“ Wajahnya berada di hadapan wajahku lagi.
Tegang, takut, tapi nikmat. Bagaimana ya menjabarkan perasaan yang aku rasakan sekarang ini, intinya aku ingin mencoba hal baru juga, penasaran, tapi juga aku takut.
“Aku jangan dipegangin gini, Bang.“ Aku merasa ia seperti memaksa jika tanganku tidak diberi akses untuk bergerak.
“Tapi jarang dorong Abang! Abang takut lost kontrol, kalau kau berontak terus.“
Sialnya lagi, kepalaku malah mengangguk. Tanganku dilepaskannya perlahan, tapi ia belum melakukan kegiatan berarti.
Ia mengeluarkan tangannya dari dalam celanaku. Kemudian, ia meloloskan pakaian bagian bawahku dengan mudah. Urat-urat dokter yang dipakainya untuk membedah tubuh pasien, kini digunakan untuk bekerja padaku.
Cairan dari mulutnya dipindahkan ke tangan kirinya, ia melakukan kegiatan tersembunyi dengan tangan kirinya di bagian tengah-tengah tubuhnya. Dengan ia menundukkan kepala dan menempelkan ke bagian tengah tubuhku.
Oke, aku paham. Ia melakukan aktivitas sendiri, dengan tangannya sendiri, untuk mendapatkan pelepasannya sendiri, dengan cara mengurutnya sendiri. Dengan ia mencoba memberikan kepuasan untukku dengan mulutnya dan juga tangan kanannya.
Ketegangan untukku dimulai, saat aku merasakan ada jari yang bermain tepat di bagian pintunya.
“Abang!“ Aku menjambak rambutnya.
Aku takut hilang perawan dengan jarinya, lalu bang Givan marah besar karena tahu dari suamiku kelak. Bagaimana masa depanku nanti, jika aku tetap pasrah dengan permainannya?
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Red Velvet
dengerin tuh bang apa kata Ria, entar kau diinjak2 perempuan lagi. Eitts, tp apa tuh motifnya cium2 gesek2 segala. Bang sadar bang, jgn khilaf sama Ria. Buru2 nikah aja lagi biar ada penyaluran yg pas buat melepaskan benih2mu
2022-10-10
2
Edelweiss🍀
aduh aku tegang sekali ini, apa bang Ken nafsu cuma dgn liat Ria... Jgn sampai jebol deh, cara mencari pelepasan yg agak ekstrim😣
2022-10-10
4
liatina
q bacanya sambil tahan nafas ......
2022-10-10
5