Istri Genit Mas Faaz

Istri Genit Mas Faaz

MIRIP MENDIANG LISA

"Apa maksud ibu, aku nikah sama dia?"

"Iy nak, dia baik kok." ucap Dewi.

“Menikah dengan mantan dokter?”

“Iya Mey, itu adalah wasiat terakhir ayahmu sebelum dia berpulang.”

Mey termangu dalam beberapa detik wanita manis dengan kulit seputih susu itu terkejut bukan kepalang mendengar perkataan ibunya.

Menikah? dan desusnya itu dengan dokter Faaz sang duda yang sakit jiwa, oh tidak! Mey bahkan tak pernah membayangkan hal ini sebelumnya.

Bahkan Mey saja tidak cukup mengenal bagaimana Faaz yang Mey ketahui, lelaki itu hanyalah seorang dokter yang merawat ayahnya sewaktu sakit dahulu, selebihnya Mey tak tahu apapun tentang dia, lalu bagaimana bisa saat ini Mey harus menikah dengannya?

“Tidak bu, aku tidak mau!”

Dewi, sang ibu menghela nafas, wanita parubaya itu sudah menduga bahwa putrinya pasti tidak akan mudah setuju dengan perjodohan ini.

“Mey, jika kamu tidak menuruti wasiat terakhir ayahmu, kasihan ayah nak, dia pasti tidak akan merasa tenang di alam sana.”

“Bu, Mey tidak terlalu mengenal dokter itu kan saat ini sakit. Mey tidak bisa menikah dengannya!”

“Mey, Faaz itu lelaki yang baik, selama dua tahun belakangan ini dia yang telah merawat ayahmu, mana bisa di katakan sakit jiwa. Ibu yakin dia bisa menjadi suami yang baik untuk kamu nak. Apalagi ia saat ini berprofesi intel hukum selain membuka klinik.

Mey mengusap kasar wajahnya dengan kedua telapak tangan, Mey bingung dan dilema, apa yang harus dia lakukan? menyetujui perjodohan ini sama saja akan membuat hidup Mey hancur.

Sampai akhirnya, derup suara langkah kaki terdengar mendekati Mey dan juga ibunya yang saat ini berada di ruang tengah.

Mey mendongak, saat itu pula ia melihat kehadiran Faaz, pria yang baru saja mereka bicarakan.

“Nak Faaz sudah datang,” sapa Dewi sembari beranjak dari tempat duduknya.

Faaz mengulas senyum pada wanita parubaya itu.

“Ya tante, baru saja.”

“Tante sudah bicara sama Mey, sekarang tinggal kamu yang meyakinkannya, kalau begitu tante tinggalkan kalian berdua dulu ya,” sambungnya.

Yang berhasil membuat Mey terperanjat.

“Ibu mau kemana, di sini saja!” cegah Mey.

“Mey, kamu perlu bicara berdua dengan nak Faaz, ibu permisi dulu,”

Di saat yang bersamaan, Faaz terlihat mencari posisi nyaman untuk duduk tepat di samping Mey.

Entah kenapa, Mey mendadak menjadi sangat canggung dan begitu gelisah terlebih lagi tatapan Faaz yang begitu intens padanya, membuat darah Mey rasanya seperti naik turun.

“Saya tahu kamu pasti merasa terkejut dengan wasiat terakhir ayahmu tapi memang itu lah kenyataannya, mendiang pak Danish ingin saya menikahi kamu Mey, saat melihat fotomu aku juga kagum akan wajah dan sifat baik penurutmu.”

“Tapi saya belum mau nikah, saya masih harus kuliah, lagi pula saya tidak terlalu mengenal anda,” keluh Mey yang bahkan tak menatap lawan bicaranya.

“Kamu masih bisa tetap kuliah meskipun nanti kamu sudah menjadi istri saya, dan kita juga bisa saling mengenal satu sama lain seiring berjalan waktu.”

“Tapi saya merasa gak mungkin untuk menikah dengan anda, usia kita juga beda jauh banget kan, dan saya juga gak mau menjalani pernikahan atas dasar paksaan,” ucap Mey yang kali ini menatap wajah Faaz.

“Tentang usia itu bukanlah sebuah permasalahan, selagi saya masih sendiri, saya sah-sah saja menikah dengan wanita mana pun, sekali pun itu pada anak kecil seperti kamu, dan tentang menjalani pernikahan berdasarkan paksaan, saya merasa tidak terpaksa sama sekali.”

“Yakin pak gak merasa kepaksa nikah sama saya?” Mey mengangkat kedua alisnya.

“Ya saya yakin.”

“Tapi saya yang merasa terpaksa, dan saya gak mau nikah sama anda, gimana dong?” ucap Mey.

“Kalau kamu memang tidak ingin menjalani pernikahan ini, ya sudah tidak masalah, mungkin kita memang tidak berjodoh, saya juga tidak ingin menikahi wanita yang bahkan tidak mau menerima saya sebagai suaminya,” jelas Faaz.

Mey kembali termangu, ia benar-benar berada dalam dilema, Mey begitu menyayangi ayahnya, dan jika Mey tidak setuju dengan wasiat terakhir sang ayah, itu sama saja Mey membuat ayahnya tidak tenang di alam sana.

Namun di sisi lain, Mey juga gak mau menikahi pria yang tidak dia cintai oh astaga Mey sangat bingung!

“Bagaimana Mey, apakah kamu tetap menolak perjodohan ini?” sambung Faaz.

Mey tak langsung menjawab pertanyaan dari pria tampan itu, Mey lagi-lagi hanya diam, sampai akhirnya bayangan wajah sang ayah tiba-tiba saja terlintas dalam benak Mey.

Kasih sayang yang sang ayah berikan pada Mey sedari kecil begitu tulus, ayahnya selalu memperlakukan bak seorang putri raja, membuat ia merasa tak sanggup jika harus menolak permintaan terakhir dari ayahnya.

Dengan satu helaan nafas, Mey pun akhirnya menjawab.

“Baiklah, saya mau menikah dengan anda pak." ucap Mey berubah pikiran.

“Oke, kalau begitu kamu mulai lah bersiap, karena saya akan menjemput orang tua saya dan juga penghulu yang akan menikahkan kita.”

“Eh tunggu dulu, maksud anda pak kita nikah hari ini?”

“Ya!”

“Tapi kan—”

“Bukannya tadi kamu sudah setuju?”

“Ya saya memang setuju, tapi masa iya hari ini, gak bisa nunggu sampai bulan depan gitu? atau mungkin tahun depan?”

“Mey, saya tipe orang yang paling tidak suka membuang waktu, jika kamu memang sudah menyetujui perjodohan ini, saya rasa kita tidak perlu mengulur waktu lebih lama lagi, jika kita bisa menikah hari ini mengapa tidak?”

“Ya sudah baiklah, tapi anda pak harus janji ya sama saya, anda harus bisa jadi suami yang baik untuk saya dan memperlakukan saya dengan baik pula!” ucap Mey.

Mey seolah takut jika Faaz tak bisa menjadi suami yang baik untuk dirinya.

Faaz terlihat mengangkat sudut bibirnya.

“Mey, sifat dan karakter saya itu tergantung bagaimana seseorang memperlakukan saya, jika kamu memperlakukan saya dengan baik dan penuh kasih sayang, maka saya juga akan memperlakukan kamu dengan baik pula, tapi jika sebaliknya, kamu tidak bisa memperlakukan saya dengan baik, yah kamu lihat sendiri saja bagaimana sifat saya nanti ke kamu,” jelas Faaz sembari mengedipkan sebelah matanya

Mey memutar malas bola matanya, bahkan belum jadi suami saja ucapan Faaz sudah terdengar menyebalkan, oh ya ampun bagaimana ini! apa jadinya jika Mey menghabiskan sisa hidupnya bersama pria ini.

“Kenapa wajah kamu seperti itu?” sambung Faaz.

“Gak kenapa-napa, ya sudah katanya tadi mau jemput orang tua sama penghulu tunggu apalagi sana pergi!” ucap Mey yang terdengar tidak sopan.

“Bisa tidak bicaranya lebih baik sedikit, saya calon suami kamu loh!”

“Ya ampun, ini cowok ribet banget!” keluh Mey yang masih dapat di dengar jelas oleh Faaz.

“Saya gak akan menjadi lelaki rumit jika kamu tidak menjadi wanita yang berbelit, mengerti?”

“Iya dah, terserah anda pak mau bilang apa, saya juga gak ngerti. Oke sekarang saya mau siap-siap dulu, bye!”

Mey beranjak dari tempat duduknya dan hendak berjalan meninggalkan Faaz di saat yang bersamaan pula, Faaz tiba-tiba saja tersenyum manis.

Faaz jadi ingat pertemuannya dulu dengan Lisa, terlihat tak bersahabat dan ketus. Terlalu dalam rasa cinta dan rasa bersalahnya. Ia menganggap Mey, gadis kuliahan itu adalah reinkarnasi mendiang istrinya yang membuatnya gila ditinggalkan.

'Kali ini aku akan membahagiakan dan terus menjaga hati dan seluruh hidupku, aku bersyukur kamu kembali hadir ke dunia ini Lisa.' batin Faaz.

Tbc.

Terpopuler

Comments

Linda Motia

Linda Motia

Aku hadirnyicil bacany biar ga penasaran

2022-10-14

0

Miss GH

Miss GH

Hello All, jangan bosen tuk intip cerita baru Author ya.

2022-10-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!