AKAD KILAT

“Saya terima nikahnya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai,” ucap Faaz dengan lantang.

Sah!

“Kalian berdua sekarang sudah resmi menjadi pasangan suami-istri, sekarang mari saling bertukar cincin.”

Faaz menghela nafas lega, ia kemudian meraih sebuah cincin pernikahan dan memasangkannya di jari manis Mey, begitu pula dengan Mey yang juga melakukan hal sama.

Malam ini Mey, sudah resmi menjadi istri dari Fawaz Ardhan Jhonson ( Faaz ). Tidak ada dekorasi yang mewah, semuanya sangat sederhana dan pernikahan tersebut juga hanya dihadiri kedua belah pihak keluarga inti saja.

Mey menarik nafas dalam, tidak pernah terbayangkan olehnya bahwa ia akan menikah secepat ini, bahkan tanpa persiapan yang matang dan yang lebih parah lagi Mey menikah dengan lelaki yang begitu asing baginya.

Jika bukan mengingat ini semua adalah wasiat terakhir sang ayah, pasti Mey tak akan pernah menyetujui perjodohan ini.

***

“Mey, sekarang kamu sudah menjadi istrinya nak Faaz, kamu harus menuruti semua perkataan suami mu ya,” ucap Citra pada putri semata wayangnya itu.

Mey, mengangguk paham, tak ada wajah bahagia sedikit pun dari dalam diri Mey, sampai akhirnya Faaz datang menghampiri Mey dan juga Citra yang saat ini sudah menjadi ibu mertuanya.

“Bu, Faaz dan Mey akan pergi sekarang.”

“Baiklah nak, baju-baju Mey juga sudah siap, tinggal di masukan kedalam bagasi mobil.”

Mey terperanjat, ia menatap bergantian kearah sang ibu dan juga Faaz -- suaminya.

“Tunggu dulu memang kita mau kemana?” tanya Mey.

“Pulang,” jawab Faaz tanpa ragu.

“Pulang kemana?”

“Ya pulang ke rumah kita, kamu sekarang kan sudah menjadi istriku, itu artinya kamu harus ikut tinggal bersama ku,” jelas Faaz.

Namun dengan cepat Mey langsung menggelengkan kepalanya.

“Tidak! aku tidak mau, rumahku di sini dan aku tidak akan pergi ke manapun,” Mey beralih mendekati Dewi dan bersembunyi di belakang tubuh ibunya.

Melihat tingkah sang istri, Faaz hanya bisa menghela nafas.

“Tidak bisa Mey, kamu akan tinggal bersamaku. Aku sudah menyiapkan rumah untuk kita berdua,” sambung Faaz.

Namun Mey sama sekali tak perduli, Mey tidak ingin pergi dari rumahnya dan meninggalkan sang ibu seorang diri. Mey tak mau!

“Mey sayang, tadi kan ibu sudah bilang, kamu harus menuruti semua perkataan nak Faaz karena sekarang dia adalah suami mu,” ucap ibu.

“Tapi Mey gak mau ninggalin ibu, Mey mau tetap di sini,” jawab Mey yang bahkan terlihat menangis.

Bagi Mey, ini semua terlalu mendadak, ia harus menikah dengan lelaki yang tak begitu ia kenali. Dan sekarang Mey juga harus tinggal di tempat yang lain, Mey harus meninggalkan rumahnya—tempat dimana ia tumbuh besar dan tempat yang menyimpan sejuta memori kenangan.

“Mey sayang tidak sama ibu?” sambung Citra bertanya.

Mey menganggukkan kepalanya, “Iya bu, Mey sayang sama ibu.”

“Kalau Mey sayang sama ibu, sekarang Mey harus menurut apa pun yang nak Faaz katakan.”

“Tapi bu—”

“Mey gak perlu merasa takut dan khawatir, karena nak Faaz pasti bisa menjaga Mey dengan baik,” ungkap Dewi sembari menyentuh lembut wajah Mey.

Mey kembali menghela nafas, ia pun kemudian beralih menatap Faaz, Mey tak punya pilihan apapun selain ikut dengan lelaki itu.

“Ayo Mey," ucap Faaz seraya meraih lembut telapak tangan sang istri, Faaz membawa Mey berjalan menuju pintu keluar rumah.

Namun Mey sama sekali tak berhenti menoleh menatap kearah ibunya, Mey berharap sang ibu memanggil dan memintanya untuk tetap berada di sana.

Namun bahkan sampai pandangan Mey menghilang dari ibunya, sang ibu sama sekali tak mencoba untuk menahan kepergiannya.

Sakit! ini sungguh menyakitkan bagi Mey! baru saja ia kehilangan ayah yang paling dia sayangi, dan sekarang Mey justru harus tinggal terpisah dengan ibunya.

Entah takdir macam apa ini, Mey, merasa semuanya tak adil, dan Mey mulai membenci kehidupannya sendiri.

Sepanjang perjalanan menuju kediamannya yang baru, Mey hanya termangu sembari menatap kearah luar jendela mobil, Faaz yang tengah mengemudi di sebelahnya juga tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Suasana begitu dingin di antara mereka berdua, jika biasanya pasangan pengantin baru akan sangat berbahagia di hari pernikahannya, namun tidak bagi Mey.

“Meyra, kamu gak perlu sedih, kamu masih bisa berkunjung ke rumah ibu kapan pun itu,” ucap Faaz yang berusaha untuk memecahkan keheningan diantara mereka berdua.

Mey tersenyum miring, ia menatap sinis kearah suaminya tersebut.

“Pak dokter itu gak ngerti bagaimana perasaan saya,” ucap Mey.

“Saya mengerti kamu merasa sedih karena harus tinggal terpisah dengan ibu kamu, iyakan?”

“Bukan cuma itu!”

“Lalu, apa lagi?”

“Saya merasa terpuruk memikirkan bagaimana saya harus menghabiskan sisi hidup saya bersama dengan bapak, disaat semua teman-teman saya sedang sibuk mencari universitas terbaik tempat mereka akan kuliah, tapi saya apa? saya justru harus terperangkap dalam pernikahan seperti ini!”

Srettttttttt!

Faaz menginjak pedal rem secara spontan, tatapannya kemudian beralih kearah Mey.

Tatapan yang begitu serius, tajam dan sangat menusuk!

“Dengar ya, sebelum akad nikah tadi terjadi, saya juga sudah bicara matang-matang sama kamu, kamu sendiri yang akhirnya mau menikah dengan saya, tapi sekarang kamu justru bertingkah seolah-olah saya ini adalah penjahat yang sedang menculik kamu, kamu merasa seperti wanita paling teraniaya. Lain kali, kalau bicara itu pakai otak! sekali lagi kamu bersikap seperti ini saya gak segan-segan untuk bertindak tegas, mengerti?”

Dep!

Meyra termangu, ia tak menduga jika Faaz bisa bicara sekasar ini padanya.

Sangat menyebalkan! bahkan belum genap satu hari mereka menjadi sepasang suami-istri, tapi Faaz sudah menyakiti perasaan Meyra.

Ini juga salah Mey, kenapa dia tiba-tiba berubah pikiran dan memilih menyetujui pernikahan ini, padahal sebelumnya Mey sudah menolak, oh astaga bagaimana hidup Mey nantinya, jika dari awal saja sudah seperti ini.

Mobil yang dikemudikan oleh Faaz akhirnya sampai di salah satu komplek perumahan elit kawasan Kota.

Mey dengan kasar membuka sabuk pengaman yang terlingkar di tubuhnya lalu beranjak turun dari dalam mobil.

Mey belum bisa melupakan ucapan kasar yang beberapa waktu lalu Faaz lontarkan padanya, Mey, merasa begitu kesal, jika mungkin rasanya Mey ingin berpisah saja dengan lelaki itu malam ini juga.

Sementara itu, Faaz sendiri terlihat menurunkan koper baju dari dalam bagasi mobil, Faaz lalu berjalan mendekati Mey.

“Ini rumah kita, ayo masuk!” ajak Faaz dengan nada suara yang begitu dingin.

Faaz kemudian berjalan mendahului Mey sembari menarik koper, di saat yang bersamaan pula, pintu rumah terbuka, memperlihatkan seorang wanita parubaya dengan setelan baju pelayan datang menyambut.

“Selamat datang tuan dan nyonya,” sapa hangat pelayan tersebut.

Faaz membalasnya dengan senyuman manis, ia kemudian menoleh menatap Mey.

“Mey, perkenalkan ini bibi Arum yang akan mengurus semua keperluan rumah,” sambung Faaz.

Meyra hanya mengangguk kilas, ia dengan bibi Arum saling berjabat tangan sebagai bentuk perkenalan.

Tidak ingin menunggu lama, mereka semua pun bergegas masuk kedalam rumah. Sorot mata Mey, menyapu setiap sudut rumah yang begitu elegan, tidak terlalu besar, namun tidak terlalu kecil pula.

Semua furniture yang ada di dalamnya tampak baru dan mengikuti trend gaya rumah masa kini, bisa ditebak bahwa pasti rumah ini baru saja selesai dibangun.

“Kamar kita ada di lantai atas,” ucap Faaz yang berhasil membuyarkan lamunan Mey.

“Ka—kamar kita?” Meyra mengangkat kedua alisnya.

Tanpa ragu, Faaz langsung mengangguk.

“Iya.”

“Maksud kamu kita sekamar gitu?”

“Tentu saja, kamu lupa aku ini siapa? aku kan suami kamu, ya sudah sekarang ayo ke kamar!” ajak Faaz.

Tbc.

Terpopuler

Comments

Maria Ozawa

Maria Ozawa

aku baca lagi mulai semangat up! nanti kalau dah banyak aku marathon 😁

2022-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!