Sukses Setelah Di Hina
Setiap hari di lalui oleh sindy sebagai ibu rumah tangga biasa
bangun pagi seperti pagi ini l, sindy sudah terbangun sebelum azan subuh berkumandang.
melaksanakan salat malam, selesai melaksanakan salat malam sindy gegas merendam cucian dan melanjutkan mencuci.
azan berkumandang bergegas sindy mandi selesai mandi membangunkan Adam untuk salat di mushola terdekat.
"emas bangun udah waktunya salat subuh??" sindy menggoyangkan badan suaminya
"hmm iya dek"!!! Adam bergegas bangun mandi berpakaian dan mengambil wudu lalu berjalan ke luar untuk pergi ke musolah yang tidak jauh dari rumah mereka.
Selesai sindy melaksanakan salat subuh, dia pergi ke halaman belakang untuk menjemur pakaian, menyapu rumah membersihkan dan merapihkan kamar.
pagi sekali semua pekerjaan rumah Sudah sindy beres, karena pagi ini dia tahu akan datang ibu mertua. tercinta bila pagi ini pekerjaan rumah belum selesai, sudah di pastikan ibu mertua akan mengomentari pekerjaannya yang hanya sebagai ibu rumah tangga.
Adam sudah kembali dari Mushola, sedangkan sindy sedang memasak nasi goreng & telur ceplok.
"Assalamu'alaikum adek wangi sekali masakanmu emas jadi lapar??" Adam tersenyum sambil mengelus perut
"waalaikumsalam iya emas sudah pulang? ayo kita sarapan dahulu!!" Sindy mengambil piring, mengisinya dengan nasi dan telur.
"ini emas"!!! sambil menyodorkan piring yang sudah terisi
mereka makan berdua dalam keadaan sunyi karena sudah terbiasa ketika makan tidak berbincang.
Selesai sarapan sindy langsung mencuci piring yang kotor agar rumah selalu rapi dan bersih, selesai mencuci piring sindy sengaja menunggu tukang sayur di halaman rumah sambil menyiram tanaman.
yuuurrr
Sayurrr...
Sayuuurrr Teriak tukang sayur
Bergegas sindy menantikan keran dan menghampiri tukang sayur
memilah dan memilih bahan makanan untuk makan siang & makan malam nanti.
"Bang beli ayam 1 kilo, sayur popai serta tahu & tempe. totalnya nya jadi berapa bang" sindy sambil mengambil yang di sebutkan tadi
"Ini totalnya 60 ribu mba"!!! Tukang sayur memasukan semua belanjaan sindy ke dalam plastik.
"ini uangnya bang makasih ya"!! menyerahkan uangnya dan mengambil belanjaanya dari tukang sayur.
Karena hari ini sindy berbelanja lebih awal belum banyak ibu ibu kompleks yang berbelanja, jadi dia lebih leluasa untuk berbelanja dan memilih sayur serta lauk yang akan di masak hari ini.
Jika ada ibu ibu sudah di pastikan akan ada ibu mertua tercinta, yang selalu merecoki.
Setelah berbelanja sayur sindy bergegas mencuci ayam, memotong tempe dan memetik bayam.
Ketika sindy sedang asyik menyiapkan menu untuk makan siang nanti, Adam datang menghampirinya
"Dek emas berangkat kerja dahulu" Adam berjalan menghampiri sindy.
"Iya emas hati hati" mencium punggung tangan suaminya,
seraya berkata dalam hati "semoga lelah mu jadi berkah emas"
Selepas kepergian Adam dari rumah, tak lama ibu mertua tercinta datang
Tokk...
Tok...
Tok...
"Sindy ibu minta lauk nasi, kata bang Mamat kamu tadi belanja banyak" sambil nyelonong masuk ke dalam rumah,
"Iya Sebentar, Bu. Biar Ibu duduk dahulu. Aku akan masukkan ke kertas nasi," sahutku. "Bu, mending di sana depan TV, ada cemilan kesukaan Ibu." Dengan cekatan, Ibu menuju ruang TV.
Dengan leluasa aku memasukkan nasi, sayur dan tempe ke dalam kertas nasi. Aku menggoreng ayam dahulu!! Ku Tambahkan juga garam serta gula, biar rasa sayurnya tak karuan. Biar Ibu diprotes tukangnya nanti. Ke depan paling Ibu takkan mau minta makanan kepadaku lagi.
"Sudah belum, sindy?" Ibu datang dengan mulut penuh makanan.
"Sudah, Bu."
"Ya udah, Ibu minta tolong. Kamu belikan telornya, dua potong saja," katanya.
Apa? Aku juga yang harus beli ke warteg? Dikira Ibu yang bakal pergi. Ya sudah, aku tolong kali ini.
"Mana uangnya, Bu?"
"Ya Allah, sindy. Cuma dua potong paling delapan ribu. Kamu pelit sangat," katanya.
Mulai lagi. Aku lagi. Ibu benar-benar keterlaluan, pelit bin medit. Tak mau mengeluarkan uang dan tenaga.
"Baik Bu."
Aku pergi ke warteg yang jaraknya lumayan. Di sana adanya telur bulat. Ku Beli satu buah saja, minta dipotong dua.
Setelah tiba di rumah, kumasukkan telur sepotong ke dalam masing-masing kertas nasi.
"Bu, ini sudah selesai."
"Baiklah. Oke, Ibu pulang dahulu, ya!" katanya.
"Iya, Bu."
Akhirnya Ibu pulang tanpa mengucapkan terima kasih kepadaku. Benar-benar tak ada penghargaan kepadaku. Biarlah, aku kan mengadukan pada emas Adam.
Semoga yang kulakukan pada Ibu bisa jadi pembelajaran buatnya karena Ibu selalu mengandalkan ku. Padahal aku sudah ceritakan keadaan yang sebenarnya.
daripada pusing, ku baca-baca cerita yang ada di platform daring rekomendasi Mirna. Termasuk cerita yang dibuat Mirna. Namun, ada bab-bab yang terkunci. Aku tak bisa membukanya.
Kutanyakan pada Mirna melalui pesan di aplikasi hijau. Mirna mengatakan kalau aku harus mengisi koin terlebih dahulu. dia mengajarkanku sampai akhirnya aku dapat koin.
[Terima kasih ya, Mir. Aku sudah bisa membuka bab terkunci sekarang.]
[Sama-sama. Senang bisa membantu.]
Asyiknya membaca novel. Ada cerita yang mirip dengan kehidupanku, ada juga cerita mengharukan. Tetiba air mataku menetes saat membaca cerita Mirna yang mengharukan.
Saat aku terisak, pintu depan dibuka oleh seseorang. Mbak Anggi datang dengan tergesa-gesa, mata membulat dan dengan napas tersengal.
"Ada apa, Mbak?"
"Kamu mau meracuni Ibu?" dia menambah oktaf suaranya.
"Maksudnya bagaimana, Mbak?"
"Kamu jangan pura-pura tidak tahu. Kamu beri sayur yang rasanya tidak karuan. Belum lagi, pedas. Perut Ibu panas dan ke belakang terus. Belum lagi, ngasih telur ke tukang cuma sepotong. di mana hati nurani kamu? Mau tega ya sindy!" Dengan berapi-api Mbak Anggi memarahiku.
Enak sekali dia datang langsung marah-marah. ke mana saja dia tadi? mengapa tidak dia yang mengerjakan apa yang diminta Ibu? Kapan dia melakukan sesuatu untuk Ibu? Setiap hari mereka berdua yang menghabiskan makanan serta meminjam uangku. Apa aku tidak muak?
"Mbak, maaf ya. Aku sudah jelaskan pada Ibu kalau aku sudah tak ada uang. tetapi Ibu tak mengerti dan ingin masakanku serta dibelikan telurnya juga. Harusnya giliran Mbak Anggi karena suamiku yang sudah membiayai renovasinya sehingga jatah bulananku dikurangi oleh emas Devan."
Akhirnya aku bisa bicara pada Mbak Anggi setelah selalu diam jika dia dan Ibu datang dan bicara macam-macam kepadaku. Kali ini aku tak mau diinjak-injak olehnya. Walaupun aku menantu, aku juga punya perasaan. Aku sudah muak dengan kelakuan mereka.
"Oh, jadi kamu perhitungan sekarang? Wah, kasihan sekali ya Adam punya istri yang seperti kamu. Perhitungan pada Ibu dan aku. Kamu kalau tidak ikhlas bilang saja. Biar besok-besok aku bilang pada Ibu tak usah ke sini lagi." Mbak Anggi marah dan tak terima dengan ucapanku.
"Ya dong. utang Mbak dan Ibu saja yang tadinya mau emas Adam bayar, jadinya tidak dibayar. Belum lagi, aku harus bisa menghemat uang sebulan ini karena emas Adam hanya memberiku sejuta. Mbak harusnya paham dan mengerti keadaanku," jelasku. Aku tak mau ada kebohongan. Semua harus dibuka agar mereka tahu.
"Kasian sekali kamu. Itulah akibat menantu yang tidak ikhlas pinjemin ke mertua. Akhirnya dibales sama Adam. Ah, aku puas denger ini. Semoga bulan depan pun jatahmu segitu, biar Ibu yang menjadi prioritas emas Devan," katanya.
Astaghfirullah. Mbak Anggi malah mensyukuri yang terjadi kepadaku. Ku hela napas, mencoba bersabar dengan kata-kata yang dia keluarkan. Biarlah terserah dia mau berkata apa. Aku hanya ingin mereka tak merecoki kehidupanku saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
IndraAsya
👣👣👣 jejak 💪💪💪😘😘😘
2023-04-09
1