Setiap hari di lalui oleh sindy sebagai ibu rumah tangga biasa
bangun pagi seperti pagi ini l, sindy sudah terbangun sebelum azan subuh berkumandang.
melaksanakan salat malam, selesai melaksanakan salat malam sindy gegas merendam cucian dan melanjutkan mencuci.
azan berkumandang bergegas sindy mandi selesai mandi membangunkan Adam untuk salat di mushola terdekat.
"emas bangun udah waktunya salat subuh??" sindy menggoyangkan badan suaminya
"hmm iya dek"!!! Adam bergegas bangun mandi berpakaian dan mengambil wudu lalu berjalan ke luar untuk pergi ke musolah yang tidak jauh dari rumah mereka.
Selesai sindy melaksanakan salat subuh, dia pergi ke halaman belakang untuk menjemur pakaian, menyapu rumah membersihkan dan merapihkan kamar.
pagi sekali semua pekerjaan rumah Sudah sindy beres, karena pagi ini dia tahu akan datang ibu mertua. tercinta bila pagi ini pekerjaan rumah belum selesai, sudah di pastikan ibu mertua akan mengomentari pekerjaannya yang hanya sebagai ibu rumah tangga.
Adam sudah kembali dari Mushola, sedangkan sindy sedang memasak nasi goreng & telur ceplok.
"Assalamu'alaikum adek wangi sekali masakanmu emas jadi lapar??" Adam tersenyum sambil mengelus perut
"waalaikumsalam iya emas sudah pulang? ayo kita sarapan dahulu!!" Sindy mengambil piring, mengisinya dengan nasi dan telur.
"ini emas"!!! sambil menyodorkan piring yang sudah terisi
mereka makan berdua dalam keadaan sunyi karena sudah terbiasa ketika makan tidak berbincang.
Selesai sarapan sindy langsung mencuci piring yang kotor agar rumah selalu rapi dan bersih, selesai mencuci piring sindy sengaja menunggu tukang sayur di halaman rumah sambil menyiram tanaman.
yuuurrr
Sayurrr...
Sayuuurrr Teriak tukang sayur
Bergegas sindy menantikan keran dan menghampiri tukang sayur
memilah dan memilih bahan makanan untuk makan siang & makan malam nanti.
"Bang beli ayam 1 kilo, sayur popai serta tahu & tempe. totalnya nya jadi berapa bang" sindy sambil mengambil yang di sebutkan tadi
"Ini totalnya 60 ribu mba"!!! Tukang sayur memasukan semua belanjaan sindy ke dalam plastik.
"ini uangnya bang makasih ya"!! menyerahkan uangnya dan mengambil belanjaanya dari tukang sayur.
Karena hari ini sindy berbelanja lebih awal belum banyak ibu ibu kompleks yang berbelanja, jadi dia lebih leluasa untuk berbelanja dan memilih sayur serta lauk yang akan di masak hari ini.
Jika ada ibu ibu sudah di pastikan akan ada ibu mertua tercinta, yang selalu merecoki.
Setelah berbelanja sayur sindy bergegas mencuci ayam, memotong tempe dan memetik bayam.
Ketika sindy sedang asyik menyiapkan menu untuk makan siang nanti, Adam datang menghampirinya
"Dek emas berangkat kerja dahulu" Adam berjalan menghampiri sindy.
"Iya emas hati hati" mencium punggung tangan suaminya,
seraya berkata dalam hati "semoga lelah mu jadi berkah emas"
Selepas kepergian Adam dari rumah, tak lama ibu mertua tercinta datang
Tokk...
Tok...
Tok...
"Sindy ibu minta lauk nasi, kata bang Mamat kamu tadi belanja banyak" sambil nyelonong masuk ke dalam rumah,
"Iya Sebentar, Bu. Biar Ibu duduk dahulu. Aku akan masukkan ke kertas nasi," sahutku. "Bu, mending di sana depan TV, ada cemilan kesukaan Ibu." Dengan cekatan, Ibu menuju ruang TV.
Dengan leluasa aku memasukkan nasi, sayur dan tempe ke dalam kertas nasi. Aku menggoreng ayam dahulu!! Ku Tambahkan juga garam serta gula, biar rasa sayurnya tak karuan. Biar Ibu diprotes tukangnya nanti. Ke depan paling Ibu takkan mau minta makanan kepadaku lagi.
"Sudah belum, sindy?" Ibu datang dengan mulut penuh makanan.
"Sudah, Bu."
"Ya udah, Ibu minta tolong. Kamu belikan telornya, dua potong saja," katanya.
Apa? Aku juga yang harus beli ke warteg? Dikira Ibu yang bakal pergi. Ya sudah, aku tolong kali ini.
"Mana uangnya, Bu?"
"Ya Allah, sindy. Cuma dua potong paling delapan ribu. Kamu pelit sangat," katanya.
Mulai lagi. Aku lagi. Ibu benar-benar keterlaluan, pelit bin medit. Tak mau mengeluarkan uang dan tenaga.
"Baik Bu."
Aku pergi ke warteg yang jaraknya lumayan. Di sana adanya telur bulat. Ku Beli satu buah saja, minta dipotong dua.
Setelah tiba di rumah, kumasukkan telur sepotong ke dalam masing-masing kertas nasi.
"Bu, ini sudah selesai."
"Baiklah. Oke, Ibu pulang dahulu, ya!" katanya.
"Iya, Bu."
Akhirnya Ibu pulang tanpa mengucapkan terima kasih kepadaku. Benar-benar tak ada penghargaan kepadaku. Biarlah, aku kan mengadukan pada emas Adam.
Semoga yang kulakukan pada Ibu bisa jadi pembelajaran buatnya karena Ibu selalu mengandalkan ku. Padahal aku sudah ceritakan keadaan yang sebenarnya.
daripada pusing, ku baca-baca cerita yang ada di platform daring rekomendasi Mirna. Termasuk cerita yang dibuat Mirna. Namun, ada bab-bab yang terkunci. Aku tak bisa membukanya.
Kutanyakan pada Mirna melalui pesan di aplikasi hijau. Mirna mengatakan kalau aku harus mengisi koin terlebih dahulu. dia mengajarkanku sampai akhirnya aku dapat koin.
[Terima kasih ya, Mir. Aku sudah bisa membuka bab terkunci sekarang.]
[Sama-sama. Senang bisa membantu.]
Asyiknya membaca novel. Ada cerita yang mirip dengan kehidupanku, ada juga cerita mengharukan. Tetiba air mataku menetes saat membaca cerita Mirna yang mengharukan.
Saat aku terisak, pintu depan dibuka oleh seseorang. Mbak Anggi datang dengan tergesa-gesa, mata membulat dan dengan napas tersengal.
"Ada apa, Mbak?"
"Kamu mau meracuni Ibu?" dia menambah oktaf suaranya.
"Maksudnya bagaimana, Mbak?"
"Kamu jangan pura-pura tidak tahu. Kamu beri sayur yang rasanya tidak karuan. Belum lagi, pedas. Perut Ibu panas dan ke belakang terus. Belum lagi, ngasih telur ke tukang cuma sepotong. di mana hati nurani kamu? Mau tega ya sindy!" Dengan berapi-api Mbak Anggi memarahiku.
Enak sekali dia datang langsung marah-marah. ke mana saja dia tadi? mengapa tidak dia yang mengerjakan apa yang diminta Ibu? Kapan dia melakukan sesuatu untuk Ibu? Setiap hari mereka berdua yang menghabiskan makanan serta meminjam uangku. Apa aku tidak muak?
"Mbak, maaf ya. Aku sudah jelaskan pada Ibu kalau aku sudah tak ada uang. tetapi Ibu tak mengerti dan ingin masakanku serta dibelikan telurnya juga. Harusnya giliran Mbak Anggi karena suamiku yang sudah membiayai renovasinya sehingga jatah bulananku dikurangi oleh emas Devan."
Akhirnya aku bisa bicara pada Mbak Anggi setelah selalu diam jika dia dan Ibu datang dan bicara macam-macam kepadaku. Kali ini aku tak mau diinjak-injak olehnya. Walaupun aku menantu, aku juga punya perasaan. Aku sudah muak dengan kelakuan mereka.
"Oh, jadi kamu perhitungan sekarang? Wah, kasihan sekali ya Adam punya istri yang seperti kamu. Perhitungan pada Ibu dan aku. Kamu kalau tidak ikhlas bilang saja. Biar besok-besok aku bilang pada Ibu tak usah ke sini lagi." Mbak Anggi marah dan tak terima dengan ucapanku.
"Ya dong. utang Mbak dan Ibu saja yang tadinya mau emas Adam bayar, jadinya tidak dibayar. Belum lagi, aku harus bisa menghemat uang sebulan ini karena emas Adam hanya memberiku sejuta. Mbak harusnya paham dan mengerti keadaanku," jelasku. Aku tak mau ada kebohongan. Semua harus dibuka agar mereka tahu.
"Kasian sekali kamu. Itulah akibat menantu yang tidak ikhlas pinjemin ke mertua. Akhirnya dibales sama Adam. Ah, aku puas denger ini. Semoga bulan depan pun jatahmu segitu, biar Ibu yang menjadi prioritas emas Devan," katanya.
Astaghfirullah. Mbak Anggi malah mensyukuri yang terjadi kepadaku. Ku hela napas, mencoba bersabar dengan kata-kata yang dia keluarkan. Biarlah terserah dia mau berkata apa. Aku hanya ingin mereka tak merecoki kehidupanku saja.
"Hmmm ya mba, tolong ya mba biasakan ucap Assalammualaikum jika mau berbicara, jangan di jadikan kebiasaan mba langsung nyerocos saja"
"Iya maaf tadi Mba kebawa emosi" sambil mencebikan bibir
"Memang masakan sindy mengapa lagi mba??" Tanya Adam dengan hati hati, ya karena Adam tahu betul apa yang di inginkan Anggi yaitu uang.
"tanyakan saja kepada istrimu itu???" Lalu menutup telepon
Tut
Tut
Tut
Panggilan terputus
hmmm Adam menghela napas dengan kasar, seraya bergumam
"Kapan kalian akur aku sudah lelah, melihat istriku yang tersiksa lahir dan batin tetapi apa daya aku pun tidak bisa berkata tegas kepada ibu takut menyakiti hatinya"
#Di rumah ibu mertua
"Anggi kamu sudah bilang sama Adam apa yang sudah terjadi dengan masakan sindy pagi ini" seraya duduk di sopa mahal kesayangannya.
"Iya udah Bu paling nanti Sindy bakalan di marahi habis habisan oleh Adam, secara Adam kn sayang sangat sama ibu" sambil memakan camilan
"Baiklah bagus, kamu memang bisa di andalkan ya sudah sekarang kita pergi keluar yuk"
"ke mana Ibu" seraya merapihkan baju dan mengambil dompet yang tergelatak di atas meja
"Kita pergi ke rumah Ibu Alma mengadukan semua kelakuan putrinya,"
"janganlah Bu yang ada nanti malahan berantem hebat dan Adam tidak akan mau memberi uang yang selalu ibu minta" mohon Anggi kepada ibunya.
"Lebih baik kita ke mall saja, aku baru padat uang transferan dari emas Devan"
seraya menunjukkan isi dompet kepada ibu, berjajar uang pecahan seratus dan lima puluh ribu, ya uang itu Adalah uang dari Devan suami, Anggi yang selama Ini bekerja di luar kota, dan pulang hanya 2 bulan sekali.
"Wah berapa nominal uang yang di berikan Devan" mata Ibu Ningsih berbinar seraya melihat dompet Anggi begitu tebal
"Seperti biasa Bu 4 juta untukku dan 4 juta untuk ibu" sambil menyodorkan uang.
Gegas mereka pergi ke mall
Di rumah Sindy
"Aku sudah lelah dengan semua, perlakuan keluarga suamiku sepertinya hari ini, Sebaiknya aku melanjutkan menulis siapa tahu bisa seperti mirna" gumam sindy
Sindy melanjutkan menulis beberapa bab & jadilah sebuah 1 novel yang terdiri dari 3 bab, Karen hari ini dia tidak memiliki kegiatan lain.
Jam menunjukkan pukul 12 : 30 wib tidak terasa sudah waktunya salat, bergegas sindy salat Dzuhur. Setelah melaksanakan salat
"sebaiknya aku mengangkat jemuran di belakang" gumam sindy, sambil melipat mungkena dan menaruh di tempatnya.
Sindy berjalan lewat pintu belakang, mengangkat jemuran lalu masuk kembali ke dalam & melipat beberapa pakainya.
Karena sebentar lagi Adam pulang kerja, Sindy lanjut memasak. menggoreng Ayam yang sudah di ungkep, di lanjutkan menggoreng tahu & tempe.
Dan tidak lupa membuat sambal & memasak sayur Poppay, semua makanan sudah terhidang di meja makan.
Sindy lanjutkan menyapu rumah Lalau mandi dan menunggu Suami tercintanya pulang.
#Di kantor Adam
Semua pekerjaan sudah selesai bergegas, merapihkan meja dan ke luar ruangannya menuju parkiran karena sudah waktunya pulang kerja.
Adam mengendarai sepeda motor butuh waktu 35 menit menuju rumahnya.
Iya rumah yang dibangun di atas tanah milik keluarga Sindy, Adam membangun rumah itupun atas permintaannya Ibu Alma ibu mertuanya Adam.
dibangun dari uang tabungan Sindy & kekurangannya di bantu oleh ibu Sindy.
Karena hal itulah ibu mertua merasa tersaingi dan meminta merenovasi rumahnya.
#Di mall
Anggi dan ibu sedang memilih beberapa baju dan tas, semua harus senada dari warna hingg model yang benar benar elegant.
"Ibu aku sudah puas berbelanja, hari ini aku tidak membeli banyak barang karena aku ingin investasikan uangku di perhiasan" ucap Anggi, dia hanya memilih 1 pasang baju dan sebuah tas.
"Oh baguslah kalau kamu sudah memikirkan investasi, ibu rasa ibu pun sudah cukup berbelanja hari ini!!!" Mereka berdua menuju kasir untuk membayar semua barang yang di pesan, berbeda dengan Anggi, sang ibu justru memilih pakaian 3 setel dan 2 buah tas.
Total belanja mereka berdua habis satu juta lima ratus.
Karena masih ada sisa uang Anggi mengajak ibu untuk beli perhiasan sebuah cincin & gelang.
Memasuki toko perhiasan memilih masing masing satu buah perhiasan.
"Ibu kita pulang, kita pamer sama sindy biar dia makin iri sama kita"ucap Anggi Sambil memainkan ponsel untuk memesan taksi daring.
"Oke sayang kamu memang cerdas, kita berhenti tepat di depan rumah Sindy saja pasti Adam sudah pulang sekarang sudah waktunya pulang.!!!!"
taksi daring sudah datang
Dari mall menuju rumah Sindy memakan waktu 45 menit
Mereka berdua bercerita layaknya seorang sahabat.
#Di depan rumah Sindy
Baru saja Adam tiba dan baru saja turun dari motor matic kesayangannya.
"Assalamu'alaikum Adek, emas pulang"panggil Adam
"Waalaikumsalam salam iya emas" sahut sindy seraya berjalan ke depan rumah & mencium dengan takzim punggung tangan suaminya.
"Mari masuk emas, sindy bergegas ke dapur menyiapkan kopi untuk suaminya, menaruh di atas meja makan" sudah jadi kebiasaan sindy setiap suaminya pulang menyiapkan kopi & menaruh di meja.
"Iya dek" Adam masuk bergegas mengikuti Sindy ke arah dapur seperti biasa di kala sindy menyiapkan kopi untuk dirinya, Adam bergegas ke kamar mandi untuk mandi & melaksanan salat asar.
selesai salat di kamar Adam kembali ke dapur untuk mengambil kopi dan meminumnya di teras.
Bergantian dengan Sindy melaksanakan salat Asar, Selesai salat mereka berdua bersantai ti teras rumah,
Tidak lama terdengar suara mesin mobil berhenti di depan rumah Sindy.
"Siapa yang datang sore sore begini" batin Sindy!!! .
Tak lama keluarlah ibu mertua & kakak ipar tersayang.
Mereka turun dari mobil dan menenteng belanjaan,
Hmm Adam menghela napas kasar, tanpa di beritahu oleh mertuanya Adam bergegas menghampiri taksi yang di tumpangi keduanya.
Di depan pintu pengemudi Adam bertanya kepada sopir tadi
"Berapa ongkosnya bang" kata Adam dengan lirih
"Semuanya 70 ribu pak"
Adam mengambil uang dalam dompet yang di saku celana belakang menyerahkan uang pas
"Makasih pak" kata sopir taksi dengan ramah seraya tersenyum
"Sama sama bang" sahut Adam yang tak kalah ramah.
Mereka ber empat berkumpul di depan teras rumah,
"Nah gitu dong Adam ga harus ibu pinta udah peka bayarin ongkos" seraya mencebik kan bibirnya.
"Oh tentu Bu pasti anak ibu ini selalu peka, karena dia tidak mau ibu tercinta menanggung malu" balas Anggi
"Duh Mba udah deh jangan mulai, aku tahu maksud mba ke sini pasti mau minta uang lagian" balas Adam seraya menaikan satu oktaf nada bicaranya.
Karena Adam masih merasa jengkel dengan ke dua wanita di depannya. tetapi beliau tidak bisa melakukan apa apa karena satu sisi mereka adalah keluarganya, dan di sisi lain ada istri yang Harus dia bahagiakan.
Sindy diam saja malas menanggapi kelakuan kakak ipar & ibu mertuanya.
Anggi dan Ibu pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih.
setelah kepergian mereka Sindy & Adam masuk ke dalam rumah
Bersambung...
Karena Adam masih merasa jengkel dengan ke dua wanita di depannya. tetapi beliau tidak bisa melakukan apa apa karena satu sisi mereka adalah keluarganya, dan di sisi lain ada istri yang Harus dia bahagiakan.
Sindy diam saja malas menanggapi kelakuan kakak ipar & ibu mertuanya.
"Sudah Anggi bukanya kamu berterimakasih kepada adikmu ini, malah membuat kekacauan" ibu menaikan nada suaranya satu oktaf
"oke Bu aku Akan diam dan tidak akan mengganggu mereka lagi, asalkan tidak ada lagi rasa sayur yang tidak karuan!!!" Membalas ucapan ibu dengan nada lebih tinggi.
Sindy makin lama makin geram Diamnya dia tidak di hargai, oleh Anggi yang statusnya Kakak ipar.
"Bu & mbak Anggi jika kalian masih ingin berdebat soal sayur yang di masak istriku, tidak karuan rasanya, mulai sekarang kalian tidak usah datang untuk meminta lauk nasi" Geram Adam
"Alhamdulillah akhirnya emas Adam mengatakan hal ini juga" Batin Sindy
"Oke ibu tidak akan meminta lauk lagi ke rumah kamu Adam asal ibu dapat jatah uang bulanan yang lebih besar lagi, contoh saja kakak iparmu Devan. Dia tidak segan segan memberi uang untuk Ibu!!! Anggi ayo kita pulang" seraya berjalan ke depan gank dan menuju gank sebelah rumah untuk menuju rumahnya.
Setelah kepergian ibu & mbak Anggi, Sindy dan Adam juga masuk ke dalam rumah karena sebentar lagi azan magrib berkumandang.
Menunggu azan magrib sindy menonton televisi, siaran ikan terbang seraya diam dan melamun.
"Lagi lagi masalah uang padahal bulan ini terakhir membayar cicilan untuk membangun rumah ibu, baru saja aku akan meminta uang bulanan yang lebih besar. tetapi apa daya justru malah ibu lebih dahulu memintanya" Batin sindy
"dek"
"Eh iya emas ada apa?""
"emas perhatiin kamu dari tadi bengong saja mikirin apa, ucapan ibu gx usah di pikirin nanti emas cari jalan keluarnya" seraya mengelus lembut kepada Sindy
"Iya emas!!! Aku mau nyoba jualan daring lagi ???" sebenernya Aku ragu untuk meminta izin tetapi kalau tidak begitu, mana mungkin dia bisa memiliki penghasilan sendiri.
"Oke boleh dek tetapi kamu jangan terlalu capai ya" ini Ada uang modal sebesar 600 ribu" mengeluarkan uang di dalam dompet
"Alhamdulillah makasih emas" mengucapkan syukur dan tersenyum
Azan berkumandang
aku bergegas mengambil wudu untuk salat magrib begitupun dengan Adam suaminya.
Mengambil wudu dan berjalan keluar menuju musolah.
Selesai salat Sindy melipat kembali mungkena dan keluar kamar menuju dapur menyiapkan untuk makan malam, sambil menunggu kepulangan Adam dari Mushola. Sindy mencoba membuka handphonenya kembali menulis novel, Melanjutkan beberapa bab lagi untuk menulis.
Tokk...
Tokkk....
Tokkk.......
"Assalamu'alaikum dek" membuka pintu rumah
Ceklek
"Waalaikumsalam salam emas" mencium punggung suaminya
"Kita langsung makan malam saja emas???"
"Iya ayok Dek emas juga sudah lapar" berjalan beriringan menuju dapur
Selesai makan mencuci piring.
Sambil menunggu azan isya berkumandang
Aku iseng membuka hp untuk kembali melanjutkan menulis tidak terasa sudah jadi satu buah novel.
Azan kembali berkumandang
kali ini Adam melaksanakan salat di rumah seraya berjamaah dengan istrinya.
selesai salat seperti biasa mereka akan membaca mushaf, sebentar, lalu di lanjutkan tidur.
keesokan paginya Aku bangun lebih awal mencuci melaksanakan salat malam mandi, dan menunggu Azan subuh.
"emas bangun sudah waktunya salat" mengguncangkan tubuh suaminya
"hmm iya dek" menguap dan bangun perlahan berjalan menuju kamar mandi.
selesai mandi Adam seperti biasa mengambil wudu dan pergi ke Mushola.
Sindy melaksanakan salat di rumah, Selesai salat menjemur pakaian & membersihkan rumah, pagi ini Sindy tidak membuat sarapan, dia pikir sebaiknya Pagi ini beli saja.
Mohon maaf kalau masih banyak typo.
******
Seperti biasa aku melaksanakan salat di rumah, Selesai salat menjemur pakaian & membersihkan rumah, pagi ini Sindy tidak membuat sarapan, dia pikir sebaiknya Pagi ini beli saja.
Seperti biasa semua pekerjaan Rumah sudah rapi. Adam suaminya sudah kembali dari musolah,
"emas pagi ini badanku tidak enak rasanya kita beli saja ya Sarapannya"
"Oke Dek baik biar emas yang pergi beli, kira beli bubur ayam di pertigaan depan saja ya de"
"oke emas aku ikut saja"
Setelah berganti pakaian Adam bergegas pergi ke depan pengkolan untuk membeli bubur ayam.
# Di tukang bubur
"Bang bubur ayam 4 dibungkus"
"baik emas"
setelah semua pesanan selesai gegas Adam membayar pesanannya
"bang berapa totalnya?" kata Adam Dengan ramah
"total semuanya 28 ribu emas"
setelah Adam membayar semua pesanan di jalan dia bertemu kakanya Anggi. Aku sengaja berhenti dan turun dari sepeda motor untuk menghampiri kakakku!!!
"Kak ini ada bubur ayam Sengaja Aku pesan untuk kakak dan ibu dan ini juga ada sedikit uang untuk Ibu" ku sodorkan uang dan bubur untuknya
"oke terima kasih" Mba anggi mengambil dengan gembira, kembali memutar arah untuk pulang. Adam kembali menaiki sepeda motornya dan melaju menuju rumah
"maaf emas dek emas selalu memberi uang lebih kepada ibu & hanya memberimu satu juta semoga engkau Rido dek,!!!" Batin Adam
Adam sudah tiba kembali di halaman rumah
"Assalamu'alaikum dek ini buburnya ? Dan ini uang 200 ribu itu uang untuk kamu memesan go f*od jangan masak hari ini" menyodorkan semuanya di hadapan Sindy
"oke emas terima kasih"
", yasudah kalau begitu emas akan berangkat kerja dahulu Assalamualaikum"
"Iya emas hati hati di jalan waalaikumsalam"
terdengar deru suaminya motor menjauh, pagi ini semua pekerjaan sudah beres.
aku kembali ke rumah menuju kamar tamu untuk kembali berjualan daring dan live di FB & Ig serta tikt*k karena semua barang jualanku masih ada di ruangan ini.
Selesai berjualan serta live lumayan pagi ini sudah banyak yang membeli beberapa pakaian hingga peralatan rumah tangga.
ku mengemas semua barang pesanan mengabari jasa pengiriman barang untuk menjemput barang ke rumah, terdengar suara deru motor segera ku menghampiri ke depan pintu seraya membawa beberapa paket barang yang akan di kirimkan. kepada para customerku berapa orang ada yang sudah menjadi Reseller ku, setelah mengantarkan barang ke depan.
Aku kembali mencoba menulis sebuah karya untuk di jadikan sebuah novel, di aplikasi ternyata masuk sebuah notifikasi. pendapatku selama ,4 bulan diam diam menjadi penulis masuk sebesar 18 juta
"Alhamdulillah, Subhanallah sungguh ini hasil ku menulis" ucap Sindy dengan mata yang berbinar bahagia.
Di kantor Adam
"Adam nanti siang kita kumpul kumpul yuk udah lama nih ga ngumpul bersama" kata Husen teman kerja sekaligus sahabat dari kecil.
"Oke boleh nanti kita bertemu di kedai kopi depan kantor saja"
"Oke Adam sampai bertemu nanti" kelakar Husen sambil tertawa mengejek Adam
"Kamu ini Husen bisa saja buat orang tertawa" seraya tersenyum
"Yasudah aku lanjutkan dahulu kerja"
Bergegas Adam membuka lembar demi lembar, pekerjaannya tak terasa waktu sudah siang membuatnya bisa beristirahat untuk sekadar mengisi perut. atau bahkan memikirkan keadaan rumah tangganya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!