Curved Irregular

Curved Irregular

Chapter 1 : Asa dan Angan

Lorong kastil yang berdiri megah di atas dataran tinggi itu terasa gelap. Walaupun keadaan di luar cerah berawan, suasana itu seolah dibatasi oleh dinding kastil yang berwarna keabu-abuan.

Suara tapak langkah samar terdengar. Dengan diikuti oleh beberapa pelayan dan pengawal, anak laki-laki itu berusaha menahan agar alas kakinya tidak menimbulkan bunyi-bunyi yang mengganggu ketenangan.

Langkahnya terhenti. Ia merasa seperti sesuatu telah mengganggu perhatiannya. Begitupun dengan para pelayan dan pengawal berzirah ringan, mereka juga berhenti karena memiliki tugas untuk melayani anak laki-laki di hadapan mereka.

Anak laki-laki itu mengadahkan wajahnya kepada jendela yang menampakkan langit biru berawan. Secara kasat mata, terdapat bayangan besar yang wujudnya tersembunyi di balik awan.

"Apakah kalian tahu apakah itu?" Anak laki-laki itu melihatnya dengan keingintahuan yang teramat tinggi.

"Ck." Salah satu pelayan wanita mendecakkan lidah. Itu cukup jelas bahkan hingga anak laki-laki itu dapat dengan jelas mengetahuinya.

"Itu adalah makhluk yang disebut dengan 'Naga,' Tuan Muda."

Pelayan lain menjawab dengan nada ketus walau kata-kata yang ia lontarkan sopan. Dia bertanya-tanya apakah anak laki-laki di depannya tidak pernah mempelajari akal sehat dunia sebelumnya.

Bukan berarti para pelayan benar-benar mengetahuinya. Jika melihat kembali, bayangan itu cukup samar sehingga tidak secara pasti dapat dipastikan apabila bayangan itu merupakan "Naga."

Namun, itu telah menjadi rahasia umum. Tidak ada bayangan yang bersembunyi di angkasa kecuali hal itu merupakan seekor naga. Keberadaan makhluk tersebut juga telah dikonfirmasi, itu bukanlah seperti legenda atau dongeng cerita rakyat karena dunia ini merupakan dunia fantasi dimana terdapat sihir dan kekuatan magis, jika seseorang dari bumi menilai dunia ini secara utuh.

Mata anak laki-laki itu menatap sendu. Dia menyembunyikan itu sehingga tidak dapat disadari oleh orang-orang yang berdiri beberapa langkah di belakangnya.

Light Allain, anak pertama sekaligus pewaris House of Allain, sebuah rumah Count yang berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Corthia.

Bagi ayahnya, Light merupakan pembawa kesialan. Tidak hanya hasil panen yang memburuk semenjak beberapa tahun kelahirannya, tanah-tanah mengering, sungai-sungai juga demikian semakin menyurut setiap tahunnya.

Light tidak hanya tidak disukai oleh ayahnya, namun para pelayan serta para ksatria juga bersikap demikian. Mereka bersikap secara terang-terangan tidak menyukai Light karena perintah ayah Light sendiri, Jade Allain.

Alasan-alasan perekonomian serta hasil panen Wilayah Allain yang memburuk sudah dapat dikatakan cukup bagi mereka untuk membenci Light setelah Jade memberi tahu seluruh petinggi wilayahnya mengenai petaka yang muncul setelah Light lahir.

Keadaan itu berangsur membaik setelah istri kedua Jade melahirkan putra pertamanya, Colin Allain. Baik itu hasil bumi yang buruk maupun kekeringan yang melanda wilayah, semua hal itu seolah membaik seperti sediakala, membuat Jade tahu jika Light adalah anak pembawa petaka di keluarganya.

Saat itu, satu-satunya orang yang memberi Light kasih sayang hanyalah ibunya seorang, Elena Allain, yang selalu menyemangatinya meskipun mendapat cibiran serta perlakuan yang tidak menyenangkan dari lingkungannya.

Akan tetapi, Light harus merasakan kembali kepedihannya. Saat dia masih belia, rumah asal ibunya yang memiliki peringkat marquis sekaligus rumah yang menjadi pelindung bagi Count Allain, House of Renesse, memberontak kepada kaisar dan menyebabkan mereka dieksekusi. Tidak hanya keluarga utama, namun juga seluruh keluarga cabang mereka.

Karena hal ini, Jade semakin membenci Light dan Elena. Dia memohon perlindungan kepada Kaisar agar membebaskan keluarga dan rumahnya dari hukuman meskipun mereka tidak memiliki keterkaitan dengan pemberontakan.

Kaisar tentu mengabulkan permohonan Jade. Tidak mungkin meninggalkan wilayah perbatasan tanpa seorangpun pengurus disaat kerajaan tetangga tengah mempersiapkan kekuatan militernya, walau alasan tersebut tidaklah disadari Jade karena kebodohannya.

Sudah cukup satu alasan bahwa di dalam diri Elena mengalir darah pemberontak hingga menyebabkannya dieksekusi secara diam-diam. Tentu, Kaisar tidak mungkin mengeksekusinya secara publik karena Elena yang tidak lagi terikat secara langsung dengan rumah asalnya. Kesombongan serta kemarahan Sang Kaisarlah yang menyebabkan kematian ibu Light terjadi.

Light telah dijauhi oleh siapapun di sekitarnya, termasuk dalam hari-harinya selama berada di Akademi Bangsawan di ibukota. Tanpa seorangpun yang mendekatinya, Light mengerti apabila para pangeran akan memusuhi semua orang yang mencoba berteman dengan Light.

Tentu saja, kematian Light adalah sebuah keharusan. Setelah penantian panjang, pada akhirnya Light dapat dieliminasi tanpa harus menyebabkan nama baik royalti Kekaisaran Corthia—Keluarga Nouvelle—tercemar.

"Sudah waktunya, Tuan Muda. Harap agar tidak membuat Count menunggu." Pelayan wanita yang tampak senior tidak lagi menyembunyikan ketidaksabarannya.

"Baik, maafkan aku." Light kembali bergerak, dia merendahkan nadanya karena tidak menginginkan mereka bertambah kesal kepadanya.

Beberapa pelayan tidak segan membicarakan Light tepat beberapa langkah di belakangnya. Meskipun begitu, Light hanya bungkam seolah kata-kata beracun itu hanya sekedar masuk ke telinganya dan keluar dari telinganya yang lain.

Pintu kecoklatan sederhana dengan genggaman berwarna emas kini berada tepat di hadapan Light. Ada rasa takut, Light tahu sosok yang memanggilnya tepat berada di balik pintu kembar di hadapannya.

Tok.

Tok.

"Tuan Muda Light telah tiba, Tuan." Ksatria penjaga ruangan itu sejenak berekspresi keruh kepada Light, meski dia mengembalikan wajah datarnya kembali dan melakukan tugasnya dengan acuh tak acuh.

Konfirmasi telah diberikan. Light masuk dan berdiri tegak untuk menerima panggilan ayahnya. Akan tetapi, Light hanya menemukan punggung kursi yang mengarah padanya. Itu disertai asap yang mengepul dari salah satu sisinya.

Meski telah mengalami ini setiap kali Jade memanggil Light ke ruangannya, hati Light entah mengapa selalu merasakan sakit. Dia tahu bahkan ayahnya tidak menginginkan untuk hanya sekedar bertemu pandang dengannya karena kebenciannya. Meskipun begitu, ada keinginan kecil di lubuk hatinya agar setidaknya Jade dapat memandangnya walau itu dengan sebuah ekspresi keruh.

"Sebuah dekrit telah datang dari Yang Mulia Kaisar kepada salah satu ksatrianya, Count Allain, untuk mempertahankan perbatasan dari serangan kaum barbar." Ucapan Count singkat, namun terasa berbobot. Tindakan tersebut sudah cukup untuk menyandera Light agar tetap berada di bawah perintahnya hanya karena dia masih menyandang nama Allain.

"Dan kau diperintahkan secara langsung oleh Yang Mulia Kaisar untuk memimpin pasukan pertahanan di perbatasan selagi aku diperintahkan untuk menyambut dan mengatur pasukan yang akan datang dari ibukota." Kata-kata Jade mengandung duri.

Light saat itu mengerti bila ajalnya semakin dekat. Kaisar dan ayahnya tidak mungkin membunuhnya dengan mengirimnya ke medan perang sebelum Light dewasa atau menginjak usia 15 tahun. Itu hanya akan merusak reputasi dan nama baik mereka sebagai orang biadab yang mengirim anak kecil untuk mati di medan perang.

"Baik..." Sesaat Light hendak memanggil Jade sebagai "Ayah," Light menarik kembali ucapannya karena teringat dengan kejadian kelamnya di masa lampau, "Saya akan memberikan kemenangan bagi kekaisaran dan kemakmuran bagi Wilayah Allain."

Kalimat itu bergetar. Meski telah berusaha, Light entah mengapa tetap tidak dapat menahan kesedihannya. Dia tahu bahwa dia tidak diinginkan. Dia mengerti bahwa para pelayan dan perwira militer di dalam ruangan menyambut dekrit itu dengan sukacita meski tidak mereka tampakkan.

Sesaat Light menunduk, dia menerima perintah "pergi" dari ayahnya dan meninggalkan ruangan dengan cepat, seperti melarikan diri dari kenyataan kejam yang menyudutkannya.

Air mata itu tumpah. Light berlari melewati lorong dengan perasaan hancur. Mungkin, hari ini adalah hari terakhir dirinya dapat berjumpa dengan makam ibunya di pemakaman kastil.

Sesaat Light menatap jendela, bayangan itu masih terlihat. Light hanya dapat tersenyum sendu, ia memiliki keinginan agar setidaknya dia dapat hidup bebas di kehidupannya yang lain.

......................

Terpopuler

Comments

Protocetus

Protocetus

Cerita bagus kyk gini kok sepi ya

2022-12-05

0

Kerta Wijaya

Kerta Wijaya

🤟

2022-11-14

0

[RuriDark]

[RuriDark]

hallloo bangg

2022-11-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!