Suasana malam itu terasa sangat dingin. Angin sepoi-sepoi meniup rambut hitam pendek Light yang sedang terbaring di bawah langit berbintang.
Tidak dapat tidur nyenyak di tempat terbuka, Light kembali membuka matanya, meninggalkan kantung tidurnya untuk mendekati api unggun dengan beberapa prajurit tua yang duduk mengelilinginya.
"Hm? Apakah kamu tidak bisa tidur, Tuan Muda?" Salah satu prajurit tua berkata heran. Menilai bahwa Light masih berumur jagung, dia merasa jika seharusnya Light dapat tertidur dalam keadaan apapun karena anak seusianya yang masih membutuhkan banyak waktu untuk beristirahat.
Light sejenak diam tidak menjawab, dia hanya duduk di salah satu batang pohon kosong yang mengitari perapian.
"Aku hanya... memikirkan sesuatu yang tidak begitu penting, Pak Tua Eld." Light menghindari jawaban jujur.
"Apakah begitu..." Eld memutuskan untuk menghentikan percakapan.
Berbeda dengan para ksatria yang mengabdi di bawah Count saat ini, Eld adalah veteran yang telah pensiun sebelum Light lahir. Berasal dari golongan rakyat jelata, karir Eld dapat dikatakan bagus sebagai ksatria dari sebuah rumah bangsawan bergengsi yang memiliki sejarah militer ratusan tahun lamanya.
Karena itu, meskipun dia mengetahui secara kasar bagaimana perlakuan yang Light terima, Eld tetaplah memperlakukan Light dengan ramah karena dia tidak terpengaruh oleh Count saat ini. Bahkan bagi Eld, anggapan jika Light merupakan anak pembawa sial hanyalah sebuah omong kosong dari seorang bangsawan yang tidak mampu memerintah wilayahnya dengan baik.
Setelah Eld melakukan pendekatan secara intens selama beberapa hari terakhir, Light akhirnya mengizinkan permintaan Eld untuk berbicara secara tidak formal kepadanya. Ini merupakan niat Eld untuk setidaknya dapat meringankan beban pikiran dan mental yang Light kini alami.
"Apakah kamu mau?" Eld menawarkan tusuk daging yang baru saja matang dari api unggun.
"Terima kasih." Light sedikit enggan. Dia terpaksa menerimanya karena tahu bagaimana sikap merepotkan Eld saat dia menolak kebaikannya.
Berbeda dengan tampilannya yang sedikit gosong, ajaibnya daging itu terasa enak meski hanya ditaburi sedikit garam.
Melihat keterkejutan Light dari ekspresinya, Eld menampakkan senyuman masam, "Bagaimana itu? Apakah masakanku sudah dapat bersaing dengan koki istana?"
"Dalam mimpimu, Pak Tua," jawab Light datar.
"Gahahaha!" tawa Eld keras.
Beberapa veteran lain menatap mereka dengan hangat. Kebanyakan dari mereka tidak peduli dengan situasi yang Light alami, jadi mereka semua mengambil sikap yang sama terhadap Light seperti Eld.
Eld sedikit berhasil mencairkan suasana hati Light. Meskipun begitu, sorot mata Light masih terlihat gelap.
"Daripada itu, Gennes, bagaimana keadaan para budak saat ini? Bisakah mereka semua tiba hidup-hidup di perbatasan?" Light mengungkapkan kekhawatirannya tanpa ragu.
Mendengar Light segera beralih topik menuju pembahasan pasukan, Eld terlihat sedikit kecewa. Mau tidak mau, usahanya untuk mencairkan suasana setelah kehadiran Light terbuang sia-sia begitu saja.
Berbeda dengan Eld, Gennes—salah satu perwira veteran berpostur kekar dari golongan rakyat jelata berkepala botak—menjawab tegas. Sejak awal, dia memiliki ekspresi serius, "Saya rasa itu merupakan sesuatu yang mustahil, Tuan Muda. Dengan perbekalan yang kita miliki saat ini, mustahil memberi makan mereka sesuai dengan porsi para prajurit."
"Saya setuju dengan itu, Tuan Muda. Bahkan, entah mengapa Count juga memberikan barang bawaan yang tidak perlu seperti budak yang cacat dan sakit keras kepada kita. Mohon maaf, apabila saya menghitungnya secara kasar, mungkin hanya sekitar 300 budak yang diperkirakan dapat tiba di tujuan." Eld menambahkan, nadanya berubah hormat karena topik mereka berubah menjadi sebuah obrolan operasi militer.
Saat itu, suara hentakan terdengar samar. Semua orang segera menutup rapat mulut mereka dan kembali membakar daging sembari bercanda ria seolah tidak terjadi apapun sebelumnya.
Hentakan yang terdengar seperti suara tapak langkah semakin keras. Beberapa perwira mengecek asal suara namun mereka hanya menemukan kakek tua yang berjalan menuju kelompok mereka di tengah gelapnya hutan seorang diri.
Tentu, perkemahan Light dan para perwiranya terpisah dari perkemahan utama. Para perwira bawahannya masih memikirkan bagaimana menempatkan Light dalam posisi yang aman. Bahkan jika Count mengirim pembunuh untuk Light setelah keberangkatannya, mereka memiliki waktu untuk membiarkan Light pergi melarikan diri meski Light sendiri tidak lagi peduli terhadap keselamatan hidupnya.
"Apakah kau ingin bergabung dengan kami, Kek?" Eld mengatakan itu dengan pembawaan ramah setelah mendekatinya sembari menggenggam sebuah botol anggur di tangan kanannya.
Kakek itu sejenak terkejut karena kehadirannya dapat dengan mudah ditemukan, dia segera bersikap mempertahankan diri, kapak yang ia genggam dengan kedua tangannya seolah siap untuk mengayun, "Siapa kalian?! Apakah kalian semua berasal dari Arcadia?!"
Kerajaan Arcadia, negara kecil yang telah lebih dari beberapa dasawarsa mempertahankan kedaulatan wilayahnya dari cengkraman kekaisaran. Dalam beberapa tahun terakhir, tersiar kabar apabila Kerajaan Drenzig—sebuah kerajaan besar yang terletak di utara Arcadia—memberikan bantuan moneter kepada Arcadia untuk melindungi wilayahnya. Sudah menjadi rahasia umum apabila Drenzig berniat untuk menjadikannya sebuah negara boneka.
Setelah mendapatkan bantuan keuangan, Arcadia secara bertahap menguatkan pasukannya. Tidak terhitung berapa banyak mereka telah menyerang perbatasan kekaisaran hanya karena berniat membalaskan dendam akibat Sungai Rhine yang saat ini secara penuh telah dikendalikan kekaisaran.
Korban dari warga sipil tidaklah sedikit. Penjarahan yang mereka lakukan kepada desa-desa perbatasan selama beberapa bulan terakhir juga tidak dapat dikatakan ringan.
Mendengar kabar bila Kerajaan Arcadia serta Count Allain sedang mempersiapkan pasukannya, kakek tersebut selalu berpatroli ke hutan sekitar desa untuk bersiaga apabila Arcadia datang menyerang.
Ketakutan yang berlebihan.
Tidak, apakah keluarganya telah menjadi korban penjarahan sehingga dia memiliki trauma yang parah seperti ini?
Eld menatap tubuh kakek tua yang gemetar dengan kening yang berkerut. Setelah beberapa saat, Eld kembali menciptakan suasana hangat, mencoba untuk menenangkan sang kakek, "Tenanglah, kami bukan bagian dari Arcadia, Kek. Kami hanya pengembara yang kebetulan terpaksa berkemah di tempat yang jelek seperti ini karena tidak punya pilihan lain."
Meskipun Eld juga terlihat seperti kakek-kakek, entah mengapa dia percaya diri untuk memanggil pihak lain juga sebagai kakek.
"Jangan berbohong!" teriak Kakek itu gemetar.
"Nah, jika kami berbohong, tidak mungkin kami akan menyambutmu dengan hangat, bukankah begitu?" Eld merangkul kakek itu sembari mengajaknya mendekati api unggun, "Jadi tenanglah, tidak ada orang mencurigakan di sekitar sini setelah kami mengeceknya beberapa waktu lalu."
Setelah beberapa obrolan singkat yang terasa hangat, kakek itu perlahan luluh. Dia secara bertahap mulai nyaman untuk berbicara mengenai dirinya. Light, Eld, serta beberapa perwira lain tidak menyia-nyiakan untuk mengambil segala informasi yang dapat mereka ambil.
"Tuan Muda." Gennes memanggil Light dengan lirih.
"Apa?" Light menjawab lirih, perhatiannya tetap terfokus kepada percakapan para veteran dan kakek tua itu.
"Kemungkinan terburuk, tentara yang dikirim untuk menjarah desa-desa perbatasan sudah mengetahui medan daerah ini dengan baik," timpal Gennes lirih, kekhawatiran terpancar dari suaranya.
"Ya, aku tahu."
Meski daerah ini dulunya merupakan kekuasaan Kerajaan Arcadia sebelum direbut kekaisaran puluhan tahun yang lalu, akan tetapi medan akan terus berkembang. Tidak mungkin militer Arcadia hanya akan mengandalkan ingatan lama mereka.
Hal ini juga terbukti dengan ucapan kakek tua itu atas penjarahan tentara Arcadia yang kian intens dalam beberapa bulan terakhir.
"Menurutmu, dalam berapa minggu Tentara Arcadia akan menyerang? Asumsikan apabila kita telah berada di benteng perbatasan dalam waktu 2 hari ke depan," tanya Light.
"Paling buruk, 4 minggu adalah waktu tercepat, Tuan Muda." Gennes menjawab tegas.
"Begitu."
Sesaat di tengah pembicaraan lirih dengan Gennes, semua mata termasuk sang kakek terpalingkan menuju Light.
"Apakah kamu... adalah pemimpin para pelancong ini?" Kakek itu sedikit ragu, namun ia tidak mungkin tidak mempercayai mata kepalanya sendiri.
Jika dibandingkan dengan para veteran, pakaian yang Light gunakan termasuk berkualitas tinggi meski itu tidak dapat dibandingkan dengan milik keluarga serta saudara tirinya. Kakek tua itu menganggap bila Light adalah anak saudagar kaya yang dikawal oleh beberapa tentara bayaran dalam perjalanannya.
Jadi, Light memutuskan untuk mengikuti anggapan kakek tua itu, "Ya."
Kakek tua itu mendekati Light dengan tergesa-gesa. Meski para perwira tua hendak melindungi Light karena menganggapnya sebagai ancaman, namun perilaku sang kakek bertentangan dengan harapan.
Kakek itu bersujud di atas kaki Light, memohon sembari menangis dengan menggenggam kedua kaki Light seolah tidak lagi memiliki harapan atas pertolongan.
"Kumohon... selamatkan Desa Heron, Tuan... Kami tidak lagi memiliki pelindung! Kami—kami..." Suara terisak, Kakek mengadahkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca, "Jika tidak... kami hanya... akan menjadi korban para tentara atau makanan goblin..."
Saat itu, Gennes membisikkan sesuatu yang bahkan tuannya tidak akan pernah sangka, hingga menyulut api kemarahan Light yang sebelumnya tidak pernah terjadi.
"Tuan Muda, saat ini, Desa Heron merupakan desa mati yang tidak mungkin untuk dibangun kembali."
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Protocetus
Kesempatan bagi si MC untuk berpihak pada Arcadia
2022-12-05
0
Kerta Wijaya
🤟🤟
2022-11-14
0
[RuriDark]
hmm
2022-11-10
0