Jodoh Pengganti Presdir

Jodoh Pengganti Presdir

Episode 1.

Di sudut sebuah kafe yang tidak terlalu ramai, terlihat dua orang anak manusia sedang berdebat, mengabaikan beberapa pengunjung yang memperhatikan mereka karena sedikit terganggu dengan nada tinggi si pria.

"Kau tahu kan pernikahan kita akan diadakan sebulan lagi, semua orang sudah mengetahuinya dan sekarang kau ingin membatalkannya begitu saja? Kau ini sudah tidak waras, ya?" sungut pria tampan tapi arogan bernama Alden Richard Mahendra.

"Terserah kau mau menganggap aku apa, tapi sungguh aku tidak bisa melanjutkan rencana pernikahan kita," sahut wanita cantik nan seksi bernama Raline Adiwiyata.

"Iya, tapi kenapa? Apa salahku?"

"Kau tidak salah apa-apa, aku yang salah," jawab Raline.

Alden mengernyit heran, "Apa maksudmu? Memangnya apa yang kau lakukan?"

"Aku mencintai orang lain," jawab Raline tegas tanpa keraguan.

Bagai tersambar petir rasanya saat Alden mendengar pengakuan kekasih yang sudah dia pacari selama dua tahun ini. Dia tak menyangka hari ini hatinya akan dipatahkan oleh wanita yang begitu dia cintai.

"Siapa pria itu?" tanya Alden dengan tangan terkepal kuat menahan geram.

"Kau tidak perlu tahu."

"Aku tanya siapa pria itu?" bentak Alden mengulang pertanyaannya, mereka kembali menjadi perhatian pengunjung kafe yang lain.

Raline tak menjawab, dia hanya tertunduk menahan air mata yang sedari tadi hendak jatuh.

"Raline, kau tahu betapa aku sangat mencintaimu selama ini, kau satu-satunya wanita yang selalu aku harapkan untuk menemani sisa hidupku. Tapi hari ini kau hancurkan hatiku, kau menyakiti aku dengan keputusan dan pengakuan mu itu," ujar Alden, nada suaranya melemah namun terdengar lirih dan pilu.

"Aku minta maaf," ucap Raline dengan suara bergetar, dia buru-buru mengusap sudut matanya yang mulai basah.

"Andai kata maaf itu bisa menghentikan rasa sakit ini, tapi kenyataannya tidak. Aku tidak bisa memaafkan mu," geram Alden.

Raline mengangkat kepalanya dan menatap Alden dengan mata berkaca-kaca, "Kau pasti akan memaafkan aku suatu saat nanti."

Alden tertawa sinis, "Kau telah membuat aku terluka dan sesakit ini, kenapa kau yakin sekali aku akan memaafkan mu?"

Raline tak menjawab, dia lalu melepaskan cincin berlian pemberian Alden dan meletakkannya di atas meja.

"Ini, aku kembalikan cincin yang kau berikan. Aku harap setelah ini kau menemukan wanita yang lebih baik dan hidup bahagia." Raline kemudian bangkit dan bergegas pergi meninggalkan Alden yang masih terpaku menatap cincin itu dengan nanar.

Saking syok nya, Alden bahkan sampai tak bisa berkata-kata lagi.

Saat di luar kafe, Raline menangis sejadi-jadinya, dia menumpahkan kesedihan dan rasa sakit yang sedari tadi tahan di hadapan pria yang begitu dia cintai.

"Maafkan aku, Alden. Aku terpaksa melakukan semua ini," ucap Raline lirih.

Tak lama kemudian seorang pria muda bernama Raka keluar dari mobil dan menghampiri Raline.

"Sudah?" tanya Raka.

Raline mengangguk sambil mengusap air matanya.

"Kalau begitu mari aku antar pulang."

Raline dan Raka pun masuk ke dalam mobil lalu meninggalkan kafe tersebut.

Sementara di dalam kafe, Alden masih bergeming, hatinya sakit dan impiannya hancur berkeping-keping. Dia sudah berangan-angan untuk menikahi Raline dan hidup bahagia bersama kekasihnya itu, tapi kini semua tinggal khayalan belaka. Apa yang akan dia katakan pada orang-orang yang sudah mengetahui rencana pernikahannya, dia bahkan sudah membooking tempat dan menyiapkan segalanya untuk hari bahagia mereka nanti, namun Raline seolah tak peduli dengan semua itu.

Alden mengusap wajahnya dengan kasar lalu mengembuskan napas berat.

"Kau akan menyesali keputusanmu ini." Alden beranjak lalu pergi meninggalkan kafe beserta cincin berlian itu.

Beberapa saat kemudian, seorang wanita cantik dan sederhana bernama Hanna Syafarani melenggang masuk ke dalam kafe, pelanggan lain memandanginya dengan kebingungan, membuat Hanna terheran-heran.

"Kenapa mereka lihatin aku begitu?"

Berusaha mengabaikan tatapan aneh orang-orang itu, Hanna pun duduk di tempat Alden dan Raline duduk tadi, dia terkesiap saat melihat ada sebuah cincin berlian tergeletak begitu saja di atas meja.

"Cantik banget! Cincin siapa ini?" Hanna celingukan kesana-kemari.

Merasa tak ada pemiliknya, dia pun lantas memakai cincin berlian itu di jari manisnya.

"Bagus juga!" ujar Hanna sembari tersenyum memperhatikan cincin indah yang melingkar di jari manisnya.

"Mau pesan apa, Mbak?" Seorang waiters tiba-tiba datang dan mengagetkan Hanna, dia langsung menyembunyikan tangannya dan berbalik menatap si waiters.

Namun si waiters justru tampak heran memandangi Hanna dari atas sampai bawah.

"Hem, saya bukan mau pesan, saya mau interview kerja."

"Interview kerja?"

Hanna mengangguk, "Iya, kemarin saya dipanggil dan disuruh datang untuk interview oleh Pak Johan."

"Oh, kalau begitu silakan masuk ke ruangan yang di sudut sana!" Si waiters menunjuk pintu yang bertuliskan manajer room.

"Baiklah, terima kasih, Mbak." Hanna lalu beranjak dan mengikuti perintah waiters tersebut, sementara si waiters masih terbengong-bengong memandangnya.

"Bukannya dia yang tadi? Tapi, kok ...."

Waiters itu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ah, sudahlah!"

Dia lalu mengangkat gelas kotor bekas Alden dan Raline tadi. Untung saja Hanna yang lebih dulu datang sebelum si waiters menemukan cincin itu.

***

Alden sedang duduk di kursi kebesarannya, wajahnya tampak murung dan sedih. Dia masih melamun memikirkan keputusan dan pengakuan Raline yang begitu menyakitinya.

Seseorang mengetuk pintu ruangannya, dan seketika membuyarkan lamunan Alden.

"Masuk!"

Pintu terbuka, seorang pria kurus berkaca mata melangkah masuk sambil membawa map berisi berkas, dialah Jojo, sekretaris Alden.

"Pak, lima menit lagi kita ada rapat dengan para pemegang saham," ujar Jojo mengingatkan.

Alden menghela napas lalu mengangguk, walaupun dia sedang berduka namun dia harus tetap profesional menjalankan perannya sebagai Presdir di perusahaan yang sudah susah payah mendiang ayahnya bangun. Sebagai anak laki-laki tentu ini menjadi tanggung jawabnya, dia tak boleh membuat perjuangan sang ayah sia-sia.

Alden menegakkan badannya dan menatap Jojo yang berdiri tepat di hadapannya.

"Jo, setelah pulang kerja nanti, tolong batalkan booking tempat pernikahan ku beserta WO nya!" pinta Alden.

Jojo tercengang, "Dibatalkan, Pak?"

"Iya, apa ucapan ku kurang jelas?" tanya Alden dingin.

Jojo tertunduk takut, "Baiklah, Pak. Saya akan laksanakan perintah anda."

"Kalau begitu kita ke ruang rapat sekarang!" pinta Alden, dia beranjak dari duduknya dan melangkah mantap menuju pintu. Jojo pun membuntutinya meskipun masih kebingungan dengan keputusan sang atasan.

Semua karyawan yang berpapasan dengan Alden menunduk memberi hormat, meskipun masih muda dan sedikit arogan, tapi dia sangat disegani oleh bawahannya.

Iya, Alden masih berumur dua puluh tujuh tahun tapi track record nya di dunia bisnis sudah tidak diragukan lagi. Sejak sang ayah meninggal dunia dua tahun yang lalu karena kecelakaan, Alden lah yang meneruskan bisnis ini dan semakin hari perusahaannya semakin berkembang pesat. Alden juga beberapa kali muncul di majalah bisnis sebagai pengusaha muda yang berbakat.

***

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

Malas baca kalo sdh lagi seru2 nya tp spt itu yge benar saja

2023-08-29

0

Anonymous

Anonymous

Ini certijya gantung jg gak ? Spt unwanted wife

2023-08-29

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

APA MRK KMBAR, KNP WAJAH HANNA MIRIP DGN MNTAN CALON ISTRI ALDEN,, DN ALASAN APA YG BUAT MNTAN CALON ISTRI ALDEN BATALKN RENCANA NIKAH MREKA, DN LBH PILIH RAKA

2023-06-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!