Episode 5.

Malam harinya ....

Hanna baru saja hendak menutup pintu, dan terkejut saat melihat mobil mewah milik Alden melaju pelan lalu berhenti tepat di depan rumahnya.

"Itu bukannya mobil pria aneh yang kemarin? Mau apa lagi dia ke sini?"

Dia buru-buru keluar dan melangkah mendekati mobil Alden lalu mengetuk kaca jendelanya.

Alden pun membuka kaca jendela mobilnya dan menatap Hanna dengan wajah datar.

"Mau apa lagi kau ke sini?" sergah Hanna.

"Mau minta ganti rugi, kau kan belum membayarnya," jawab Alden santai.

"Kan kemarin kau yang pergi begitu saja," protes Hanna.

"Kemarin itu aku baru ingat kalau ada urusan penting, makanya aku buru-buru pergi," dalih Alden.

"Ya sudah, kalau begitu aku ambil dulu cincinnya. Kau tunggu di sini!" Hanna berbalik dan hendak pergi tapi Alden bergegas turun dari mobil dan menarik lengan Hanna.

"Aku tidak mau cincin itu," tolak Alden.

Hanna terkesiap dan langsung menarik tangannya, "Lepaskan!"

Alden pun melepaskan lengan Hanna dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Hanna mengernyit heran, "Kenapa kau tidak mau?"

"Cincin itu imitasi, tidak ada harganya," sangkal Alden.

"Jangan sok tahu!"

"Hei, aku sudah sering melihat cincin seperti itu, aku tahu mana yang asli dan mana yang palsu."

Hanna seketika menjadi resah, "Jadi sekarang bagaimana? Aku tidak punya apa-apa lagi untuk membayar ganti rugi."

Alden tersenyum penuh arti, "Menikahlah denganku!"

Hanna tercengang mendengar permintaan tak masuk akal Alden itu.

Dia tak habis pikir mengapa lelaki di hadapannya ini tiba-tiba mengajaknya menikah, padahal mereka tidak saling mengenal.

"Kau sudah tidak waras, ya? Bagaimana bisa kau meminta aku menikah denganmu hanya demi ganti rugi mobilmu yang lecet itu? Kau pikir harga diriku cuma seharga mobilmu apa?" sungut Hanna tak terima.

"Aku hanya memberikan tawaran. Kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa, tapi kau harus membayar ganti ruginya sekarang juga, atau aku akan lapor polisi," ancam Alden.

Hanna merasa tersudut, dia takut sekaligus kesal dan bingung.

"Bagaimana? Kau bersedia? Menikah denganku dan masalah ini selesai," ujar Alden enteng.

Hanna menggeleng, "Tidak! Aku tetap tidak mau menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Jangankan cinta, kenal saja tidak."

"Kalau begitu perkenalkan, namaku Alden Richard Mahendra, aku adalah Presdir di Miss Queen Beauty dan aku masih lajang." Alden mengulurkan tangannya ke hadapan Hanna dan wanita itu hanya menatapnya sinis.

"Ayo kita berkenalan!" desak Alden, tapi Hanna tetap bergeming.

"Siapa namamu?" Alden pura-pura tidak tahu, padahal dia sudah mendengar semuanya dari Jojo.

"Hanna!" jawab Hanna ketus tanpa menjabat tangan Alden.

"Baiklah, sekarang kita sudah saling mengenal, jadi kita bisa menikah."

"Kenapa kau terus saja memaksa aku menikah denganmu?"

"Aku hanya ingin membantu saja agar kau tidak perlu pusing memikirkan ganti rugi. Baik kan aku?"

"Baik apanya? Kau pasti punya niat jelek dan ingin memanfaatkan aku, iya, kan?"

"Jangan sembarangan menuduh! Sekarang cepat putuskan, kau mau atau tidak?"

"Sudah aku bilang, tidak!"

"Kalau begitu bayar ganti ruginya!" Alden menadahkan tangannya ke depan wajah Hanna.

"Aku tidak punya uang sekarang, beri aku waktu, aku pasti akan membayarnya."

"Baiklah, kalau begitu aku akan hubungi polisi." Alden merogoh saku celana dan mengambil ponselnya.

Hanna mendadak panik dan berusaha menghentikan lelaki itu, "Jangan! Jangan telepon polisi, aku mohon!"

Alden tak menggubris permohonan Hanna, dia tetap menelepon pihak yang berwajib, membuat Hanna semakin ketakutan.

Saking paniknya, Hanna spontan menarik lengan Alden hingga ponselnya terlepas dari genggaman dan jatuh. Benda pipih berlogo apel tergigit itu sontak pecah layarnya.

Alden dan Hanna memandangi ponsel itu kemudian saling pandang.

"Kau juga merusak ponselku!" keluh Alden.

"A-aku tidak sengaja, aku minta maaf," ucap Hanna dengan suara bergetar.

"Aku tidak mau tahu, kau juga harus mengganti ponselku juga!"

Hanna kian panik dan ketakutan, satu masalah belum selesai sekarang dia harus mendapatkan masalah baru.

"Aku mohon beri aku waktu, aku akan mengganti semuanya," kata Hanna memohon.

"Tidak bisa! Kau harus menggantinya sekarang juga!"

"Kau ini kejam sekali! Tidak punya belas kasihan!" umpat Hanna kesal, dia bahkan hampir menangis.

"Aku sudah cukup baik dengan memberikanmu solusi, tapi kau malah menolaknya. Jadi sekarang keputusan ada ditangan mu!"

Hanna benar-benar merasa semakin tersudut dan kalut.

"Atau apa perlu aku menyeret mu langsung ke kantor polisi?" ancam Alden.

Hanna langsung menggeleng, dia kian ketakutan.

"Jadi sekarang pilih!"

Hanna memejamkan matanya dan menghirup udara dalam-dalam lalu mengembuskan nya dengan berat. Dia kemudian membuka mata dan menatap Alden.

"Baiklah, aku bersedia menikah denganmu!" ujar Hanna pasrah.

Alden langsung tersenyum penuh kemenangan, sementara Hanna hanya bergeming dengan wajah masam. Dia sungguh menyesali semua yang terjadi, tapi dia tak ada pilihan lain.

Dari kejauhan Niko sedang memperhatikan mereka dengan tatapan sinis dan tidak suka. Tadinya dia berencana untuk menemui Hanna dan menanyakan perihal kabar pernikahan sahabatnya itu, tapi Alden keburu datang.

"Apa itu calon suami Hanna?" Niko bertanya-tanya.

Alden memungut ponselnya lalu menyimpannya di saku jas.

"Besok pagi aku akan menjemputmu, jadi bersiap-siaplah," pinta Alden.

"Besok aku harus bekerja."

"Aku tidak mau tahu, pokoknya besok pagi aku jemput."

"Memangnya kau mau ajak aku ke mana?" tanya Hanna penasaran.

"Ada, deh! Kau akan tahu besok."

"Idih, main rahasia-rahasiaan segala!" cibir Hanna.

"Ya sudah, aku pulang dulu. Besok aku datang lagi, awas kalau kau tidak ada!" ancam Alden, dia kemudian masuk ke dalam mobil dan melesat pergi.

Hanna menyeringai licik, "Kita lihat saja besok, orang kaya gila!"

Hanna pun berbalik hendak masuk sebelum sang ibu melihatnya, tapi Niko menghentikannya.

"Hanna, tunggu!"

Hanna menoleh ke arah sahabatnya itu, "Niko? Ada apa malam-malam ke sini?"

"Itu tadi calon suami kamu, ya?" Niko bertanya tanpa basa-basi.

Hanna tercengang, dia heran kenapa Niko bisa bertanya seperti itu?

"Kenapa tiba-tiba kamu bertanya seperti itu?"

"Tadi siang ada yang datang ke rumahku mencari alamat kamu, katanya dia wedding organizer yang kamu pesan untuk hari pernikahan mu. Kenapa kamu tidak bilang kalau ingin menikah?"

Hanna mengernyitkan keningnya, "Wedding organizer?"

Niko mengangguk, "Iya. Memangnya dia tidak datang ke rumahmu?"

Hanna menggeleng, "Tidak, mungkin dia salah orang."

"Tapi dia menunjukkan foto kamu, dia juga bilang kamu akan menikah dengan ... siapa tadi namanya, ya?" Niko berusaha mengingat sesuatu.

"Oh, iya! Kalau tidak salah Alden Richard Mahendra," lanjut Niko saat dia berhasil mengingat nama yang disebutkan Jojo tadi.

Lagi-lagi Hanna tercengang, dia tak menyangka jika itu ulah Alden.

"Hanna, sedang apa di sana?" Maya tiba-tiba bertanya dari teras rumah.

Hanna sontak menoleh kepada sang ibu, "Aku lagi mengobrol dengan Niko, Bu."

"Ini sudah malam, Han." Maya mengingatkan, dia kurang suka Hanna bergaul dengan Niko.

Hanna mengalihkan pandangannya ke Niko, "Nik, aku masuk dulu, ya?"

Niko mengangguk, "Ya sudah, aku juga mau pulang."

Hanna buru-buru berlari masuk ke dalam rumah, Niko hanya memandanginya dengan wajah sendu, kemudian beranjak pergi.

***

Terpopuler

Comments

Rafanda 2018

Rafanda 2018

jiancok orang kaya,,,untung cuma di novel

2023-06-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!