Episode 4.

Keesokan harinya, Jojo mendatangi tempat tinggal Hanna setelah Alden memberitahukan alamatnya, dengan memakai jaket, topi dan kaca mata hitam, bawahan Alden itu mendatangi seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di teras rumahnya sambil menikmati kopi dan pisang goreng.

"Selamat siang, Bu," sapa Jojo ramah.

Wanita paruh baya itu memandangi Jojo dari bawah sampai atas.

"Selamat siang, ganteng," balas wanita itu sedikit genit.

"Maaf, saya mau numpang tanya, Bu."

Wanita paruh baya itu sontak beranjak dan menarik lengan Jojo, "Kalau begitu silakan duduk dulu, biar aku buatkan kopi."

"Eh, tidak usah, Bu! Saya sebentar saja, kok."

"Tidak apa-apa, tunggu sebentar!" Wanita itu bergegas masuk ke dalam rumah, meninggalkan Jojo yang kebingungan melihat tingkahnya.

"Mau bertanya malah dikira mau bertamu," gumam Jojo.

Cukup lama Jojo menunggu, tapi wanita tadi tidak juga menampakkan batang hidungnya.

"Ibu itu ke mana, sih? Buat kopi saja lama banget! Apa aku pergi saja?"

Jojo yang jenuh pun beranjak dan ingin pergi, tapi wanita itu akhirnya muncul sambil membawa secangkir kopi.

"Eh, ganteng mau ke mana?"

Jojo sontak berbalik menatap wanita itu, dan tawanya hampir meledak saat melihat wanita tersebut sudah berganti pakaian dan berdandan dengan sangat menor.

"Aku cantik tidak?" tanya wanita paruh baya itu dengan genit.

Jojo mengangguk sambil berusaha menahan tawanya.

Wanita paruh baya itu tersipu malu, dia lalu meletakkan secangkir kopi yang dia bawa di hadapan Jojo, "Ini kopinya, silakan di minum."

"Terima kasih, Bu."

"Jangan panggil Ibu, panggil Susi saja. Umur kita kan tidak terlalu jauh."

Jojo semakin ingin tertawa sebab merasa geli dengan tingkah wanita yang seumuran ibunya itu.

"Maaf, Bu ... eh, maksudnya Susi. Saya ingin bertanya sesuatu," ujar Jojo yang sudah bisa menguasai dirinya.

"Kamu mau tanya apa, ganteng? Susi pasti bisa jawab."

Jojo mengeluarkan foto Raline yang dia bawa, lalu menyodorkannya ke hadapan wanita bernama Susi itu, "Ibu, hem ... maksudnya Susi kenal tidak dengan wanita difoto ini?"

Wanita itu memandangi foto Raline kemudian menatap tajam Jojo, "Kamu kenapa mencari wanita lain? Kamu tidak peduli dengan perasaan aku?"

Jojo terkesiap dan bingung sebab wanita itu tiba-tiba marah padanya.

"Pergi kamu dari sini!" bentak wanita itu sambil mendorong Jojo.

Tiba-tiba seorang pria muda yang tak lain adalah Niko datang.

"Ada apa ini?"

"Saya cuma ingin bertanya, tapi Ibu ini malah marah-marah," terang Jojo.

Niko pun menarik wanita yang sedang mengamuk itu ke dalam rumah, lalu menutup pintunya.

"Maaf, dia Tante aku, dan sedikit mengalami gangguan jiwa," beber Niko sembari berjalan mendekati Jojo.

"Oh, pantas saja tingkahnya aneh," gerutu Jojo.

"Kalau boleh tahu, kamu ini siapa dan ada perlu apa ke sini?"

"Saya Jonathan, saya ingin bertanya, apakah kamu mengenal wanita difoto ini?" Jojo menunjukkan foto Raline pada Niko.

"Ini kan Hanna, dia teman saya," jawab Niko, lalu menatap Jojo dengan penuh selidik, "memangnya kenapa?"

"Saya ada perlu dengan dia. Kemarin kami janjian bertemu, tapi dia tidak datang dan saat saya hubungi, tidak bisa. Padahal saya ingin membicarakan paket dekor pernikahan yang dia pesan," ujar Jojo bohong

Niko tercengang, "Hanna mau nikah? Dengan siapa? Kok aku tidak tahu?"

"Yang pasti dengan pacarnya lah, Mas."

"Setahu aku dia tidak punya pacar."

"Tapi dia bilang punya, kok. Pacarnya tampan dan kaya, namanya Alden Richard Mahendra. Mereka rencananya akan menikah dalam waktu dekat ini," sahut Jojo, dia mulai memainkan rencananya.

Hati Niko mendadak nyeri mendengar kabar itu, dia tak habis pikir kenapa Hanna tidak mengatakan apa-apa tentang hal ini.

"Kalau begitu tolong tunjukkan di mana rumahnya?" pinta Jojo.

"Lima rumah dari sini, yang halamannya luas."

"Baiklah, kalau begitu terima kasih. Saya permisi."

"Iya, sama-sama, Mas."

Jojo bergegas pergi dengan senyum penuh kemenangan, dia akhirnya mendapatkan informasi jika Hanna belum menikah dan bahkan tidak memiliki kekasih.

Sementara Niko masih terpaku membisu dengan wajah sedih, dia masih tidak menyangka sahabat kecilnya itu akan menikah dengan pria lain.

"Aku harus tanyakan hal ini pada Hanna."

***

Hari sudah sore, Hanna baru saja pulang kerja, dia memarkirkan sepeda motornya di teras lalu bergegas masuk ke dalam rumah.

"Ibu, aku pulang!"

Seorang wanita paruh baya bernama Maya berjalan keluar dari dapur, "Kamu sudah pulang? Gimana pekerjaan mu hari ini, Nak?"

"Semua berjalan lancar, Bu." Hanna menjatuhkan dirinya di kursi usang milik mereka.

Maya ikut duduk di samping sang putri, "Han, ada yang mau Ibu tanyakan padamu."

Hanna mengernyitkan keningnya, "Apa, Bu? Sepertinya serius?"

"Tadi Ibu ke warung, dan Ibu dengar dari Tara jika kemarin sore ada pria kaya yang datang ke sini. Itu siapa, Han?"

Hanna terkesiap, kemarin saat Alden datang, Maya sedang sibuk membuat kue di dapur dan dia sengaja tidak cerita apa-apa pada Maya sebab tak ingin sang ibunda khawatir dengan permasalahan yang dia hadapi.

"Oh, bukan siapa-siapa, Bu. Hanya orang salah alamat," bantah Hanna.

Maya menautkan kedua alisnya, "Salah alamat? Memangnya dia mencari siapa?"

"Dia mencari temannya, dan bertanya padaku. Tapi ternyata alamat temannya itu di kampung sebelah." Hanna berkata bohong.

"Ya ampun, ada-ada saja!"

Hanna mencoba tertawa, "Iya, Bu. Sepertinya dia datang dari jauh, jadi tidak tahu daerah sini."

"Pantas saja dia bisa salah."

"Iya, Bu. Kalau begitu aku ke kamar dulu, ya. Mau ganti baju."

Hanna bangkit, dia ingin menghindari pembicaraan dengan sang ibu.

"Ya sudah, kalau begitu Ibu lanjut buat kue lagi." Maya pun ikut beranjak dan kembali ke dapur.

Hanna mengembuskan napas lega, untung saja dia bisa menemukan jawaban yang masuk akal tadi, kalau tidak bisa terbongkar semuanya. Tapi mendadak dia merasa kesal pada Tara yang terlalu sibuk mengurusi dirinya.

"Dasar ratu gosip! Awas saja kau!" gerutu Hanna, dia pun bergegas masuk ke dalam kamarnya yang di dominasi warna biru.

Sejak dulu Tara yang terkenal sebagai tukang gosip di kampung itu selalu saja usil dengan kehidupan Hanna, dia sering menyebarkan rumor macam-macam tentang Hanna.

Beberapa kali Hanna pernah melabrak dan menegur Tara, tapi wanita itu tak menggubrisnya sama sekali. Dia iri pada Hanna yang cantik dan selalu dipuji baik oleh warga kampung, dia juga cemburu karena Niko sangat dekat dengan Hanna, sedangkan acuh tak acuh kepada dirinya.

***

...Hai, semua.☺️...

...Terima kasih untuk yang sudah setia menunggu kelanjutan kisah ini....

...Jangan lupa tinggalkan like dan komentar kamu untuk mendukung karya ini. Jangan lupa juga masukkan rak favorit ya....

Terpopuler

Comments

UmiLovi ✨ IG : LaLoviiii

UmiLovi ✨ IG : LaLoviiii

🤣🤣 berarti daritadi malah ngobrol sm orgil

2022-10-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!