Predator jatuh cinta
Jena Malone dan Akbar Pratama sepasang kekasih yang sudah lama menjalin hubungan. Hampir 3 tahun lamanya mereka berpacaran namun untuk ke jenjang pernikahan mereka belum kepikiran ke arah situ.
Jena dan Akbar satu kantor. Namun beda divisi. Komunikasi mereka berjalan lancar selama ini. Walaupun setatus mereka berpacaran ketika di kantor mereka profesional. Sesekali mereka habiskan waktu bersama ketika hari weekend.
Di tanggal 22 Agustus 2002 Jena di angkat jadi manager utama di perusahaannya tempat dia bekerja. Jena sangat bahagia menerima kabar tersebut. Beda dengan Akbar kekasihnya tidak suka mendengar kabar itu. Padahal Akbar sudah kerja keras agar dirinya bisa naik jabatan. Namun Jena lebih beruntung ketimbang dirinya.
" Bar, siap-siap kamu jadi kacung pacar mu sendiri". Ejek salah satu temannya. Akbar merasa jatuh harga dirinya.
Ketika acara peresmian kantor Jena naik ke atas podium yang membuat dirinya di sorot jadi pusat perhatian semua orang disana. Akbar merasa gusar karena dirinya kalah oleh Jena. Di tambah lagi teman-teman nya mengejeknya.
Jena tidak henti-hentinya menyebutkan nama Akbar kekasihnya di podium. Ia sangat menyayangi Akbar dan juga berterima kasih berkat Akbar dirinya bisa berdiri di atas kakinya sendiri.
Melihat wajah Akbar Jena merasa aneh karena hanya dia yang tidak tepuk tangan bahkan Akbar tidak memberinya ucapan selamat.
Jena menuruni podiumnya dan langsung menghampiri Akbar yang sedang berdiri sangat jauh darinya.
" Sayang, ada apa?". Tanya Jena dengan lembut sembari memegangi tangan Akbar.
” Aku ingin kamu resign dari kantor ini karena aku tidak suka kamu jadi pusat perhatian!". Alasan Akbar masuk akal karena Jena tau Akbar sangat mencintainya. Jena senang mendengarnya sekaligus sedih. Ini impiannya sejak dulu menjadi wanita karir. Baru saja di podium tadi Jena komitmen untuk sama ² membangun perusahaan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Jena menggenggam tangan tangan Akbar berharap Akbar mengerti dirinya. Mata mereka bertemu Jena memegangi pipinya dengan lembut.
" Sayang, kamu tau kan ini impian aku sejak dulu. aku mohon sekali ini saja aku minta sama kamu tolong dukung aku". Akbar langsung melepaskan tangan Jena dari pipinya. Akbar merasa kecewa permintaannya di tolak.
” Belum juga satu hari kamu naik Jabatan kamu sudah berubah Jen, aku kecewa sama kamu!, kamu pilih jabatan ketimbang aku!”. Akbar langsung meninggalkan Jena seorang diri di acara kantor peresmiannya. Jena merasa tidak enak karena jadi pusat perhatian kedua kalinya.
Jena hendak mengejar Akbar. Tiba-tiba Jena di hentikan.
" Nona Jena, saya akan mengenalkan anda dengan pemilik perusahaannya ini langsung. Mari ikut saya". Ucap Pak Ardi. Jena hanya mengangguk dan langsung mengikuti pak Ardi dari belakang.
Dengan percaya diri Akbar menuggu Jena di parkiran. Dirinya yakin Jena akan menyusulnya dan meminta maaf langsung kepadanya. Namun sudah hampir 20 menit Jena tidak datang juga. Hatinya sakit dengan sikap Jena yang mulai berubah. Akbar memutuskan untuk pergi dari sana.
Jena bertemu dengan pak Joni pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Mereka berbincang-bincang di ruangan VIP. Jena merasa hatinya tidak tenang karena kekasihnya lagi marah. Namun ia harus tetap profesional ketika ia sedang berada di dunia pekerjaan. Setelah berbincang-bincang Jena memutuskan untuk pamit sama atasannya. Jena langsung pergi ke parkiran berharap Akbar masih menunggunya.
Sampai di parkiran hatinya sedih karena mobil Akbar sudah tidak ada lagi di tempatnya. " Apa dia sudah pergi". Batinnya sambil jalan pelan ke arah tempat pembayaran karcis. Benar saja Akbar sudah pergi. Jena merogoh ponselnya di dalam tas lalu menghubungi Akbar. Pertama-tama teleponnya terhubung namun tidak di angkatnya. Yang kedua malah di reject. Jena masih berusaha menghubungi Akbar tapi tidak ada tanda-tanda Akbar mengangkatnya.
Jena memutuskan untuk pergi ke apartemennya Akbar menemuinya untuk meminta maaf karena tidak menuruti keinginannya.
Hati Akbar merasa panas karena dirinya kalah telak sama Jena. Dia sudah berusaha agar jabatannya naik, tapi malah Jena yang dapat. Akbar merasa harga dirinya di bawah Jena karena mulai besok Jena jadi atasannya walaupun beda divisi. " Sial" Umpatnya sambil memukul stir mobil. Akbar langsung menyambar ponselnya dan melihat riwayat teleponnya. Akbar menghapus semua panggilan telepon Jena kepadanya.
Akbar malah menghubungi teman²nya bukannya ngabarin Jena yang lagi cemas.
" Bro, gua tunggu kalian di klub malam ini juga!”.
" Siap bro ". Jawab salah satu temannya. Akbar tidak pulang ia langsung pergi ke klub untuk menghilangkan rasa kesalnya.
Sampai di apartemen Jena langsung masuk karena ia memiliki kunci cadangannya.
" Sayang" Panggilnya. Jena langsung menuju ke arah kamar dan mengecek kamarnya kosong.
” Aku tunggu di sini aja deh. Jena memutuskan untuk menuggu Akbar di apartemennya. Sembari menunggu Akbar balik. Seperti biasa Jena memasak makanan kesukaannya dan merapikan apartemennya.
Di klub. Akbar malah senang² sama teman-temannya minum² ia tidak peduli sama Jena yang mencemaskan dirinya.
" Gila, pacar gua yang malah naik takhta bukan gua!. Teriaknya sambil minum. Akbar benar-benar tidak terima. Kedua temannya saling memandang.
" Oh, adi gara² itu lo minum lagi?”. Tanya Andre.
" Yoi" Jawab Akbar.
” Bar, jangan sampai lo jadi budak Jena, di mana harga diri lo sebagai laki bro!”. Saut Romi.
" Itu dia yang buat gua ngajak kalian kesini, gua ingin melupakan hal itu!". Jawab Akbar.
" Atau gak lo suruh Jena resign aja bro dari kantor lo". Usul Andre.
" Betul tuh". Timpa Romi. Akbar hanya tersenyum kecut mendengar usulan teman-temannya.
” Ko lo malah tertawa sih?". Tanya Andre karena ekspresi wajah Akbar buat orang jadi penasaran.
" Itu udah gua lakuin!, tapi dia malah menolaknya. Jawab Akbar.
" Wah belum juga satu hari dia sudah bantah lo bro, gimana nanti kalau dia udah jadi bini, yang ada lo di jadikan budak sama dia. Hahaha". Ujar Romi. Andre malah ikut menertawakan Akbar sama Romi. Akbar semakin kesal mendengarnya.
”Perkataan mereka ada benarnya. Batin Akbar.
Malam makin larut, Jena masih setia menuggu Akbar. Sesekali Jena melihat ke arah pintu berharap Akbar datang. Jena sampai ketiduran di sana. Jena kebangunan dan langsung melihat ponselnya sudah jam 2 malam. Akbar belum pulang juga. Jena menghubungi Akbar. Lagi-lagi tidak di angkatnya. Jena mengirimkan pesan sama Akbar, Lalu ia bersiap untuk pulang ke rumahnya. Karena ia tidak enak nginap di apartemen cowok walaupun itu apartemen pacarnya.
Di perjalanan menuju pulang Jena di pepet mobil mewah di jalan yang ugal-ugalan. Jena langsung meminggirkan mobilnya dan menghalangi mobil mewah tersebut. Jena langsung turun dari mobil hendak menegurnya.
Langkah Jena mulai pelan melihat pria dan wanita sedang bercumbu di dalam mobil. Jena langsung membalikkan badannya hendak pergi. Tapi jika dirinya tidak menegurnya takut mencelakai orang lain. Jena memutuskan untuk menegurnya.
" Apa dia tidak sadar hampir menabrak mobil ku, dasar pria mesum!". Hardiknya dalam hati. Jena mengetuk kaca mobilnya.
" Tok... Tok.." Tidak ada tanda-tanda di buka kacanya. Jena yang kesal tidak di buka juga kacanya ia melepaskan sepatunya lalu mengetuk kaca mobilnya dengan sepatu.
" Honey, coba kamu liat?”. Jian mengentikan kegiatannya dan langsung pokus melihat ke arah kaca. Matanya melotot karena kaca mobilnya di gedor pakai sepatu.
" Sial!, siapa dia?”. Ujar Jian sembari membenarkan celananya. Jian membuka pintu mobilnya.
" Apa anda tidak waras nona??”. Tanya Jian dengan emosi.
" Anda yang tidak waras pak!, anda hampir menabrak mobil saya tadi!”. Mendengar dirinya di panggil bapak Jian melongo dan memperhatikan Jena dari atas sampai bawah.
" Dan anda malah asik mesum dengan pacar anda bukannya minta maaf malah ngatain saya, mobil boleh saja mewah tapi tidak mampu untuk menyewa hotel!”. Jian masih saja diam di hina sama Jena seperti itu.
Di dalam mobil Erika tidak terima Jena menghina Jian seperti itu, dia pun keluar dari mobil untuk membelanya.
" Eh mbak di jaga ya ucapannya, anda sudah menghina pacar saya barusan, pacar saya bahkan bisa membeli anda mbak". Ucap Erika. Jian masih mematung memandangi wajah Jena. Mendengar pembelaan Erika, Jena tersenyum geli. Erika merasa emosi karena Jena malah menertawakan dirinya.
" Membeli saya?, hah!. Apa saya tidak salah dengar?. Ujar Jena sembari mendekatkan kupingnya ke arah Erika. Bau parfum Jena tercium langsung oleh Jian yang berdiri tegak tidak jauh dari Erika. Naluri lakinya mulai bergejolak untuk pertama kalinya Jian merasakan hal seperti ini.
Jian mulai gusar melihat senyum di wajah Jena yang amat manis membuat adrenalin nya tambah meningkat. Jena menunjuk ke arah wajah Jian. ” Bahkan bapak ini tidak bisa bayar hotel! untuk menyalurkan hasratnya mba hahahaha" . Erika langsung emosi hendak menampar pipi Jena. Jian langsung memegangi tangan Erika.
" Honey dia sudah berani menghina kamu?". Ujar Erika emosi. Jian menatapnya dengan tatapan tajam Erika langsung menundukkan wajahnya. Merasa udah puas Jena langsung memakai sepatunya dan jalan ke arah mobilnya.
Namun hati Jena merasa ada yang aneh melihat sikap Jian yang tidak bicara lagi, bahkan dirinya sudah merendahkan dirinya pun ia tidak membalasnya. Jena tidak membalikkan lagi badannya ia langsung masuk ke mobil dan pergi.
Jian hanya bisa menatapnya pergi dan hanya mengingat flat nomor mobilnya.
Jian masuk ke mobil di ikuti sama Erika. " Honey apa kita mau melanjutkannya lagi?”. Rayu Erika sembari memegangi tangan Jian. Jian sudah hilang seleranya untuk bercumbu. Ia malah pokus mengingat flatnya.
Jian mengambil ponselnya lalu mencatatnya di ponsel dan langsung mengirimkan nomor tersebut ke orang kepercayaannya.
Aku akan mendapatkannya. Batin Jian sembari menyalakan mobilnya dan tancap Gas.
Erika merasa tidak nyaman melihat sikap Jian yang tiba-tiba dingin kepadanya. Bukannya dia yang maksa tadi ingin main di mobil sambil nyetir, tapi kenapa tiba-tiba berubah dingin seperti es. Batin Erika.
Jian tidak jadi ke hotel, ia menyuruh orang untuk mengantarkan Erika ke rumahnya. Lalu ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
Sampai di rumahnya yang mewah dan megah Jian melepaskan rasa penatnya di sofa sembari mengingat lagi senyum Jena tadi. Jian hanya tinggal berdua dengan Papinya di rumah. Rumah sebesar itu hanya di penuhi oleh asistennya. Asistennya yang selalu membuka sepatutnya seperti biasa.
Tampa Jian suruh asistennya langsung meletakkan kaki Jian di pahanya untuk membuka sepatutnya.
" Tuan Jian, apakah anda mau mandi sekarang?”. Tanya sopan Mira asistennya. Jian hanya cukup menjentikkan jari ke arahnya. Mira langsung paham dan segera menyiapkan air panas untuk Jian mandi.
******
Bismillah semoga kalian suka dengan ceritanya. Maaf jika ada tulisannya yang masih kurang dan berantakan, saya dengan senang hati menerima masukan dari kalian🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Trii AZz
lanjut thorr
2022-10-04
1