Pak Joni terkejut melihat anaknya pulang ke rumah. Bibirnya tersenyum senang sembari menuruni anak tangga bersama Pak Ardi.
" Kamu boleh istrhat". Ujar pak Joni kepada asisten pribadinya. Pak Ardi langsung pamit pergi.
" Anak papi akhirnya pulang?”. Lamunan Jian buyar mendengar suara Papinya yang masih belum tidur. Jian langsung membenarkan duduknya menjadi tegak. Pak Joni langsung duduk di samping putranya.
Jian menghela napasnya melihat jam di pergelangan tangannya pukul 2 dini hari. " Ini udah malam pi, kenapa masih saja kerja ". Ucap Jian kesal sama Papinya yang tidak ingat waktu kalau sedang bekerja.
" Kamu belum jawab pertanyaan papi barusan”.
Jian tau Papinya tidak akan menjawab pertanyaannya sebelum dirinya menjawabnya." Karena Jian ingin liat keadaan papi makanya pulang ”.
Pak Joni tersenyum lebar mendengar ucapan putranya. Jian memang terlihat cuek namun ia diam-diam sangat perhatian kepada Pipinya.
" Kalau kamu ingin Papi istrhat ya kamu gantikan Papi lah nak di kantor". Raut wajah Jian langsung berubah seketika. Jian tidak suka mendengar Papinya bicara itu dan itu terus. Jika Jian protes soal pekerjaan pasti papinya bicara itu lagi.
" Pi, Jian ke kamar dulu yah". Ujar Jian menghindar. Pak Joni sudah bisa menebaknya kalau Jian akan menghindar jika membahas soal kantor.
Jian langsung cabut pergi ke kamarnya.
"Gimana caranya agar dia mau gantikan saya di perusahaan. Batin Pak Joni.
Di klub..
Suasana mulai tidak terkendali. Akbar mulai mabok ia terlalu banyak minum sampai² bicaranya mulai melantur.
" Punya pacar susah di ajak enak², setiap di ajak tidur selalu banyak alasan dia". Mendengar Akbar bicara seperti itu jadi bahan tertawaan teman² nya.
" Oh, jadi sekian lama lo pacaran sama dia belum pernah tidur bareng?”. Tanya Romi. Akbar menggelengkan kepalanya. Mereka percaya karena orang mabok akan berkata jujur.
Andre menepuk pundak Akbar.
" Lo mau gak merasakan kenikmatan surga?". Ujar Andre. Akbar tidak paham dengan istilah macam itu. Andre membisikkan sesuatu ke kuping Akbar.
" Gimana?" Kata Andre. Akbar langsung mengangguk tanda setuju. Andre dan Romi langsung tersenyum.
" Dimana kita bisa mendapatkan perempuan itu?". Tanya Akbar.
" Hahahaha" Lagi-lagi kedua temannya tertawa puas.
" Sialan lo pada!". Kata Akbar sembari menghabiskan sisa minumannya yang di botol.
" Ayo cabut!". Ujar Romi sembari memapah Akbar yang sedang mabuk. Andre menemui bartender lalu memberinya uang. Tidak lama sosok perempuan yang seksi keluar, mereka langsung membawanya pergi.
Akbar dan perempuan tersebut duduk di jok belakang. Sedangkan Romi dan Andre di depan. Mendengar suara ******* di belakang Romi dan Andre menahan tawanya..
" Kena kan lo. Gumam Andre.
Keesokannya harinya. Jena pagi-pagi sekali udah bangun dan langsung mengecek ponselnya, tidak ada balasan dari Akbar. Jena langsung sedih dan bingung.
" Sepertinya ini serius. Tidak biasa dia bersikap seperti ini ". Batin Jena. Jena bergegas mandi lalu bersiap pergi.
Sampai di apartemen Akbar. Jena langsung masuk, melihat makanan yang disiapkannya semalam masih utuh. Jena melangkahkan kaki ke kamarnya.
" Sayang apa kamu udah bangun?”. Jena membuka pelan pintunya mengeceknya ke dalam. Kosong dan masih rapih tempat tidurnya.
" Apa dia tidak pulang?" Batinnya dalam hati. Jena membereskan makanannya yang semalam, lalu ia membuatkan sarapan baru untuk Akbar.
Melihat jam di pergelangan tangannya hampir pukul 8 pagi. Jena langsung pergi ke kantor. Ini hari pertamanya masuk kantor sebagai manager. Jena harus memberikan contoh yang baik untuk bawahannya.
Di tempat lain..
Akbar memegangi kepalanya yang ama sakit. Dirinya terkejut melihat ada wanita di sampingnya sedang terlelap tidur.
" Kamu siapa??. ngapain tidur di sini?. Tanya Akbar sekaligus kaget. Wanita tersebut terkejut mendengar pertanyaan Akbar.
” Apa kamu lupa semalam, kita habis melakukan Heppy ending?".
" Apa??". Kata Akbar kaget sambil berdiri. Melihat tubuhnya tampa sehelai benang. Akbar langsung mengusap wajahnya merasa bersalah.
”Astaga!, apa yang aku lakukan. Wajah Jena langsung terbesit di pikirannya. Akbar benar-benar menyesal. Tuhan, gimana kalau Jena tau soal ini. Batin Akbar menyesal. Akbar mengambil pakaiannya lalu pergi dari kamar hotel. Akbar meninggalkan wanita itu begitu saja.
Akbar pulang mengunakan taksi, karena mobilnya di bawa Romi semalam. Akbar langsung menghubungi Andre dan Romi. Dia melakukan Vidio call bertiga.
Di layar ponsel. " Hai bro, gimana rasanya bro?". Tanya Andre langsung sembari tersenyum.
" Iya bro apa lo ketagihan?". Saut Romi.
" Kalian berdua akan berhadapan sama gua nanti malam!. Ujar Akbar serius. Andre dan Romi menelan ludahnya masing-masing.
" Ko lo marah sih?". Tanya Romi penasaran.
" Iya, kenapa lo marah²". Saut Andre.
" Jelas gua marah, kalian ngapain ngasih cewek gak benar sama gua!”..
Romi dan Andre malah tertawa. " Tapi enak kan?". Tanya keduanya. Akbar langsung menyudahi teleponnya.
" Sialan kalian berdua!". Ucap Akbar.
Akbar mengecek pesannya ada 10 pesan yang belum di baca. " Jena?, jadi dia semalaman ada di apartemen". Akbar hendak menghubunginya namun iya urungkan karena ingat Jena yang buat dirinya tidur bareng sama perempuan tadi.
" Gara² kamu Jenn, aku jadi tidur dengan wanita gak jelas itu!".. Ujarnya sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku.
Sementara di kantor Jena di sambut para staf begitu meriah. Mereka senang kerja di bawah pimpinan seperti Jenna yang bijak dan juga tegas.
Sesampainya di ruangan yang baru, Jena melihat di sekelilingnya. Tempat duduk yang nyaman, dan interiornya sangat indah. Jena duduk di kursinya sembari tersenyum manis.
Senyumnya langsung hilang ketika ia mengingat pacarnya. Jena langsung menyambar tasnya dan mengecek ponselnya.
" Di baca, tapi kenapa Akbar tidak balas peranku". Batinnya. Jena hendak menghubunginya namun tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
" Masuk" Ujar Jena sembari meletakkan kembali ponselnya.
Dengan senyuman ramahnya, Dea memasuki ruangan Jena sembari memegangi agenda di tangannya.
" Bu Jena, siang ini anda ada meeting dengan pak Joni di rumahnya, lalu setelah itu anda harus meninjau langsung lokasi properti yang akan anda tempati nantinya". Ujar Dea sekertaris barunya.
" Baik, terimakasih Dea".
" Sama² bu, saya permisi. Dea langsung keluar dari ruangannya.
Jenna baru baca pesan dari pak Ardi soal pasilitas yang akan dia miliki selama menjadi manager. Rumah, kendaraan dan asisten pribadi. Jenna membalas pesan dari Pak Ardi lalu menaruh ponselnya lagi di samping laptopnya.
Jena langsung menyalakan laptopnya dan mempersiapkan untuk meeting siang nanti. Sesekali Jena melihat ke arah ponsel berharap Akbar menghubunginya.
Akbar sudah sampai di kantor, ia telat 1 jam masuk kantor. Dengan napas panjang Akbar masuk ke ruangannya. Di ruangan kerja Akbar terdiri dari 4 orang. wanita 2 pria dua dan dirinya.
Ketika Akbar masuk ke ruangan. ke 3 temannya langsung menoleh ke arah Akbar semua. Lalu melihat jam di dinding.
" Wah mentang² pacarnya bos sekarang, jadi seenaknya masuk siang!". Celetuk salah satu teman kantornya. Akbar tambah kesal mendengarnya, ia langsung duduk dan menyalakan laptopnya tampa membalas ucapan temannya.
" Gara² Jena aku bahan olokan mereka sial!!". Batin Akbar penuh amarah.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya. Jenna bersiap untuk menemui Akbar di ruangannya. Jenna menarik handle pintu. Ketika pintunya ke buka, Dea sudah berdiri di hadapannya yang hendak mengetuk pintunya.
" Kebetulan sekali bu. Bu ada revisi yang harus ibu cek sekarang juga". Ujar Dea sembari memberikan kertas putih ke tangan Jena.
Lagi-lagi Jena gagal untuk menemui Akbar. Jenna langsung masuk lagi dan segera mengeceknya.
Setelah mengeceknya, Jenna langsung menemui pak Ardi.
" Pulang kantor baru aku menemuinya. Ujar Jena sambil melewati ruangan Akbar.
" Bar, bukannya itu pacar kamu, ko dia hanya lewat saja sih gak mampir seperti biasa?". Ujar temannya yang melihat Jena tadi berhenti tepat di depan ruangannya.
Akbar melihatnya sekilas namun ia tidak peduli, hatinya masih kesal.
" Mungkin dia sibuk" Jawab Akbar.
" Yang sabar ya Bar, kamu harus tau diri, dia itu bos kamu sekarang dan kamu bawahan dia!, hahahha". Mendengar ejekan teman-temannya Akbar langsung cabut.
Langkah Akbar mulai pelan melihat Jena yang sedang ngobrol di lobby bersama pak Ardi membuat dirinya makin kesal.
Akbar berdiri sejenak sembari menatap Jena dengan tatapan penuh amarah. ” Harusnya itu posisiku" Gumamnya sambil menatap tajam ke arah Jena.
Akbar hendak balik lagi ke ruangannya namun Jena keburu melihatnya. Dengan dinginnya Akbar hanya melewatinya saja tampa senyum di wajahnya. Sedangkan Jena tersenyum penuh ke arah Akbar.
Jena langsung sedih melihatnya. Jena melihat punggung Akbar yang sedang jalan ke arah kantin. Pak Ardi memperhatikan Jenna yang tiba-tiba bengong.
" Bu, apa anda mendengarkan saya?". Jena langsung sadar dan menjawab pertanyaan pak Ardi.
" Maaf pak, saya tadi melamun".
Mobilnya datang. Pak Ardi dan Jena langsung masuk ke mobil tersebut.
Di kediaman rumah pak Joni.
Sesampainya di rumah yang besar dan juga megah. Jena turun dari mobil dan menatap rumah mewah nuansa abu yang sangat megah itu.
Jena berdecak kagum dengan desain rumah pak Joni. Jena dan pak Ardi langsung masuk ke ruangan kerjanya. Mereka mulai meeting. 1 jam berlalu meeting pun selesai.
Pak Ardi menyuruh Jena untuk keluar terlebih dahulu, karena ada hal yang ingin di bahas pak Joni dan dirinya. Jenna mengerti dan langsung keluar. Sambil menunggu pak Ardi. Jenna jalan² di rumah besarnya pak Joni.
Jenna ingin sekali mempunyai rumah seperti ini. Memiliki rumah yang nyaman dan banyak anak, itu impiannya. Tampa Jenna sadari ia sudah ada di halaman belakang. Jenna makin kagum melihat halamannya yang sangat luas di penuhi dengan bunga-bunga yang cantik.
Jena mengeluarkan ponselnya memotret sebagian bunga yang ada di sana.
Jian baru bangun dari tidurnya, ia langsung meneguk jus yang sudah ada di samping tempat tidurnya. Membuka tirai kaca jendelanya.
Lalu Jian keluar teras sembari menikmati panasnya matahari. Itu kebiasaan Jian berjemur sebelum mandi. Sembari berjemur tiba-tiba Jian mendengar suara gelak tawa perempuan di bawahnya. Jian langsung melihat ke arah bawah dan melihat Jena yang sedang bicara sama kucing peliharaan papinya.
Jian terpaku melihat senyum di wajah Jenna untuk kedua kalinya.
" Bahkan mataku saja wajah perempuan itu lagi yang nampak". Batinnya sembari tersenyum. Jian mengalihkan lagi matanya ke arah lain. Jian pikir itu hanya khayalan.
" Aduh sakit!" Tangan Jena kena cakarnya. Jian langsung melihatnya lagi. Jena sedang mengibaskan tangannya sembari meringis kesakitan.
" Apa!, jadi dia nyata?" Ujar Jian. Jenna mendengar suara Jian yang keras persis di atasnya. Mereka saling memandang. Jena kagetnya bukan main.
******
Tolong bantu kasih bintang 🌟🌟🌟🌟🌟 5 yah. Dan juga like komentar nya . Terimakasih Wasalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments