Part. 4

Jian menuruni tangga. Melihat ke sekeliling ruangan tidak melihat Papinya dimana-mana. Jian tau ia harus cari Papinya ke mana. Jian pergi ke ruang kerjanya. Sebelum masuk Jian mengetuk pintunya.

" Tok... Tok. Pi, Ian boleh masuk gak?". .

" Masuk" Jawab Pak Joni dari dalam. Pak Joni sudah tau putranya akan menemuinya.

Jian duduk di hadapan pak Joni yang sedang pokus sama komputernya. Selama ini pak Joni bekerja dirumah.

Jian bingung harus mulai bicara dari mana.

" Ada apa Ian?. Papi tidak akan memaksa kamu lagi ko untuk mengurus perusahaan papi". Ucap Pak Joni memulai bicara. Jian melongo.

" Papi salah, Ian kesini karena ian siap gabung sekarang di perusahaan Papi!. Pak Joni pura-pura kaget mendengarnya. Padahal dia sudah tau gelagat putranya itu.

” Wah Papi terkejut mendengarnya!, tapi sayang Papi sudah menemukan orang lain untuk mengurus perusahaan Papi ". Pak Joni ingin sekali tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Jian kaget seperti itu.

" Jadi Papi gak mau ne Ian mandiri dan bantu Papi. Ian kesini menemui Papi itu sungguh-sungguh pi ingin gambung!. Pak Joni mulai serius dan memperhatikan putranya.

" Ko tiba-tiba perubahan pikiran?. bukannya semalam kekeh tidak mau?". Pak Joni masih saja godain putranya. Jian yang mulai kesal hendak pamit.

" Ya udah, Ian gak jadi deh gabung di perusahaan Papi ". Jian langsung berdiri. Pak Joni masih menahan tawanya.

.

" Tadinya Papi mau menempatkan kamu sama Jenna, Ia sudah kalau kamu tidak mau!".. Mendengar nama Jena. Jian terpaku di tempatnya.

Ini kesempatannya untuk mendapatkan dia. Gumam Jian.

Jian duduk lagi di kursinya.

Pak Joni pura-pura cuek dan pokus lagi sama komputernya.

" Pi, Ian sungguh-sungguh pi, Ian mau gabung". Kali ini Jian memohon. Pak Joni tersenyum ke arah putranya.

" Oke, persiapkan dirimu besok". Wajah Jian langsung berubah seketika.

" Terimakasih ya pi". Jian terseyum penuh semangat. Ia langsung keluar dari ruangan Pak Joni.

Pak Joni menatap punggung putranya, dia seperti melihat dirinya sendiri di cermin. Setelah Jian menghilang Pak Joni langsung mengirimkan pesan sama Pak Ardi.

Jian mengepalkan tangannya dan berkata. " Yes!, kita ketemu besok". Ucapnya sembari tersenyum lebar. Jian pergi meninggalkan rumah besarnya. Dia menemui temannya Baim.

Mereka selalu datang ke klub malam yang terkenal elite disana. Jian dan temannya selalu diperlakukan istimewa di tempat tersebut.

Jian dan Baim melangkah kakinya ke ruangan VIP. Sebelum masuk ke ruangannya, para perempuan antusias memanggil nama Jian dengan kata² romantis dan memujinya. Jian di idolakan kaum hawa. Namun Jian tidak pernah menanggapinya dengan hati.

Semua perempuan suka datang ke sana, dan selalu berebut untuk dapat satu ruangan dengan Jian. Jadi mereka melakukan lelang tersebut. Bagi yang bisa bayar mahal maka perempuan itu yang akan jadi pemenangnya, sekaligus kencan bareng sama Jian.

Erika salah satu perempuan yang setiap harinya paling banyak mengeluarkan uang untuk Jian. Karena Erika harus bersaing dengan banyak perempuan agar memenangkan lelangnya.

Jian tidak menerima uangnya, mereka memberikan uang itu ke pengelola tempat klubnya. Makanya Jian di perlakukan istimewa sama mereka.

Jian duduk dengan menyilang kan kakinya di sofa yang empuk dan juga nyaman.

" Ian, gimana soal kencan sama Erika?". Tanya Baim sambil menuangkan air ke dalam gelas. Jian hanya tersenyum tipis.

" Gua bahkan belum tidur dengannya!". Jawabannya santai sembari menyalakan rokok.

" Serius lo?". Jian mengangguk. Baim hanya geleng-geleng kepala.

" Gua jatuh cinta IM!". Mendengar Jian jatuh cinta, Baim langsung tersedak sama minumannya, dia pun batuk-batuk. " Uhuk... Uhuk. Baim memperhatikan Jian dengan seksama. Baim pikir Jian mabuk.

" Siapa wanita beruntung itu?. yang bisa menaklukkan hati penjahat kaya lo!". Jian diam tidak menjawabnya, wajah Jenna ada di pikirannya saat ini. Tidak lama seseorang menghampiri Baim dan Jian.

" Hai sayang kita ketemu lagi". Erika langsung duduk di samping Jian sembari memperlihatkan lekukan tubuhnya yang seksi.

" Hai cantik?" Sapa Baim dengan senyuman menggodanya. Erika hanya tersenyum kecut mendengar hanya Baim yang menyapanya.

Jian tidak langsung tergoda seperti malam kemarin. Ia sangat dingin seperti es balok malam ini. Jian asik menghisap rokoknya yang tinggal sedikit di tangannya, ia tidak memperhatikan Erika yang sedari tadi menggodanya.

Erika memainkan jarinya di dada Jian dengan manja. Jian masih tetap dengan posisi sama

” Kenapa dia jadi dingin seperti es, beda dengan kemarin malam". Gumam di hati Erika.

” Sayang, aku ingin menunjukkan sesuatu kepada mu. tapi dia harus keluar dulu dari ruangan ini". Ujar Erika sembari menatap ke arah Baim.

Baim tidak bergeming ia tetap duduk santai di dekat Jian. Jian hanya diam.

" Tidak tau malu ya dia, padahal aku ingin bicara intim dengan kamu sayang". Sindir Erika sama Baim yang masih saja tidak mau keluar dari ruangan.

Jian mulai kesal mendengarnya. Erika masih saja nempel di tubuhnya.

" Dia tidak akan kemana-mana!, kalau kamu mau menunjukkan sesuatu harus di depan dia juga!". Ujar Jian tegas. Erika langsung kaget.

" Mana mungkin aku memperlihatkan tubuh polos ku di depan dia juga!". Batin Erika. Erika memberanikan diri untuk membisikkan sesuatu di kuping Jian.

" Aku ingin kamu liat tubuhku tampa sehelai benang pun ". Bisik nya. Jian tertawa terbahak-bahak.

" Ha-ha-ha ".

Mendengar Jian tertawa. Erika langsung memundurkan tubuhnya dari Jian.

" Im, hari ini dia buat lo". Mata Erika hampir keluar mendengarnya. Baim terkejut sekaligus senang mendengarnya. Erika langsung berdiri dan pergi.

" Ha-ha-ha" Keduanya sama-sama tertawa geli. Di balik pintu Erika mendengar tawa mereka, hatinya tambah kesal.

" Sialan!, udah ngeluarin uang banyak dianya malah gak mau!". Erika pergi duduk di depan bartender ia memesan minuman yang mengandung alkohol.

Sementara di ruangan terbuka Akbar dan teman-temannya ketemuan. Mereka seperti biasa ngobrol sambil minum-minum.

" Kenapa sih lo Bar marah² mulu!" Tanya Andre.

" Iya lo, kenapa sih bro?". Saut Romi. Akbar menghela napasnya Ia langsung meneguk minuman di depannya sampai habis.

" Tambah lagi?". Pinta Akbar. Andre menuangkan minumannya. Akbar terus saja minum. Andre dan Romi saling melirik. Di pikirannya masing-masing bertanya-tanya.

" Ngapain kalian berdua!, ayo kita tos!". Ajak Akbar sambil angkat gelas di tangannya. Romi dan Andre dengan senang hati langsung tos.

Tidak sengaja Akbar melihat perempuan yang sedang minum-minum. Di depan bartender. Ia terlihat sangat cantik dan termasuk seleranya. Andre dan Romi memperhatikan Akbar yang sedang memandangi perempuan yang sedang minum sendiri.

" Bar, gimana kalau kita gabung sama dia?". Usul Andre. Tampa di sangka² Akbar langsung berdiri dan menghampiri perempuan itu langsung. Romi dan Andre melongo melihat Akbar yang dulu kalem dan setia jadi liar seperti itu.

" Hmmmmm". Erika langsung menoleh melihat pria di sampingnya.

" Apa saya boleh gabung?”. Tanya Akbar.

" Tentu ". Jawab Erika.

Mereka langsung ngobrol dan langsung nyambung. Akbar terlihat lepas ketawanya dan juga Erika keduanya sama-sama memiliki kesamaan.

Tidak lama mereka keluar klub sama-sama dan langsung naik ke mobil Akbar. Mereka langsung menuju ke hotel untuk menginap.

Sementara Jenna menuggu di apartemen Akbar. Ia sudah hampir 4 jam menuggu Akbar disana, namun belum juga ada tanda-tanda Akbar pulang. Jenna hanya menatap poto mereka berdua yang terpajang di sudut sofa.

*********

Terimakasih. Tolong bantu vote dan kasih 🌟🌟🌟🌟🌟 ya. dan juga like nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!