Jena Malone dan Akbar Pratama sepasang kekasih yang sudah lama menjalin hubungan. Hampir 3 tahun lamanya mereka berpacaran namun untuk ke jenjang pernikahan mereka belum kepikiran ke arah situ.
Jena dan Akbar satu kantor. Namun beda divisi. Komunikasi mereka berjalan lancar selama ini. Walaupun setatus mereka berpacaran ketika di kantor mereka profesional. Sesekali mereka habiskan waktu bersama ketika hari weekend.
Di tanggal 22 Agustus 2002 Jena di angkat jadi manager utama di perusahaannya tempat dia bekerja. Jena sangat bahagia menerima kabar tersebut. Beda dengan Akbar kekasihnya tidak suka mendengar kabar itu. Padahal Akbar sudah kerja keras agar dirinya bisa naik jabatan. Namun Jena lebih beruntung ketimbang dirinya.
" Bar, siap-siap kamu jadi kacung pacar mu sendiri". Ejek salah satu temannya. Akbar merasa jatuh harga dirinya.
Ketika acara peresmian kantor Jena naik ke atas podium yang membuat dirinya di sorot jadi pusat perhatian semua orang disana. Akbar merasa gusar karena dirinya kalah oleh Jena. Di tambah lagi teman-teman nya mengejeknya.
Jena tidak henti-hentinya menyebutkan nama Akbar kekasihnya di podium. Ia sangat menyayangi Akbar dan juga berterima kasih berkat Akbar dirinya bisa berdiri di atas kakinya sendiri.
Melihat wajah Akbar Jena merasa aneh karena hanya dia yang tidak tepuk tangan bahkan Akbar tidak memberinya ucapan selamat.
Jena menuruni podiumnya dan langsung menghampiri Akbar yang sedang berdiri sangat jauh darinya.
" Sayang, ada apa?". Tanya Jena dengan lembut sembari memegangi tangan Akbar.
” Aku ingin kamu resign dari kantor ini karena aku tidak suka kamu jadi pusat perhatian!". Alasan Akbar masuk akal karena Jena tau Akbar sangat mencintainya. Jena senang mendengarnya sekaligus sedih. Ini impiannya sejak dulu menjadi wanita karir. Baru saja di podium tadi Jena komitmen untuk sama ² membangun perusahaan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Jena menggenggam tangan tangan Akbar berharap Akbar mengerti dirinya. Mata mereka bertemu Jena memegangi pipinya dengan lembut.
" Sayang, kamu tau kan ini impian aku sejak dulu. aku mohon sekali ini saja aku minta sama kamu tolong dukung aku". Akbar langsung melepaskan tangan Jena dari pipinya. Akbar merasa kecewa permintaannya di tolak.
” Belum juga satu hari kamu naik Jabatan kamu sudah berubah Jen, aku kecewa sama kamu!, kamu pilih jabatan ketimbang aku!”. Akbar langsung meninggalkan Jena seorang diri di acara kantor peresmiannya. Jena merasa tidak enak karena jadi pusat perhatian kedua kalinya.
Jena hendak mengejar Akbar. Tiba-tiba Jena di hentikan.
" Nona Jena, saya akan mengenalkan anda dengan pemilik perusahaannya ini langsung. Mari ikut saya". Ucap Pak Ardi. Jena hanya mengangguk dan langsung mengikuti pak Ardi dari belakang.
Dengan percaya diri Akbar menuggu Jena di parkiran. Dirinya yakin Jena akan menyusulnya dan meminta maaf langsung kepadanya. Namun sudah hampir 20 menit Jena tidak datang juga. Hatinya sakit dengan sikap Jena yang mulai berubah. Akbar memutuskan untuk pergi dari sana.
Jena bertemu dengan pak Joni pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Mereka berbincang-bincang di ruangan VIP. Jena merasa hatinya tidak tenang karena kekasihnya lagi marah. Namun ia harus tetap profesional ketika ia sedang berada di dunia pekerjaan. Setelah berbincang-bincang Jena memutuskan untuk pamit sama atasannya. Jena langsung pergi ke parkiran berharap Akbar masih menunggunya.
Sampai di parkiran hatinya sedih karena mobil Akbar sudah tidak ada lagi di tempatnya. " Apa dia sudah pergi". Batinnya sambil jalan pelan ke arah tempat pembayaran karcis. Benar saja Akbar sudah pergi. Jena merogoh ponselnya di dalam tas lalu menghubungi Akbar. Pertama-tama teleponnya terhubung namun tidak di angkatnya. Yang kedua malah di reject. Jena masih berusaha menghubungi Akbar tapi tidak ada tanda-tanda Akbar mengangkatnya.
Jena memutuskan untuk pergi ke apartemennya Akbar menemuinya untuk meminta maaf karena tidak menuruti keinginannya.
Hati Akbar merasa panas karena dirinya kalah telak sama Jena. Dia sudah berusaha agar jabatannya naik, tapi malah Jena yang dapat. Akbar merasa harga dirinya di bawah Jena karena mulai besok Jena jadi atasannya walaupun beda divisi. " Sial" Umpatnya sambil memukul stir mobil. Akbar langsung menyambar ponselnya dan melihat riwayat teleponnya. Akbar menghapus semua panggilan telepon Jena kepadanya.
Akbar malah menghubungi teman²nya bukannya ngabarin Jena yang lagi cemas.
" Bro, gua tunggu kalian di klub malam ini juga!”.
" Siap bro ". Jawab salah satu temannya. Akbar tidak pulang ia langsung pergi ke klub untuk menghilangkan rasa kesalnya.
Sampai di apartemen Jena langsung masuk karena ia memiliki kunci cadangannya.
" Sayang" Panggilnya. Jena langsung menuju ke arah kamar dan mengecek kamarnya kosong.
” Aku tunggu di sini aja deh. Jena memutuskan untuk menuggu Akbar di apartemennya. Sembari menunggu Akbar balik. Seperti biasa Jena memasak makanan kesukaannya dan merapikan apartemennya.
Di klub. Akbar malah senang² sama teman-temannya minum² ia tidak peduli sama Jena yang mencemaskan dirinya.
" Gila, pacar gua yang malah naik takhta bukan gua!. Teriaknya sambil minum. Akbar benar-benar tidak terima. Kedua temannya saling memandang.
" Oh, adi gara² itu lo minum lagi?”. Tanya Andre.
" Yoi" Jawab Akbar.
” Bar, jangan sampai lo jadi budak Jena, di mana harga diri lo sebagai laki bro!”. Saut Romi.
" Itu dia yang buat gua ngajak kalian kesini, gua ingin melupakan hal itu!". Jawab Akbar.
" Atau gak lo suruh Jena resign aja bro dari kantor lo". Usul Andre.
" Betul tuh". Timpa Romi. Akbar hanya tersenyum kecut mendengar usulan teman-temannya.
” Ko lo malah tertawa sih?". Tanya Andre karena ekspresi wajah Akbar buat orang jadi penasaran.
" Itu udah gua lakuin!, tapi dia malah menolaknya. Jawab Akbar.
" Wah belum juga satu hari dia sudah bantah lo bro, gimana nanti kalau dia udah jadi bini, yang ada lo di jadikan budak sama dia. Hahaha". Ujar Romi. Andre malah ikut menertawakan Akbar sama Romi. Akbar semakin kesal mendengarnya.
”Perkataan mereka ada benarnya. Batin Akbar.
Malam makin larut, Jena masih setia menuggu Akbar. Sesekali Jena melihat ke arah pintu berharap Akbar datang. Jena sampai ketiduran di sana. Jena kebangunan dan langsung melihat ponselnya sudah jam 2 malam. Akbar belum pulang juga. Jena menghubungi Akbar. Lagi-lagi tidak di angkatnya. Jena mengirimkan pesan sama Akbar, Lalu ia bersiap untuk pulang ke rumahnya. Karena ia tidak enak nginap di apartemen cowok walaupun itu apartemen pacarnya.
Di perjalanan menuju pulang Jena di pepet mobil mewah di jalan yang ugal-ugalan. Jena langsung meminggirkan mobilnya dan menghalangi mobil mewah tersebut. Jena langsung turun dari mobil hendak menegurnya.
Langkah Jena mulai pelan melihat pria dan wanita sedang bercumbu di dalam mobil. Jena langsung membalikkan badannya hendak pergi. Tapi jika dirinya tidak menegurnya takut mencelakai orang lain. Jena memutuskan untuk menegurnya.
" Apa dia tidak sadar hampir menabrak mobil ku, dasar pria mesum!". Hardiknya dalam hati. Jena mengetuk kaca mobilnya.
" Tok... Tok.." Tidak ada tanda-tanda di buka kacanya. Jena yang kesal tidak di buka juga kacanya ia melepaskan sepatunya lalu mengetuk kaca mobilnya dengan sepatu.
" Honey, coba kamu liat?”. Jian mengentikan kegiatannya dan langsung pokus melihat ke arah kaca. Matanya melotot karena kaca mobilnya di gedor pakai sepatu.
" Sial!, siapa dia?”. Ujar Jian sembari membenarkan celananya. Jian membuka pintu mobilnya.
" Apa anda tidak waras nona??”. Tanya Jian dengan emosi.
" Anda yang tidak waras pak!, anda hampir menabrak mobil saya tadi!”. Mendengar dirinya di panggil bapak Jian melongo dan memperhatikan Jena dari atas sampai bawah.
" Dan anda malah asik mesum dengan pacar anda bukannya minta maaf malah ngatain saya, mobil boleh saja mewah tapi tidak mampu untuk menyewa hotel!”. Jian masih saja diam di hina sama Jena seperti itu.
Di dalam mobil Erika tidak terima Jena menghina Jian seperti itu, dia pun keluar dari mobil untuk membelanya.
" Eh mbak di jaga ya ucapannya, anda sudah menghina pacar saya barusan, pacar saya bahkan bisa membeli anda mbak". Ucap Erika. Jian masih mematung memandangi wajah Jena. Mendengar pembelaan Erika, Jena tersenyum geli. Erika merasa emosi karena Jena malah menertawakan dirinya.
" Membeli saya?, hah!. Apa saya tidak salah dengar?. Ujar Jena sembari mendekatkan kupingnya ke arah Erika. Bau parfum Jena tercium langsung oleh Jian yang berdiri tegak tidak jauh dari Erika. Naluri lakinya mulai bergejolak untuk pertama kalinya Jian merasakan hal seperti ini.
Jian mulai gusar melihat senyum di wajah Jena yang amat manis membuat adrenalin nya tambah meningkat. Jena menunjuk ke arah wajah Jian. ” Bahkan bapak ini tidak bisa bayar hotel! untuk menyalurkan hasratnya mba hahahaha" . Erika langsung emosi hendak menampar pipi Jena. Jian langsung memegangi tangan Erika.
" Honey dia sudah berani menghina kamu?". Ujar Erika emosi. Jian menatapnya dengan tatapan tajam Erika langsung menundukkan wajahnya. Merasa udah puas Jena langsung memakai sepatunya dan jalan ke arah mobilnya.
Namun hati Jena merasa ada yang aneh melihat sikap Jian yang tidak bicara lagi, bahkan dirinya sudah merendahkan dirinya pun ia tidak membalasnya. Jena tidak membalikkan lagi badannya ia langsung masuk ke mobil dan pergi.
Jian hanya bisa menatapnya pergi dan hanya mengingat flat nomor mobilnya.
Jian masuk ke mobil di ikuti sama Erika. " Honey apa kita mau melanjutkannya lagi?”. Rayu Erika sembari memegangi tangan Jian. Jian sudah hilang seleranya untuk bercumbu. Ia malah pokus mengingat flatnya.
Jian mengambil ponselnya lalu mencatatnya di ponsel dan langsung mengirimkan nomor tersebut ke orang kepercayaannya.
Aku akan mendapatkannya. Batin Jian sembari menyalakan mobilnya dan tancap Gas.
Erika merasa tidak nyaman melihat sikap Jian yang tiba-tiba dingin kepadanya. Bukannya dia yang maksa tadi ingin main di mobil sambil nyetir, tapi kenapa tiba-tiba berubah dingin seperti es. Batin Erika.
Jian tidak jadi ke hotel, ia menyuruh orang untuk mengantarkan Erika ke rumahnya. Lalu ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
Sampai di rumahnya yang mewah dan megah Jian melepaskan rasa penatnya di sofa sembari mengingat lagi senyum Jena tadi. Jian hanya tinggal berdua dengan Papinya di rumah. Rumah sebesar itu hanya di penuhi oleh asistennya. Asistennya yang selalu membuka sepatutnya seperti biasa.
Tampa Jian suruh asistennya langsung meletakkan kaki Jian di pahanya untuk membuka sepatutnya.
" Tuan Jian, apakah anda mau mandi sekarang?”. Tanya sopan Mira asistennya. Jian hanya cukup menjentikkan jari ke arahnya. Mira langsung paham dan segera menyiapkan air panas untuk Jian mandi.
******
Bismillah semoga kalian suka dengan ceritanya. Maaf jika ada tulisannya yang masih kurang dan berantakan, saya dengan senang hati menerima masukan dari kalian🙏
Pak Joni terkejut melihat anaknya pulang ke rumah. Bibirnya tersenyum senang sembari menuruni anak tangga bersama Pak Ardi.
" Kamu boleh istrhat". Ujar pak Joni kepada asisten pribadinya. Pak Ardi langsung pamit pergi.
" Anak papi akhirnya pulang?”. Lamunan Jian buyar mendengar suara Papinya yang masih belum tidur. Jian langsung membenarkan duduknya menjadi tegak. Pak Joni langsung duduk di samping putranya.
Jian menghela napasnya melihat jam di pergelangan tangannya pukul 2 dini hari. " Ini udah malam pi, kenapa masih saja kerja ". Ucap Jian kesal sama Papinya yang tidak ingat waktu kalau sedang bekerja.
" Kamu belum jawab pertanyaan papi barusan”.
Jian tau Papinya tidak akan menjawab pertanyaannya sebelum dirinya menjawabnya." Karena Jian ingin liat keadaan papi makanya pulang ”.
Pak Joni tersenyum lebar mendengar ucapan putranya. Jian memang terlihat cuek namun ia diam-diam sangat perhatian kepada Pipinya.
" Kalau kamu ingin Papi istrhat ya kamu gantikan Papi lah nak di kantor". Raut wajah Jian langsung berubah seketika. Jian tidak suka mendengar Papinya bicara itu dan itu terus. Jika Jian protes soal pekerjaan pasti papinya bicara itu lagi.
" Pi, Jian ke kamar dulu yah". Ujar Jian menghindar. Pak Joni sudah bisa menebaknya kalau Jian akan menghindar jika membahas soal kantor.
Jian langsung cabut pergi ke kamarnya.
"Gimana caranya agar dia mau gantikan saya di perusahaan. Batin Pak Joni.
Di klub..
Suasana mulai tidak terkendali. Akbar mulai mabok ia terlalu banyak minum sampai² bicaranya mulai melantur.
" Punya pacar susah di ajak enak², setiap di ajak tidur selalu banyak alasan dia". Mendengar Akbar bicara seperti itu jadi bahan tertawaan teman² nya.
" Oh, jadi sekian lama lo pacaran sama dia belum pernah tidur bareng?”. Tanya Romi. Akbar menggelengkan kepalanya. Mereka percaya karena orang mabok akan berkata jujur.
Andre menepuk pundak Akbar.
" Lo mau gak merasakan kenikmatan surga?". Ujar Andre. Akbar tidak paham dengan istilah macam itu. Andre membisikkan sesuatu ke kuping Akbar.
" Gimana?" Kata Andre. Akbar langsung mengangguk tanda setuju. Andre dan Romi langsung tersenyum.
" Dimana kita bisa mendapatkan perempuan itu?". Tanya Akbar.
" Hahahaha" Lagi-lagi kedua temannya tertawa puas.
" Sialan lo pada!". Kata Akbar sembari menghabiskan sisa minumannya yang di botol.
" Ayo cabut!". Ujar Romi sembari memapah Akbar yang sedang mabuk. Andre menemui bartender lalu memberinya uang. Tidak lama sosok perempuan yang seksi keluar, mereka langsung membawanya pergi.
Akbar dan perempuan tersebut duduk di jok belakang. Sedangkan Romi dan Andre di depan. Mendengar suara ******* di belakang Romi dan Andre menahan tawanya..
" Kena kan lo. Gumam Andre.
Keesokannya harinya. Jena pagi-pagi sekali udah bangun dan langsung mengecek ponselnya, tidak ada balasan dari Akbar. Jena langsung sedih dan bingung.
" Sepertinya ini serius. Tidak biasa dia bersikap seperti ini ". Batin Jena. Jena bergegas mandi lalu bersiap pergi.
Sampai di apartemen Akbar. Jena langsung masuk, melihat makanan yang disiapkannya semalam masih utuh. Jena melangkahkan kaki ke kamarnya.
" Sayang apa kamu udah bangun?”. Jena membuka pelan pintunya mengeceknya ke dalam. Kosong dan masih rapih tempat tidurnya.
" Apa dia tidak pulang?" Batinnya dalam hati. Jena membereskan makanannya yang semalam, lalu ia membuatkan sarapan baru untuk Akbar.
Melihat jam di pergelangan tangannya hampir pukul 8 pagi. Jena langsung pergi ke kantor. Ini hari pertamanya masuk kantor sebagai manager. Jena harus memberikan contoh yang baik untuk bawahannya.
Di tempat lain..
Akbar memegangi kepalanya yang ama sakit. Dirinya terkejut melihat ada wanita di sampingnya sedang terlelap tidur.
" Kamu siapa??. ngapain tidur di sini?. Tanya Akbar sekaligus kaget. Wanita tersebut terkejut mendengar pertanyaan Akbar.
” Apa kamu lupa semalam, kita habis melakukan Heppy ending?".
" Apa??". Kata Akbar kaget sambil berdiri. Melihat tubuhnya tampa sehelai benang. Akbar langsung mengusap wajahnya merasa bersalah.
”Astaga!, apa yang aku lakukan. Wajah Jena langsung terbesit di pikirannya. Akbar benar-benar menyesal. Tuhan, gimana kalau Jena tau soal ini. Batin Akbar menyesal. Akbar mengambil pakaiannya lalu pergi dari kamar hotel. Akbar meninggalkan wanita itu begitu saja.
Akbar pulang mengunakan taksi, karena mobilnya di bawa Romi semalam. Akbar langsung menghubungi Andre dan Romi. Dia melakukan Vidio call bertiga.
Di layar ponsel. " Hai bro, gimana rasanya bro?". Tanya Andre langsung sembari tersenyum.
" Iya bro apa lo ketagihan?". Saut Romi.
" Kalian berdua akan berhadapan sama gua nanti malam!. Ujar Akbar serius. Andre dan Romi menelan ludahnya masing-masing.
" Ko lo marah sih?". Tanya Romi penasaran.
" Iya, kenapa lo marah²". Saut Andre.
" Jelas gua marah, kalian ngapain ngasih cewek gak benar sama gua!”..
Romi dan Andre malah tertawa. " Tapi enak kan?". Tanya keduanya. Akbar langsung menyudahi teleponnya.
" Sialan kalian berdua!". Ucap Akbar.
Akbar mengecek pesannya ada 10 pesan yang belum di baca. " Jena?, jadi dia semalaman ada di apartemen". Akbar hendak menghubunginya namun iya urungkan karena ingat Jena yang buat dirinya tidur bareng sama perempuan tadi.
" Gara² kamu Jenn, aku jadi tidur dengan wanita gak jelas itu!".. Ujarnya sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku.
Sementara di kantor Jena di sambut para staf begitu meriah. Mereka senang kerja di bawah pimpinan seperti Jenna yang bijak dan juga tegas.
Sesampainya di ruangan yang baru, Jena melihat di sekelilingnya. Tempat duduk yang nyaman, dan interiornya sangat indah. Jena duduk di kursinya sembari tersenyum manis.
Senyumnya langsung hilang ketika ia mengingat pacarnya. Jena langsung menyambar tasnya dan mengecek ponselnya.
" Di baca, tapi kenapa Akbar tidak balas peranku". Batinnya. Jena hendak menghubunginya namun tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
" Masuk" Ujar Jena sembari meletakkan kembali ponselnya.
Dengan senyuman ramahnya, Dea memasuki ruangan Jena sembari memegangi agenda di tangannya.
" Bu Jena, siang ini anda ada meeting dengan pak Joni di rumahnya, lalu setelah itu anda harus meninjau langsung lokasi properti yang akan anda tempati nantinya". Ujar Dea sekertaris barunya.
" Baik, terimakasih Dea".
" Sama² bu, saya permisi. Dea langsung keluar dari ruangannya.
Jenna baru baca pesan dari pak Ardi soal pasilitas yang akan dia miliki selama menjadi manager. Rumah, kendaraan dan asisten pribadi. Jenna membalas pesan dari Pak Ardi lalu menaruh ponselnya lagi di samping laptopnya.
Jena langsung menyalakan laptopnya dan mempersiapkan untuk meeting siang nanti. Sesekali Jena melihat ke arah ponsel berharap Akbar menghubunginya.
Akbar sudah sampai di kantor, ia telat 1 jam masuk kantor. Dengan napas panjang Akbar masuk ke ruangannya. Di ruangan kerja Akbar terdiri dari 4 orang. wanita 2 pria dua dan dirinya.
Ketika Akbar masuk ke ruangan. ke 3 temannya langsung menoleh ke arah Akbar semua. Lalu melihat jam di dinding.
" Wah mentang² pacarnya bos sekarang, jadi seenaknya masuk siang!". Celetuk salah satu teman kantornya. Akbar tambah kesal mendengarnya, ia langsung duduk dan menyalakan laptopnya tampa membalas ucapan temannya.
" Gara² Jena aku bahan olokan mereka sial!!". Batin Akbar penuh amarah.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya. Jenna bersiap untuk menemui Akbar di ruangannya. Jenna menarik handle pintu. Ketika pintunya ke buka, Dea sudah berdiri di hadapannya yang hendak mengetuk pintunya.
" Kebetulan sekali bu. Bu ada revisi yang harus ibu cek sekarang juga". Ujar Dea sembari memberikan kertas putih ke tangan Jena.
Lagi-lagi Jena gagal untuk menemui Akbar. Jenna langsung masuk lagi dan segera mengeceknya.
Setelah mengeceknya, Jenna langsung menemui pak Ardi.
" Pulang kantor baru aku menemuinya. Ujar Jena sambil melewati ruangan Akbar.
" Bar, bukannya itu pacar kamu, ko dia hanya lewat saja sih gak mampir seperti biasa?". Ujar temannya yang melihat Jena tadi berhenti tepat di depan ruangannya.
Akbar melihatnya sekilas namun ia tidak peduli, hatinya masih kesal.
" Mungkin dia sibuk" Jawab Akbar.
" Yang sabar ya Bar, kamu harus tau diri, dia itu bos kamu sekarang dan kamu bawahan dia!, hahahha". Mendengar ejekan teman-temannya Akbar langsung cabut.
Langkah Akbar mulai pelan melihat Jena yang sedang ngobrol di lobby bersama pak Ardi membuat dirinya makin kesal.
Akbar berdiri sejenak sembari menatap Jena dengan tatapan penuh amarah. ” Harusnya itu posisiku" Gumamnya sambil menatap tajam ke arah Jena.
Akbar hendak balik lagi ke ruangannya namun Jena keburu melihatnya. Dengan dinginnya Akbar hanya melewatinya saja tampa senyum di wajahnya. Sedangkan Jena tersenyum penuh ke arah Akbar.
Jena langsung sedih melihatnya. Jena melihat punggung Akbar yang sedang jalan ke arah kantin. Pak Ardi memperhatikan Jenna yang tiba-tiba bengong.
" Bu, apa anda mendengarkan saya?". Jena langsung sadar dan menjawab pertanyaan pak Ardi.
" Maaf pak, saya tadi melamun".
Mobilnya datang. Pak Ardi dan Jena langsung masuk ke mobil tersebut.
Di kediaman rumah pak Joni.
Sesampainya di rumah yang besar dan juga megah. Jena turun dari mobil dan menatap rumah mewah nuansa abu yang sangat megah itu.
Jena berdecak kagum dengan desain rumah pak Joni. Jena dan pak Ardi langsung masuk ke ruangan kerjanya. Mereka mulai meeting. 1 jam berlalu meeting pun selesai.
Pak Ardi menyuruh Jena untuk keluar terlebih dahulu, karena ada hal yang ingin di bahas pak Joni dan dirinya. Jenna mengerti dan langsung keluar. Sambil menunggu pak Ardi. Jenna jalan² di rumah besarnya pak Joni.
Jenna ingin sekali mempunyai rumah seperti ini. Memiliki rumah yang nyaman dan banyak anak, itu impiannya. Tampa Jenna sadari ia sudah ada di halaman belakang. Jenna makin kagum melihat halamannya yang sangat luas di penuhi dengan bunga-bunga yang cantik.
Jena mengeluarkan ponselnya memotret sebagian bunga yang ada di sana.
Jian baru bangun dari tidurnya, ia langsung meneguk jus yang sudah ada di samping tempat tidurnya. Membuka tirai kaca jendelanya.
Lalu Jian keluar teras sembari menikmati panasnya matahari. Itu kebiasaan Jian berjemur sebelum mandi. Sembari berjemur tiba-tiba Jian mendengar suara gelak tawa perempuan di bawahnya. Jian langsung melihat ke arah bawah dan melihat Jena yang sedang bicara sama kucing peliharaan papinya.
Jian terpaku melihat senyum di wajah Jenna untuk kedua kalinya.
" Bahkan mataku saja wajah perempuan itu lagi yang nampak". Batinnya sembari tersenyum. Jian mengalihkan lagi matanya ke arah lain. Jian pikir itu hanya khayalan.
" Aduh sakit!" Tangan Jena kena cakarnya. Jian langsung melihatnya lagi. Jena sedang mengibaskan tangannya sembari meringis kesakitan.
" Apa!, jadi dia nyata?" Ujar Jian. Jenna mendengar suara Jian yang keras persis di atasnya. Mereka saling memandang. Jena kagetnya bukan main.
******
Tolong bantu kasih bintang 🌟🌟🌟🌟🌟 5 yah. Dan juga like komentar nya . Terimakasih Wasalam.
” Kamu??". Jenna mengerutkan keningnya merasa heran melihat Jian ada di rumah pak Joni. Jian tidak mengeluarkan kata² sama sekali. Dia hanya diam di satu titik sembari menatap Jena dengan tatapan kagum.
Jenna langsung cepat-cepat pergi dari taman itu. Jenna terus jalan ke arah luar.
" Mungkin saja dia supir anaknya, mana mungkin putra pak Joni serendah itu. Jenna bicara sambil masuk ke mobil.
Jian yang penasaran langsung cepat-cepat turun ke bawah untuk mengeceknya. Jenna sudah tidak ada di taman.
" Sial!, kemana dia?". Jian mengarahkan matanya sekeliling taman.
" Jelas banget tadi suaranya, saya yakin dia itu nyata". Gumamnya sembari jalan ke arah luar pintu.
Jian bahkan tidak sadar di sana ada Papinya yang sedang berdiri memperhatikan tingkahnya.
" Ada apa Jian?". Tanya pak Joni. Jian langsung menatap Papinya yang berdiri tegak tidak jauh darinya.
" Tadi Ian lihat ada perempuan yang masuk ke rumah ini Pi. Pak Ardi dan Pak Joni saling memandang.
" Perempuan yang mana?, di sini hanya ada asisten kita, tidak ada perempuan lain".
" Tapi Ian serius pi!, ian liat perempuan itu mengunakan jas abu, rambutnya pajang ikal, bola matanya besar, dan senyumnya itu pi!. Jian tidak melanjutkan lagi bicaranya ia hampir keceplosan ngomongnya.
" Senyumnya apa?”. Tanya Pak Joni memancing Jian agar dia bicara lagi. Jian tidak bicara lagi wajahnya seperti menahan malu.
Pak Joni dan pak Ardi bengong mendengarnya. Baru kali ini Jian sangat bersemangat bicara soal perempuan.
" Oh, Jena" Ujar Pak Joni.
" Jena?, Jena siapa pi?. Tanya Jian penasaran, raut wajah Jian berubah jadi berseri-seri. Pak Joni tersenyum lebar mendengar Jian langsung menjawabnya.
" Jenna itu manager Papi yang baru di kantor, tadi dia kesini sama pak Ardi mau bahas soal kerjasama dengan perusahaan miler. Pak Joni menceritakan semuanya sama Jian.
" Oh jadi adi dia kerja sama papi rupanya, ini malah lebih bagus. Batinnya.
Jian langsung pamit ke kamarnya dengan senyuman kemenangan. Pak Joni langsung mempunyai rencana besar untuk Jian anaknya.
" Di, saya ingin kamu melakukan sesuatu?". Ujar Pak Joni kepada pak Ardi.
" Melakukan apa tuan besar?".
Pak Joni membisikan sesuatu ke kupingnya Pak Ardi. Pak Ardi langsung mengangguk.
" Baik tuan besar". Ujarnya sembari pamit pergi. Pak Joni tersenyum lebar lalu ia masuk lagi keruangan kerjanya.
Pak Ardi masuk ke mobil. Ia memperhatikan wajah Jena yang sedang bengong.
" Apa ada masalah bu?". Tanya pak Ardi membuyarkan lamunan Jenna.
" Tidak ada pak" Jawab Jenna sambil tersenyum.
" Sopan gak ya aku tanya soal pria itu sama pak Ardi?. Tapi untuk apa juga aku tanya soal dia. Bikin pusing aja”. Gumam Jenna.
Di kantor.
Akbar sedang asiek makan siang di kantin tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.
" Ko makan sendiri Bar?. Pacar lo mana?. Oiya lupa, dia kan udah jadi bos lo yah?". Belum selesai temannya bicara Akbar langsung menyudahi makanya dan cabut.
Akbar mulai tidak nyaman di kantor. " Ini semua gara² Jenna. Kalau bukan gara² dia, harga diriku tidak mungkin di injak-injak kaya gini!”. Ucap Akbar ngomong sendiri sembari jalan ke arah ruangannya.
Dengan wajah yang di tekuk Akbar memakai headset di kantor agar tidak mendengar ejekan teman-temannya.
Jenna membawa makanan untuk Akbar. Ia berharap dengan makan bersama bisa memperbaiki hubungannya. Jenna masuk ke ruangannya Akbar. Disana hanya ada Akbar sendiri yang lainnya masih makan siang di kantin.
" Sayang, aku bawakan makan siang untuk kamu!". Akbar hanya pokus sama komputernya dan pura-pura tidak mendengarnya. Jenna memegangi pundaknya.
" Aku sudah makan tadi!" Jawab Akbar ketus dengan posisi masih sama membelakangi Jenna. Jenna merasa sedih karena sikap Akbar berubah. Jenna hendak memegangi pundaknya lagi. Ponsel Jenna berdering. Jenna melihat siapa yang menghubunginya.
" Iya halo pak, ada yang bisa saya bantu?". Jawab Jenna sambil keluar dari ruangan Akbar. Akbar menghentikan kegiatannya sembari melihat ke arah Jenna yang keluar ruangan.
" Kamu sudah berubah Jen, aku benci sama kamu!". Gumamnya sembari melihat Jena yang sedang telponan.
Akbar langsung cabut keluar tampa Jenna ketahui.
Selesai teleponan.. Jenna masuk lagi ke dalam dan melihat ruangannya kosong, tidak ada siapa-siapa. Jenna menghubungi Akbar.
" Tut . Tut. ..Tut .. Tiba-tiba langsung ganti jadi operator yang menjawabnya. Jenna bingung harus apa, sedangkan dirinya di tunggu Pak Ardi di ruangannya.
" Sebaiknya aku menemui Pak Ardi dulu baru menemui Akbar. Gumamnya.
Jenna segera naik ke atas dan langsung menemui Pak Ardi.
" Masuk". Jena masuk ke ruangan Pak Ardi dan langsung duduk.
" Bu Jena, ini ada beberapa hal yang harus anda tanda tangan. Dan ini kontrak kerja anda, silahkan di baca dulu ". Kata Pak Ardi sembari memberikan kertas berisi kontrak kerja.
Jenna membacanya dengan teliti, ia membaca semuanya. Namun di bagian akhir Jena mengerutkan keningnya. Pak Ardi yang sadar segera bertanya.
" Ada apa bu?".
" Ini pak, setau saya kalau di kontrak itu ada jangka waktu kerjanya. minimal 1 tahun, atau 2 tahun, bisa juga lebih. Namun di sini saya heran. kenapa saya harus mengajarkan putra direktur tersebut sampai beliau bisa? . Jenna bingung dengan isi kontraknya yang menurut dia tidak masuk akal.
Saya sudah menduganya dia pasti baca, hampir saya ketauan soal rencana tuan besar. Gumam di hati pak Ardi.
" Oiya bu, saya lupa soal itu. berhubung ibu Jenna yang di angkat jabatannya, maka dari itu ibu Jenna yang harus melakukan permintaan pemilik perusahaan ini. Jenna masih menyimak.
" Kenapa harus saya pak, saya saja masih di bingbing sama bapak. Pak Ardi hanya tersenyum di hatinya. Wanita di depannya itu sangat cerdas.
" Saya bisa lihat potensi ibu Jena saat ini, dan saya yakin anda bisa mengajarkan putra direktur utama perusahaan ini bu. apa ibu keberatan soal ini?. Jenna diam cukup lama, ia masih berpikir.
” Jika ibu keberatan, maka ini surat untuk anda memundurkan diri hari ini juga". Jenna tercengang mendengarnya.
" Tidak pak, saya bersedia!". Jawab Jenna tegas. sambil tarik napas panjang Jena tanda tangani surat perjanjiannya lalu ia berikan kepada Pak Ardi.
" Ada lagi yang bisa saya bantu pak?". Tanya Jenna sopan.
" Sudah. hanya itu, terimakasih bu Jenna?".
" Sama² pak, saya permisi. Jenna langsung keluar dari ruangan pak Ardi.
Pak Ardi langsung menghubungi pak Joni.
" Tuan besar, ibu Jena sudah setuju dengan kontraknya dan beliau sudah tanda tangan.
" Oke". Teleponnya langsung terputus.
********
Tolong di bantu ya. Jika kalian tidak keberatan, kasih bintang 🌟🌟🌟🌟🌟 . dan like nya juga. terimakasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!