MEREBUT RUMAH WARISAN
Raisa Amalia telah tujuh tahun merantau untuk melanjutkan pendidikannya dan berkarier di luar kota. Karena kini ia hanyalah seorang yatim piatu, ayahnya telah meninggal lebih dulu saat Raisa kecil dan begitu ia baru lulus sekolah SMA ibunya menyusul ayahnya.
Raisa memutuskan kuliah ke luar kota dan sekaligus mencari nafkah demi menghidupi dirinya sendiri.
Sekian tahun telah berlalu membuatnya rindu pada tempat kelahirannya. Akhirnya Raisa memutuskan untuk berkunjung mumpung ada kesempatan ia bisa mengambil cuti tahunannya yang jarang ia pakai.
"Di sini Neng alamatnya?" tanya driver ojek online yang lalu menghentikan kendaraannya.
"Iya, tapi bener nggak sih yah ini rumahnya?" Raisa malah bertanya sebab ia tak yakin karena penampilan rumah orang tuanya sudah banyak berubah.
"Lho, kok malah nanya. Ya aku nggak tau, kan si Neng yang bilang alamatnya yah sesuai titik di aplikasi, di sini tempatnya Neng"
Raisa masih memandang heran, ia takut salah. Sejenak Raisa mencoba meyakinkan dirinya bahwa mungkin saja rumah orang tuanya sudah direnovasi karena terkadang tantenya selalu menelpon meminta uang untuk biaya renovasi dan Raisa tanpa sungkan selalu memberinya sesuai yang diminta.
"Ok, deh. Nih, ambil aja kembaliannya bang"
"Makasih Neng" Ojek online itu pun segera tancap gas.
Raisa berdiri dan masih belum melepaskan pandangannya ke rumah peninggalan orang tuanya itu.
Raisa terus melangkah perlahan mendekati pintu pagar dan ada sedikit keraguan melintas di benaknya. Raisa sengaja tak menghubungi tantenya karena ia pikir ingin membuat kejutan atas kedatangannya. Rumah tante Raisa agak sedikit jauh karena beda RT dari rumah orang tuanya. Setelah mengunjungi rumah orang tuanya kelak Raisa juga akan berkunjung ke rumah tantenya, niatnya sih begitu.
Raisa kaget pintu gerbangnya terkunci dari dalam, apa ada orang di dalam. Mungkinkah tantenya sedang datang mengecek, pikir Raisa.
"Permisi... Tante... Tan... Tante..." Raisa berteriak memanggil-manggil tantenya dari luar pagar.
Suara teriakan Raisa mengusik penghuni di dalam rumah itu yang ternyata saat muncul bukanlah Tante Raisa. Seorang pria keluar dengan wajah kusutnya karena kesal terdengar suara Raisa yang membuatnya merasa terganggu.
Raisa terkejut melihat seorang pria asing berpakaian kaos oblong berwarna putih dan celana pendek dengan motif polkadot berada di rumah orang tuanya.
"Siapa?" tanya pria itu masih berdiri depan teras.
"Lho, pake nanya. Harusnya yang tanya itu aku, kamu siapa ada di rumah ini?"
"Apa? Yah jelaslah ini kan rumahku"
"Woi!!! Jangan sembarangan kalau ngomong" pekik Raisa tidak terima ada orang yang mengaku rumahnya.
Pria itu sedikit tersulut emosi akhirnya memilih mendekati Raisa untuk memastikan siapa orang yang sudah berani bicara tidak sopan di depan rumahnya.
"Hei, Nona kalau mau cari keributan jangan depan rumah orang. Teriakanmu itu jelek sekali masih bagus suara bebek bernyanyi, uh sangat mengganggu sekali"
'Apa dia bilang?' Raisa mengernyit lalu berteriak lagi, "Buka pintunya! Ayo, cepat buka pintunya! Biarin aku masuk" Raisa yang marah mengubrak-gubrak pagar. "Kamu mau maling yah di rumah ini?" lanjutnya.
"Jaga ucapanmu, seenaknya aja kamu nuduh aku. Kalau kamu cari gara-gara aku bisa lapor ke Pak RT karena tingkahmu sudah mengganggu kenyamanan aku"
"Kamu juga tadi yang ngatain aku seenaknya, lapor aja sana! Siapa takut"
Raisa berusaha memanjat pagar dan menyeruak masuk.
"Hei...Hei... apa-apaan ini? Turun! Nggak sopan kamu yah manjat-manjat pagar rumah orang"
Raisa bersikukuh tak peduli, sampai akhirnya dia berada di atas pagar lalu melompat begitu saja.
Pria itu tercengang melihat tingkah bar-b*r Raisa.
Setelah turun Raisa melotot dan seakan menantang pria itu tanpa rasa takut, "Apa?!"
Pria itu menatap tajam tak percaya bahwa ada seorang gadis berani masuk ke halaman rumahnya. Jelas ini membuatnya sangat geram dengan kelakuan Raisa. Mereka berdua saling berhadapan dengan emosinya.
"Kamu berani ya sama aku?"
"Kenapa kamu ngaku-ngaku ini rumahmu? Jelas-jelas ini rumahku, peninggalan orang tuaku"
Pria itu tertawa hampa meremehkan seorang gadis yang tinggi badannya hanya sebahunya bertingkah lancang padanya. Baginya, dia bukan lawan yang sepadan.
Raisa mendongak menatap wajah pria itu sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Bukannya kamu yang tiba-tiba datang mengaku-ngaku ini rumah orang tuamu. Dasar nggak jelas, silahkan pergi dari sini!"
"Hei, pria polkadot coba beri tahu aku apa buktinya kalau rumah ini adalah rumahmu?" Mulai detik ini Raisa menamai pria yang sudah merebut rumahnya dengan pria polkadot. Dia enggan untuk menanyakan nama pria itu yang sebenarnya.
"Siapa yang kau panggil pria polkadot? Aku?"
"Ya siapa lagi, lihat motif celanamu polkadot"
Mimpi apa dia semalam sampai harus bertemu seorang gadis yang mengganggu ketenangan di hari liburnya. Sungguh ini tidak bisa dibiarkan.
"Aku akan tunjukkan buktinya, jika aku benar silahkan kamu pergi dari sini dan jangan muncul di depan rumah ini lagi. Ingat itu baik-baik!"
Pria itu menarik lengan Raisa untuk masuk ke dalam, ingin menunjukkan bukti kepemilikan sah dirinya. "Ayo, ikut aku!"
"Lepaskan, aku nggak mau kau ajak ke dalam."
"Dasar gadis keras kepala. Ok, baiklah. Kamu tunggu di sini saja"
Raisa hanya berdiri menunggu pria itu menunjukkan buktinya. Mata Raisa memandang ke sekitar halaman rumahnya.
Betapa indah halamannya yang sekarang, seperti selalu dirawat dengan baik. Banyak tanaman yang menghiasi halaman dengan indah. Warna warni bunga yang tumbuh menyejukkan matanya. Raisa merasa kagum. Sejenak emosinya hilang sesaat karena terbuai dalam pesona tumbuhan yang ditanam dan ditata dengan rapi.
Tanpa menunggu lama, pria itu muncul dengan membawa berkas di tangannya.
"Buka matamu lebar-lebar dan lihatlah!" Pria itu dengan cepat menunjukkannya.
Raisa tercengang setelah melihat dengan jelas sertifikat rumah itu bukan lagi atas nama orang tuanya. Tubuhnya lunglai dan matanya mulai berkaca-kaca. Betapa hatinya hancur dan dadanya terasa sesak menyaksikan kenyataan yang sebenarnya.
Raisa pun menangis sekuat tenaga di halaman rumah itu.
"Hei, Nona jangan menangis di sini, jangan kau kira aku akan bersimpati setelah kau membuat kekacauan di sini"
Raisa semakin menangis kencang, meluapkan perasaan sedihnya yang mendalam. Tidak disangka dirinya disambut oleh kekecewaan.
"Ayo, bangun! Cepat pergi dari sini! Aku nggak bakal tertipu oleh dramamu" tanpa rasa belas kasihan, pria itu menyeret Raisa keluar dari halaman rumahnya lalu mengunci pagarnya kembali. Ia tidak peduli dengan keadaan Raisa. Dirinya adalah orang yang tidak punya perasaan.
Raisa tak berdaya, dirinya pasrah saat pria itu mengusirnya. Masih dalam lamunan kosongnya, Raisa berjalan terseok-seok sambil menggeret kopernya. Perasaannya kini tidak bisa tergambarkan lagi. Apa yang sudah terjadi tanpa sepengetahuannya? Raisa menjadi tak mengerti.
Raisa berbalik memandangnya lagi ke arah rumahnya, ia bersumpah akan merebut kembali rumahnya dari pria polkadot itu." Baiklah tuan polkadot, hari ini aku terusir dari sini kelak akulah yang akan menjadi pemilik rumah itu lagi"
---
---
Bersambung...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ayano
Halo kak. Akhirnya diriku mampir setelah ngantri panjang ngabisin list 😭😭
Nanti dipantau lagi. Semangka ya
Itu si polkadot kalo berpotensi mo kumasukin daftar calon calon nih 😏😏😏
Eheheh
2023-05-06
1
Ayano
Berasa kayak ketemu jodoh gak sih ini
Aduh.... kalo tu polkadot ganteng keknya mah bisa jadi calon tapi.... ah sudahlah
Pantau dulu
2023-05-06
1
Ayano
Polkadot dong wak 🤣🤣🤣
Besok pria loreng-loreng 🤣
2023-05-06
1