Terpisah Dari Raga

Terpisah Dari Raga

Kecelakaan maut

Nama ku Raisa Vallensia, hari ini dan teman-teman sekelas ku berserta dengan guru-guru ku ingin pergi berpiknik di dalam hutan yang dekat dengan perbukitan.

Tempat yang akan kami kunjungi lumayan jauh dari posisi daerah ini, sehingga menyebabkan kami harus menggunakan bus untuk bisa sampai ke sana.

Saat ini mereka berada di dalam bus dengan suasana hati yang begitu senang, piknik yang sudah di rencanakan dari jauh-jauh hari akhirnya bisa terlaksana.

Kami semua begitu senang sekali, wajah kami penuh dengan tawa bahagia hingga tiba-tiba laju bus menjadi tidak terkendali membuat wajah yang tadinya di penuh tawa bahagia langsung sirna.

Seketika bus yang tadinya melaju dengan lancar berubah total, wajah kami semua yang ada di dalam bus mulai panik.

"Loh ini kenapa?" tanya Jia teman ku yang merasakan keanehan dengan bus yang saat ini tengah mereka tumpangi.

"Ada apa ini?" tanya teman-teman ku yang lainnya.

"Ini sebenarnya ada apa?" tanya ku mulai resah kala laju bus semakin mengkhawatirkan.

"Pak ada apa ini, kok bus ini jadi begini?" tanya anak-anak lainnya yang juga merasakan hal yang sama.

"Kalian tenang jangan berisik, pegangan yang erat" jawab pak Sehu guru ku yang juga merasakan kekhawatiran yang sama namun yang bisa beliau lakukan hanya diam.

Kami semua yang mendengar hal itu langsung mencari pegangan untuk menguatkan diri masing-masing.

Bus terus oleng membuat kami semua semakin tidak tenang, rasa gelisah bercampur dengan rasa takut yang terus menyelimuti tubuh kami semua.

"Ini sebenarnya ada apa?" tanya Arhan ketua kelas yang mulai gelisah dengan laju bus yang semakin tidak jelas.

"Rem bus blong, kalian jangan berisik, pak supir lagi berusaha menghentikan bus ini" jawab pak Sehu yang di landa rasa tegang.

"BLONG" kaget kami semua tak percaya.

Wajah kami langsung memucat kala mendengar berita yang begitu mengejutkan ini.

"Bagaimana bisa blong"

"Ini gimana nasib kita"

"Aku gak mau mati di sini"

"Aku mau turun, aku gak mau di sini"

Suara riuh anak-anak terus saja terdengar di telinga ku, membuat mereka semua semakin panik.

"Kalian tenanglah dulu, percaya saja jika kita bisa selamat" kata Bu Lusi memberi imbauan namun imbauan tersebut tidak berlaku.

Kami yang berada di dalam bus bukannya tenang malah semakin tegang pasalnya bus semakin melaju dengan kecepatan tinggi yang membuat kami begitu ketakutan.

Suara riuh, teriakan beserta juga dengan tangisan menggema di telinga ku.

"Raisa ini gimana?" tanya Jia, ia memegang erat tangan ku.

Aku menyadari jika tangan Jia benar-benar dingin, aku rasa kalau dia pasti sangat takut sekali.

"Kamu tenang saja, kita pasti akan selamat, aku yakin itu" jawab ku berusaha tegar meski sebenarnya hati dan pikirkannya masih tidak tenang.

Jia pun diam, saat ini yang bisa dia lakukan hanya menggenggam erat tangan ku untuk menguatkan diri.

Suara riuh masih terus terdengar kala laju bus yang saat tinggi dan semakin tak terkendali.

Aku melihat semua penumpang yang berteriak ketakutan, tatapan ku kini tertuju pada pak Sehu yang mulai kebingungan menghadapi penumpang yang masih tak kunjung tenang.

Di depan ada sebuah truk yang mengangkut batu bara, refleks pak supir membanting stir ke sebelah kiri untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

Citt

Brukk

"Arrgghh" teriak kami semua sekeras mungkin kala bus menabrak pembatas jalan.

Bruk

Bus itu menabrak membatas jalan dan terguling-guling di jalanan.

Mereka semua yang berada di dalam bus terlempar keluar.

Darah mengalir memenuhi jalanan aspal yang sepi, teriakan kesakitan terdengar memilukan.

Tubuh ku terlempar jauh, kepala ku menghantam trotoar jalan setelah itu kegelapan menyergap ku.

Hening, tidak ada bunyi apapun setelah ini yang ku dengar.

Semua teman-teman ku meraung kesakitan, darah mengalir dari mulut mereka tiba-tiba.

Duaaarrr

Bus yang sempat

kami tumpangi meledak, kobaran api amat besar membuat mereka semua yang ada di lokasi terkejut.

Warga yang tak sengaja melintas langsung menelpon polisi beserta juga dengan ambulance untuk membantu mereka yang terkena musibah.

"T-tolong" lirih mereka yang sudah sangat lemah, darah terus mengalir tanpa henti.

Pak Sehu melihat ke kanan dan kirinya, semua kondisi penumpang sudah parah.

Beliau ingin meminta bantuan namun keadaan tidak mendukung.

Pelan-pelan mata sayu itu tertutup rapat, darah terus mengalir dari hidung, mulut dan kepala.

Tangisan terdengar lirih, tubuh teman-teman ku sudah lemah tak berdaya, rasa sakit terus saja menyerang.

Tak lama dari itu terdengarlah suara sirene polisi dan ambulance.

Wiu wiu wiu wiu

Suara sirene ambulance dan polisi menggema di telinga Arhan yang masih setegang sadar.

"R-raisa" lirih Arhan yang sudah sangat lemas.

Arhan melihat ku yang sudah tidak sadarkan diri, di belakang ku ternyata adalah jurang yang dalam, kurang sedikit lagi ku akan jatuh ke dalamnya.

"Di belakang Raisa itu jurang, gawat dia pasti akan jatuh ke dalam jurang itu jika aku tidak segera menolongnya, aku harus bisa tolongin dia, sebelum dia terjatuh ke dalam jurang itu" batin Arhan bergitu sangat terkejut.

Arhan yang menyadari itu semua berusaha mendekati ku di saat tubuhnya yang sudah lemah tak berdaya.

"Aku harus bisa tolongin Raisa, dia harus selamat, aku akan berusaha sekeras tenaga untuk bisa menolongnya, aku tidak akan biarkan dia jatuh ke dalam jurang itu" batin Arhan berusaha dengan gigih.

Begitu susah Arhan bergerak, semakin dia bergerak rasa sakit terus bertambah dan menyerang tubuhnya.

Keringat-keringat dingin berjatuhan, amat sulit Arhan mencapai tubuh ku, dia masih terus berusaha sekeras yang dia bisa.

Darah-darah segar terus mengalir memenuhi tubuhnya, dia masih terus berusaha untuk menolong ku yang hampir terjatuh ke jurang yang sangat dalam.

"Sedikit lagi Arhan, sedikit lagi, ayo kamu pasti bisa" batin Arhan masih terus berusaha mendekati ku.

Tangannya berusaha mencapai tubuh ku yang berjarak beberapa senti dari posisinya.

"Arrrrgghh" teriak Arhan sekeras mungkin, ia berhasil menyentuh tangan ku namun setelah itu dia tidak sadarkan diri, tubuhnya begitu lemah.

Kedua mata elang itu kini tertutup rapat, bertepatan dengan itu darah mengalir dari hidungnya, meski keadaannya lebih parah dari ku, dia tidak mau melepaskan genggaman tangannya, karena jika hal itu terjadi maka aku pasti akan jatuh ke dalam jurang itu.

Jia yang berada tak jauh dari posisi ku dan Arhan menitihkan air mata, saat ini dia berada di ambang hidup dan mati.

"R-raisa" lirih Jia lalu kegelapan ikut menyergapnya.

Polisi dan petugas rumah sakit mengevakuasi korban-korban dan melarikannya ke rumah sakit lantaran kondisi mereka benar-benar parah dan sangat mengkhawatirkan.

Terpopuler

Comments

Maria Saputri

Maria Saputri

mampir thor semangat upnya

2022-10-03

2

Anastasya

Anastasya

widih karya baru nih garcep langsung masuk ke list fav dong

2022-10-02

0

Riana Aurelia

Riana Aurelia

Karya baru🤩

2022-10-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!