Koma

Aku terbangun dan melihat sekeliling yang penuh dengan ruangan serba putih.

Wajah ku amat bingung namun mata tak sengaja melihat ke arah infus di tangan ku yang terpasang dengan sendirinya.

"Ini pasti rumah sakit, aku sudah bisa menebaknya" kata ku.

Aku berdiri, betapa kagetnya saat aku melihat ada orang yang sama persis dengan ku tidur di atas brankar dengan selang-selang yang memenuhi tubuhnya.

"Ada apa ini, kenapa aku menjadi dua begini, siapa dia, kenapa dia sama persis dengan ku?" tanya ku kaget.

Aku mengamati betul-betul orang yang terbujur lemah di brankar.

Aku memegangi wajah ku karena saking terkejutnya.

"Oh tidak wajah dan segalanya sama, ada apa ini, aku harus nanya sama dokter itu" kata ku kala melihat dokter mendekati gadis yang persis seperti ku.

"Halo pak dokter, bisakah kau jelaskan siapa dia pada ku?" tanya ku.

Dokter itu tak menjawab dan terus fokus menulis sesuatu di buku yang ia bawa.

"Woy kau ini tuli apa gimana sih, aku bertanya loh siapa dia, kenapa kau diam saja" kata ku mulai emosi.

Dokter itu masih diam, dia seperti orang yang tidak melihat ku.

"Koma, gadis bernama Raisa ini koma" kata dokter itu.

"Bagaimana tidak koma dok, kecelakaan bus itu sangat dahsyat, di antara 65 orang itu hanya anak ini saja yang masih selamat" jawab suster.

"Beruntung sekali anak ini masih bisa selamat dari kecelakaan maut itu, semoga saja dia bisa siuman" kata pak dokter menatap iba ke arah ku.

"APA yang dia bilang barusan, hanya aku seorang yang selamat, terus teman-teman aku pada meninggal semua, tunggu-tunggu jadi saat ini aku terpisah dari raga ku gitu" kata ku mulai mengerti.

"Horee akhirnya aku bisa bergentayangan di mana-mana yes yes yes" senang ku kala mendengar berita tersebut.

"Hai raga ku, sukma mu ini mau jalan-jalan dulu, bye selamat tinggal raga ku" kata ku pergi meninggalkan raga yang masih lemah.

Aku melangkah keluar dari dalam kamar, mata ku menangkap banyaknya masyarakat yang berlalu lalang di depan ku.

"Aku masih tak menyangka jika aku benar-benar koma, tapi masuk akal sih, tadi aja dokter itu tidak menjawab saat aku bertanya padanya, hmm ternyata enak banget begini, oh ya kata suster itu hanya aku seorang yang selamat, berarti semua teman-teman ku meninggal dong" kata ku berjalan di koridor rumah sakit sendirian.

"Aku harus pastikan kebenaran dari berita itu, tapi dengan cara apa aku mastiinnya?" tanya ku lalu berpikir.

"Kamar mayat, biasanya kan orang yang sudah mati itu di tempatkan di kamar mayat, aku harus ke sana" kata ku lalu berlari mencari kamar mayat.

Aku mengamati satu persatu kamar-kamar yang aku lewati.

"Di mana kamar mayat itu, kok gak ketemu juga" kata ku terus mencari dengan melihat tiap-tiap tulisan yang ada di pintu.

Mata ku menangkap kamar yang sudah aku cari-cari sejak tadi.

"Nah ini dia yang ku cari-cari, dari mana saja kau itu, kenapa kau tidak terlihat tadi" kata ku menendang pintu kamar mayat.

Tanpa membuang-buang waktu aku langsung masuk ke dalam kamar mayat.

Aku begitu terkejut kala melihat semua teman-teman beserta guru-guru ku terbujur kaku di dalam kamar mayat.

"Ternyata benar teman-teman ku meninggal semua, Jia kenapa kamu pergi ninggalin aku huhu" tangis ku di samping jenazah Jia.

Aku tidak menyangka ini semua akan terjadi.

"Hei Raisa" kata seseorang di belakang ku.

Aku langsung menghentikan tangisan ku dan berbalik badan menghadap ke belakang.

"Jia" panggil ku kala melihat Jia yang tengah mengenakan pakaian putih dengan di sertai wajah pucatnya.

"Kamu jahat, kenapa kamu tinggalin aku, aku mau ikut juga" kata ku memukul dadanya dengan air mata yang terus mengalir.

"Hei nona, kau itu beruntung bisa selamat, kami semua tidak bisa seberuntung diri mu, kau harus bersyukur walaupun saat ini kau sedang koma, kau harus bisa kembali ke raga mu dan hidup bahagia setelah ini" jawab Jia menenangkan ku.

"Tapi Jia, aku ini nanti tidak punya teman lagi, bagaimana aku bisa wisuda tanpa diri mu di dekat ku, kau itu teman ku, kita hidup berdua selama ini, bagaimana aku bisa menjalani kehidupan tanpa mu huhu" tangis ku tak percaya dengan segalanya.

"Hei bodoh, mengapa kau menangis, kau itu beruntung bisa selamat, aku tidak seberuntung diri mu, kau harus bersyukur, aku yakin setelah kau akan siuman, kamu pasti bisa punya teman lagi setelah itu" jawab Jia.

"Tidak ada teman yang sebaik diri mu, ayolah bawa aku bersama mu huhu" tangis ku yang tak ingin berpisah dengan Jia.

"Tidak Raisa, kau harus tetap di sini menjalani kehidupan mu, kami tidak bisa membawa mu" kata Arhan tersenyum ke arah ku.

"Huhu kalian tega ingin meninggalkan aku, aku kesepian, di kelas 3 SMA hanya tinggal aku saja nanti" tangis ku.

"Tidak Raisa, akan ada kok yang bersekolah di sana, kau nanti juga akan punya teman, kamu jangan sedih, jika kamu ikut bersama kami, kasihan dokter yang telah berjuang mati-matian untuk menyembuhkan mu" kata pak Sehu.

"Maafkan aku Raisa, aku tidak bisa menyelamatkan mu, andai aku bisa menyelamatkan mu, mungkin kamu tidak akan koma" sesal Arhan.

Aku menggeleng kuat mendengar kata-kata penyesalan yang dia ucapkan.

"Tidak Arhan, kamu tidak bersalah, seharusnya aku yang merasa bersalah, karena aku kamu meninggal huhu" tangis ku begitu sangat merasa bersalah.

"Tidak Raisa, ini bukan salah mu, mungkin ini saatnya aku pergi" jawab Arhan berusaha menenangkan ku.

"Raisa kami pamit dulu, kamu jaga diri baik-baik, jangan lupa kembali ke raga mu ya" kata Bu Lusi.

"Kami pamit dulu Raisa, semoga kamu bisa sukses di masa depan" kata pak Yanto.

"Selamat tinggal Raisa" kata mereka semua tersenyum sambil melambaikan tangan lalu menghilang untuk selamanya.

"Huhu kenapa mereka tinggalin aku, seharusnya mereka juga membawa ku, aku tidak bisa berjuang sendiri di sini, aku akan rindu dengan kalian yang sudah hampir tiga tahun menemani perjuangan ku" kata ku masih terisak.

Aku menangis sejadi-jadinya di kamar mayat itu.

Aku begitu kehilangan mereka, teman yang selalu membuat ku tertawa di sepanjangan masa, kini mereka semua pergi untuk selamanya meninggalkan aku sendirian di sini.

Aku tak tau apa yang akan terjadi pada ku setelah ini, akankah aku bisa tertawa tanpa mereka lagi atau tidak.

"Nak kamu jangan nangis, mereka memang harus pergi, nenek yakin kamu bisa kembali ke raga mu, kamu jangan sedih ya, kamu harus tetap yakin kalau kamu bisa menjalani kehidupan mu tanpa mereka di dekat mu, nenek yakin kok kamu bisa, kamu anak yang kuat kan" kata hantu nenek-nenek mendekati ku.

Aku mendongak menatap ke arahnya.

"Makasih nek, aku akan berusaha untuk kembali ke raga ku" jawab ku dengan masih terisak.

"Bagus, sstt jangan nangis lagi" kata nenek itu lalu pergi begitu saja.

Terpopuler

Comments

Maria Saputri

Maria Saputri

santai bos ku😅

2022-10-11

1

Maria Saputri

Maria Saputri

kok dokter itu gak jawab?

2022-10-11

1

Maria Saputri

Maria Saputri

top thor

2022-10-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!