Terjebak Cinta Pria Dingin

Terjebak Cinta Pria Dingin

Kecelakaan

"Sialan," gerutu seorang gadis, berambut ikal. Dia melihat tangannya penuh darah, jangankan tangan lantai dapur pun kini berubah warna menjadi merah pekat. Gadis itu memegang kepalanya bingung harus bagaimana? dia benar-benar tidak bermaksud membunuh lelaki berkaca mata tebal yang tengah tergelatak diatas lantai ini, tapi mengapa pria ini datang dan langsung memeluk dia dari belakang. Pria itu ingin memperkosa dia yang tengah sibuk memotong daging?

Namanya Lea, gadis cantik berambut ikal. Dia saat ini tinggal bersama Roberto, ayah dari pria yang sedang tergeletak di lantai ini, bahkan bukan hanya Robert, David dan Andreas pun sama saja mereka bergilir  menjadikan Lea makanan empuk mereka setiap harinya.

Beruntung Lea berhasil lolos dari incaran mereka, pria-pria Pemalas yang hanya berharap hidup enak namun tidak ingin bekerja. Mereka juga ingin menjadikan tubuh Lea sebagai pelepas hasr**at mereka.

Lea menghentakkan kakinya dibawah lantai, "Bodoh mengapa kau mengganggu aku?" Ingin rasanya dia melayangkan satu tendangan melayang di kepala pria bodoh itu yang tengah tergelatak dilantai dapur dengan tak berdaya itu.

Tapi, hatinya tidak tega, melihat pria berkaca mata tebal itu merintih kesakitan, tangan kanannya menahan bagian bahunya yang terluka, darah terus mengucur keluar.

Pria itu akhirnya pingsan di lantai dapur, Lea bingung harus bagaimana? Kabur? Atau menolong Albert yang tengah melawan maut, efek dari tajamnya pisau dapur?. Lea berpikir lebih baik dia menelpon Dokter, dia ingat sebelum Ayahnya meninggal,Charles pernah memiliki seorang dokter pribadi.

"Oh my God, Aku tidak tau nomor telepon dari dokter itu. Jangankan nomor telepon, nama dari dokter itu saja aku tidak tau." Lea memukul kepalanya didinding dapur. Lea melihat darah pria itu semakin mengalir, dia tau jika banyak darah keluar dari tubuh manusia, pasti orang itu akan mati, dan Albert? Sudah mati?

Oh Tuhan...

Lea memegang kepalanya, dia bingung. Tidak, tidak! Lea harus mengambil tindakan. Lea melesat masuk ke dalam kamarnya dia tau dia harus berbuat apa dalam kamar sempit  berukuran 4x5 itu semua kebutuhan untuk menyembuhkan luka ada di kamarnya. Lea pintar menyimpan semua itu untuk berjaga-jaga suata saat dia membutuhkan karena dia tau, hidup dia selalu berada dalam bahaya dan incaran orang. Kali ini dia harus berada dalam genggaman pria pemalas satu ini, dimana keseharian dia hanya berjudi dan mabok.

"Bangun! Aku perintahkan bangun!" Lea berteriak di samping Albert.

Albert menggerakan bola matanya hanya saja matanya tidak ingin terbuka, Lea tersenyum setidaknya masa muda dia tidak di habiskan di dalam jeruji besi.

"Lepaskan tanganmu, aku ingin mengobatin luka tusukanmu!" Sedikit membentak untuk pria yang sedang sekarat? Parsetan lagian dia yang memulai lebih dulu, setiap hari dikasihani Lea, dia malah terus saja merayu Lea.

Lea akhirnya menarik dengan kasar tubuh pria itu, menyingkirkan tangan Albert dari bahu bekas luka tusukan pisau tadi, tangan Albert sudah tersingkir dari bahunya

" Argh...kenapa aku harus menolong dia? Dia hampir saja  memperkosa aku!" Lea mengambil gunting lalu menggunting kaos casual berwarna hitam yang dikenakan Albert, dibagian bahu Albert, agar bisa diobati Lea.

Dia segera membersihkan darah merah pekat itu dengan air hangat lalu memberikan lagi dengan Alkohol untuk menghindari infeksi, kemudian Lea dengan cepat memberi cairan obat yang sering dipakai Lea ketika ia terluka. Lalu, ia mengolesi lagi salep, barulah Lea menutup luka tadi dengan kaza dan merekatkan perekat kaza.

"Setidaknya ayah pemalasmu itu pulang, tidak melihat kau terluka," Lea menepuk pipi Albert. Pria hanya bisa menaikkan sudut bibir atasnya, selesai mengobati luka, Lea kembali berdiri, ia hendak mengembalikan kotak obat ke kamarnya lagi.

Tapi, tangannya seperti ditahan seseorang, Lea perlahan melirik kebawah, sudut bibirnya terangkat keatas, Albert menahan tangannya.

"Tadi, aku ampuni kau bukan berarti memberimu peluang untuk berulah lagi, apa kau benar-benar sudah bosan hidup? Mau ku akhiri hidupmu sekalian? Biar si pemalas mu pulang tinggal mengebumikan kau saja?" bentak Lea.

Albert menggeleng, "Tolong bawa aku ke kamarku, agar aku bisa berbaring dengan baik di kamarku. Kamu juga harus membersihkan ruang dapur ini, bukan? Sebelum ayahku berlaku nekat kepada kamu." Albert berbicara perlahan, karena luka tusukan itu masih terasa sakit, ia menatap Lea nanar.

"Kau dan ayah pemalasmu itu selalu saja merepotkan aku! Baik, Kau bisa berdiri,'kan? Atau aku geret saja kau layaknya binatang mati?" Bahasa Lea sedikit kasar karena dia sejak berusia lima tahun hidupnya penuh kekerasan, dia pun direbut kesana-kemari oleh pihak keluarga dari sang ibu dan Ayahnya. Besok dia harus menginap di rumah Robert, bulan depan dia harus berpindah ke rumah David terus bergulir ke gubuk Andreas, semua yang mereka lakukan kepada dia bukan karena melindungi Lea, atau karena  dia anak dari saudara mereka, tapi demi sesuatu hal yang menurut mereka itu sangat istimewa dan semua itu hanya dimiliki Lea seorang.

Albert mengulurkan tangannya kepada Lea. Gadis berusia lima belas tahun itu menyambut tangan Albert.

"Kau masih selamat.Tapi, lain kali jika kau berbuat nekat seperti tadi lagi maka aku jamin kau tidak bisa bernapas, dan tidak akan melihat dunia ini lagi. Kau akan ku kirim ke neraka lapisan tujuh." Lea meletakan tangan kanan Albert di bahunya ,lalu ia menahan tangan dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya memeluk pinggang Albert. Mendengar ocehan Lea, Albert hanya menaikkan sudut bibir atasnya.

"Kau cukup cerewet," tukas Albert.menggidikkan bahunya yang  masih terasa nyeri.

"Ayo, jalan.Kau cukup berat.Tenaga ku kecil tidak sanggup memikul tubuh bongsor mu," gerutu Lea.

Albert pun akhirnya melangkah walau lukanya perih dibuat gerak demi menyelamatkan wanita agresif ini, dia harus segera ke kamar miliknya. Karena, Albert tahu pukul tiga sore nanti ayahnya pasti akan pulang tentunya dengan sempoyongan karena mabok, sekarang sudah siang berarti dua jam lagi ayahnya pulang.

Lea menarik napas lega akhirnya setelah berjuang dan tenaganya hampir saja terkuras habis, Albert  akhirnya sudah berbaring dikamar dengan baik.

"Tidurlah. Kau harus bersandiwara layaknya seorang aktor film terbaik. Berpura-pura agar kau terlihat baik-baik saja, aku akan membereskan ruang dapur dulu." Lea menutup tubuh Albert dengan selimut. Lalu, Lea bergegas kembali ke dapur dia harus membersihkan darah yang berceceran di dapur.

"Kenapa tadi aku selamatkan dia? Bukanya tadi dia ingin memperkosa aku? Harusnya ku biarkan dia mati saja, salah dia sendiri, 'kan?" Lea berbicara sendiri di ruang dapur. Akhirnya setelah hampir satu jam darah di dapur itu berhasil dibersihkan Lea, " Huft," Lea menyeka keringat dikeningnya.

Selesai membersihkan darah di dapur Lea harus menyelesaikan masakannya yang baru saja setengah jadi tadi, kali ini dia memasak soup jamur. Tidak heran Lea memiliki keahlian memasak yang baik dan enak itu karena Lea menurun dari bakat sang ibu Angelina seorang chef handal di kota Barcelona.

"Kau mau makan dulu?" Lea, masuk ke kamar Albert, dia membawakan soup jamur panas ke kamar Albert, ia menawarkan makanan.

"Tidak.Aku tidak lapar! Tapi, aku sudah menemukan ide bagus untuk kau, sebaiknya kau pergi saja dari Barcelona ubah semua identitas dirimu, agar Ayah dan ketiga saudaranya tidak bisa melacak keberadaan dirimu ." usul Albert

"Kau menyuruh aku pergi? Tapi kau pikir kabur bermodalkan nyawa itu bisa? Kau tidak tau, semua uang ku di rebut oleh Ayah pemalas mu, sedangkan? Argh..." gerutu Lea, ia  menatap sinis Albert. Rasanya dia ingin menuangkan kuah soup panas di wajah Albert, jika itu bisa.

"Buka pintu lemariku, kau bisa mengambil tabungan uangku di dalam lemari itu," sahut Albert.

Lea tidak perlu menunggu persetujuan Albert, dia bergegas membuka lemari Albert. dia mengacak-acak isi lemari itu, " Aku tidak menemukan uang sepersen pun disini, kau menyimpannya dimana?" Tanya Lea.

"Lihat saja di laci kedua." Sahut Albert dia meringis menahan sakit.

"Tidak ada, ini hanya bagian celana dallammu. Apa kau ingin  aku melihat celana dallam usangmu?" Mata Lea mengedar di seluruh isi lemari itu.

"Angkat kaos kaki berwarna putih itu, uangku aku masukkan ke dalam kaos kaki berwarna putih itu, ambil sebagian saja.Sisakan sebagian untuk aku juga. Kau jangan merampok semuanya," oceh Albert.

Lea melempar celana dallam ke wajah Albert," Aku bukan perampok tapi Ayah mu itu yang perampok," umpat Lea kesal.

Terpopuler

Comments

arie

arie

masih ada hati juga lea.mau berobatin lukanya Albert...

2023-03-03

1

Susanti Wahyuningsih

Susanti Wahyuningsih

q mampir thoor,,,,
penasaran,,,😊😊

2022-10-11

1

Leeonel

Leeonel

yang rajin upnya....

2022-10-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!