Lea menatap sinis Bruno ia menaikkan sudut bibir atasnya, ''Yah, tentu karena aku bukan seorang profesional yang pandai melakukan perbuatan licik seperti kau, walaupun aku memiliki sedikit pengalaman.'' sungut Lea.
Bruno tidak peduli dengan omelan Lea, dia pikir itu Lea hanya bersungut di dirinya. Dia kembali berjongkok disamping Lea yang masih berbaring diatas tanah, ''Aku sudah mengincarmu sangat lama. Entah dari kapan sampai aku melupakan waktu itu.'' Dia menyentuh lembut pipi Lea, ''Halus, lembut dan--'' Bruno berdiri lagi dia menjentikkan jarinya mengutuki dirinya-sendiri mengapa dia merasakan perasaan aneh setiap dia berdekatan dengan gadis ini?
Lea yang mendengar ucapan Bruno, menautkan kedua alisnya, '' Oh, ya? Aku cukup terkenal dikalanganmu?'' sinis Lea.
''Pufft...sayangnya aku baru tertarik dengan mu akhir-akhir ini.'' balas Bruno, ''Kini, kau sudah ku tangkap mana mungkin aku melepaskanmu lagi?'' Bruno mengamati goresan luka dipergelangan kaki Lea, dia cukup prihatin namun egonya masih mengusai dirinya.
''Sungguh? Kau tidak melepaskan diriku? Ahh..paman es ternyata kau suka mengkoleksi gadis belia seperti aku?'' ledek Lea.
Perkataan Lea sontak membuat Bruno kesal, '' Apa katamu? Kau pikir aku seorang pedo***fil?''bentak Bruno.
''Lantas?'' sahut Lea sembari tersenyum meledek.
Bruno memejamkan matanya, rasanya dia ingin memberi gadis ini pelajaran tapi sungguh dia tidak bisa.
''Kau tau paman es, aku baru saja kabur dari orang-orang seperti dirimu, jadi aku paham benar karakter orang-orang seperti kau paman es, ternyata kau tidak beda jauh dengan mereka. Tapi, aku berharap kau bukan penembak ulung.'' imbuh Lea.
''Aku tidak pernah meleset,'' sergah Bruno.
Lea mendesah kesal, '' Ya, itu yang aku takutkan. Kau manusia misterius paman. Tapi, ngomong-ngomong kau tidak keberatan jika aku bangun?'' Tubuh kecilnya sudah sangat sakit. Dia mengedipkan mata kepada Bruno, gadis itu pintar menggoda ya siapa yang tidak tahu perjalanan hidup Lea yang rumit dan kejam semua itu mengajarkan Lea untuk bertahan dalam keadaan apapun.
Bruno mengeluarkan pistolnya, Dia memegang pistolnya dan menunjukkan kepada Lea jika dia bisa menembak Lea kapan pun jika Lea berusaha kabur lagi.
''Sejujurnya aku lebih menyukai posisimu yang terlentang seperti itu,'' Bruno tersenyum misterius.
''Ya gimana kau tidak menyukainya, kau pria mesum.'' sungut Lea. Lalu, ia bangun dengan berusaha keras karena kakinya yang masih terikat dengan tali plastik yang amat sakit.
''Paman es, sungguh kau tidak ingin aku melanjutkan perjalananku?'' Lea membersihkan bagian tubuhnya yang terkena debu, dia menepuk-nepuk bagian pantat dan bahunya yang tertempel daun kering anggur serta rumput-rumput kering.
''Ku rasa tidak sayangku, hahaha...'' Bruno tertawa penuh kemenangan.
Lea, menatapnya kesal. Sungguh jika pistolnya tidak direbut Bruno atau jika kakinya tidak di ikat Bruno, Lea pasti sudah melayangkan satu tendangan di pipi Bruno yang penuh bulu-bulu halus itu, atau menembak perut Bruno dengan timah panasnya.
''Sudah cukup penyamaranmu selama ini gadis cantik,'' Bruno mendekati Lea. Dia menelengkan kepala menatap bola mata kehijauan itu sembari menaik-turunkan alis tebalnya.
Lea yang kesal mengangkat tanganya untuk menampar pria matang didepannya ini, Pria yang seenaknya menuduh lalu sekarang menahan dia tanpa sebab. Lea tidak mengetahui apa alasan dirinya di tahan dan berulang kali dia mendengar Bruno menuduh dia gadis penyamar? Namun, bukan Bruno namanya dia dengan cepat menahan tangan Lea, "Jangan mencoba untuk menampar pipiku." Bruno menatap tajam Lea.
''Maksudmu, paman es?'' Lea balik menatap Bruno.
''Sudah, semua tahu siapa kamu, Lea andrea!!!'' seru Bruno.
Lea semakin bingung, '' Semua mengetahui aku?'' Tanyanya. Dia menatap wajah Bruno semakin dekat. Sungguh, Lea tidak percaya kenapa Bruno bisa mengetahui nama lengkapnya? Pria yang dipanggil paman es itu mengangguk, ''Ya,'' sahut Bruno mengendikkan bahunya.
''Tapi, sebentar siapa yang anda maksud, paman es? Sungguh aku semakin tidak paham maksud anda." tandas Lea.
''Jangan berpura-pura amnesia gadis cantik.'' sela Bruno.
''Tapi, jujur aku tidak mengerti maksudmu paman es, kau bisa lihat aku gadis berusia lima belas tahun dimana kehidupanku saja masih tergantung kepada orang lain bahkan aku sering menjadi korban kekerasan demi untuk bertahan hidup.'' Lea menatap Bruno penuh tanya.
''Bukannya kau baru saja kabur daari rumah Roberto?'' Bruno balik bertanya.
''Ya, benar. Tapi...'' Lea menghentikkan bicaranya.
''Saat Roberto sedang mabok berat dan tidak sadarkan diri? Apa yang kau lakukan kepada Roberto? Kau tidak sadar, kalau kau dalam incaran kami begitupun dengan Roberto apa yang sedang kalian berdua lakukan?'' Bruno terus mencerca Lea dengan banyak pertanyaan semakin membuat Lea kebingungan sebenarnya apa yang dimaksud pria berwajah es ini?
''Tidak, sunguh aku tidak mengetahui apa yang ada bicarakan ini?'' Lea menggelengkan kepala. Dia hanya ingat setahun lalu dia direbut dengan paksa Roberto dari Andreas. Karena, Roberto ingin menikahkan Albert dengan Lea. Waktu itu Roberto dan Andreas bertengkar hebat. Karena, Andreas ingin menikahkan Lea dengan seorang pria kaya raya di Sevilla namun berita itu sampai ditelinga Roberto. Waktu itu, siang-siang Roberto tiba di gubuk kecil Andreas tempat Lea dan Andreas tinggal waktu itu, dengan paksa Roberto merebut Lea. Andreas yang tidak terima mengajak Roberto bertengkar hebat, hingga akhirnya Andreas menyerah dan Lea dibawa paksa Roberto ke Barcelona.
''Sejak kapan anda mengawasi aku?'' tanya Lea kebingungan, ''Mengapa dia tidak menyadari itu?'' Lea menatap marah Bruno.
''Dua minggu,'' Dia menjawab santai lalu Bruno pergi mendekati George.
Bruno tampak berbicara dengan George. Dia meminta George mengeluarkan makanan yang mereka bawa dirnasel George. Ya, sekarang sudah siang cacing-cacing di perut mereka sudah menjerit meminta dikasih makan.
George menggelar matras ukuran sekitar satu setengah meter di atas tanah. Lalu, dia menyalahkan kompor portable yang dibawa. George dengan lihai mulai memangga beef untuk disusun di burger yang dibawa mereka. Lea mengamati racikan burger George.
''Apa kau bisa memasak dengan baik?'' Lea bertanya. Dia menelan saliva dengan kasar jujur dia juga lapar tapi dia tidak yakin apa dia bisa mendapat bagian atau tidak semua kembali kepada kemurahan hati pria misterius itu.
Mendengar pertanyaan Lea, George mendoangak menatap Lea, '' Mulut mu kecil dan tipis tapi kau banyak bicara sekali.'' bentak George.
''Ya, aku bertanya karena dari tampangmu kau bukan seorang yang bisa memasak.'' sungut Lea.
''Aku bahkan bisa memasak daging manusia apalagi dagingmu pasti lebih enak dari beef yang aku masak ini.'' tandas George.
Pria itu memang tidak suka bercanda atau bermain-main seperti Bruno. Dia akan suka jika ia suka tapi dia akan membunuh jika orang itu membosankan. George termasuk teman atau sahabat yang sulit ditebak. Bruno berkedip kepada Lea dia memberi kode dengan kedipan mata meminta Lea sebaiknya Lea tutup mulut.
''Ya, ya, ya!'' Lea memalingkan wajahnya. Dia menaikkan sudut bibir atasnya karena kesal dengan kode Bruno.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
arie
cerewet sekali kau Lea andrea
2023-03-03
1
adrian
lea banyak ngoceh
2022-10-10
2
Leeonel
crewet sekali lea...
2022-10-07
3